Ekstra Chapter 2
"Percayalah, pertemuan itu mungkin bukan hanya sebatas kilas detik saja, mungkin saja itu sudah direncanakan baik oleh Tuhan?"
-Feel Real-
CESSA melangkah dengan santai, menyusuri bagian dalam pesawat, mencari nomor tempat duduk yang tertera dalam tiketnya.
Sengaja dia memilih jam terbang paling awal, agar dia dapat bersantai sedikit setibanya disana nanti.
Penampilannya masih sama saja setelah tahun bertambah, tujuh tahun sejak hari kelulusannya kali itu. Masih dengan rambut hitam panjang dan pulasan make up natural serta harum strawberry cream yang disukainya.
Dia tetap sama saja, hanya sedikit warna pada rambutnya yang membuatnya berbeda. Dia sengaja mengecat warna pink sedikit pada rambutnya, hanya sedikit.
Cessa terus melangkah, mencari tempat duduk dekat jendelanya. Sebenarnya dia malas bepergian sendiri begini menggunakan pesawat dan harus duduk berjam-jam dengan orang asing.
Ya, kalau dia dapat pasangan duduk itu asyik dan tidak monoton. Remaja misalnya, atau sama-sama perempuan yang bisa diajak mengobrol sepanjang perjalanan, itu namanya rezeki, karena selama ini dia selalu mendapat teman perjalanan yang lebih tua darinya dan memilih tidur, merehatkan badan selama perjalanan.
Alhasil, dia hanya ditemani buku dan pulpen, sekadar membaca dan kadang mencorat-coret singkat, menyalurkan hasrat gabutnya.
Tujuh tahun juga dia masih betah menyendiri, berbeda dengan teman-temannya yang sudah asyik berpasang-pasangan. Bahkan Reina dan Naura sudah punya pasangan.
Devia dan Dimas masih bersama, sementara Revan dan Resha memutuskan break beberapa bulan, walaupun kenyataannya mereka masih sama-sama membutuhkan. Katanya hanya sahabat sekarang.
Nanda? Tidak disangka juga cowok itu sekarang sudah sukses dengan pekerjaannya merancang desain rumah. Simpelnya arsitek yang memiliki banyak klien setia, lebih tidak disangkanya lagi Nanda tengah menjalin hubungan dengan Reina.
Mengejutkan, memang. Kadang rencana Tuhan itu memang tidak disangka-sangka, tapi begitu indah.
Davin? Ah, cowok itu. Setelah lulus SMA dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Mengikuti saran Nanda agar menuruti ajakan Tante Clare pindah ke benua Eropa, agar lebih dekat dengan Papanya lagi.
Davin setuju, di tahun pertama cowok itu masih rajin pulang ke Indonesia, sekadar bertemu dengan teman-temannya dan melepaskan penat. Tahun berikutnya dia benaran menghilang, susah dihubungi dan jarang pulang lagi ke Indonesia.
Cessa jadi rindu dengan sahabatnya yang satu itu, seolah ada yang hilang darinya ketika Davin jauh darinya. Entahlah, mungkin karena cowok itu sudah menemaninya sejak kecil dan mendadak menghilang dan berpisah jarak ketika mereka dewasa.
Tentu ada yang berubah.
Langkahnya lalu terhenti, sampai pada bangku yang ditujunya. Alangkah terkejutnya dia ketika bangkunya itu sudah di tempati oleh seorang laki-laki muda dengan rambut cokelat gelapnya yang sedang menghadap ke jendela, dengan matanya yang tertutup kacamata hitam, Cessa hanya melihat gagangnya saja dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel Real
Teen FictionFeel Real "Ketika cinta itu hadir." a teenfiction by natchadiary Remaja, pasti erat kaitannya dengan persahabatan dan cinta. Seperti halnya yang dialami oleh Cessa. Dimulai dari hari pertama masa putih abu-abunya yang langsung di hadapkan dengan c...