[30] Bahagia Bersama

1.3K 79 4
                                    

30 :: Bahagia Bersama

"Gue hanya takut. Senyum bahagia lo itu meredup menjadi garis lurus karena gue." — Levin.

"Gue bahagia sama lo. Just simple name. Bahagia." — Cessa.

"Kalau bahagia lo adalah dia. Yang bisa gue lakuin adalah menjauh tapi tetap saja rasanya sulit." — Dimas.

"Lihat senyuman lo itu sudah kayak lihat masa depan. Tapi sayang itu cuma imajinasi gue, nyatanya lo bahagianya dengan dia." — Davin.

"Boleh gue mengutas bahagia sebentar? Gue capek rasanya harus berteman dengan perih lagi." — Devia.

"Aku rasanya benci dengan kamu. Sosok menyebalkan, tingkah konyol, dan ejekan menyebalkan yang selalu di lontarkan. Dulu aku membencinya, sangat. Tapi sekarang boleh aku berkata rindu? Percayalah saat bukan setiap detik lagi aku melihat kamu. Dengan jarak yang tak kasat mata yang hadir. Aku rindu kamu. Tapi kamu sudah terlampau jauh melangkah." — Natchadiary, untuk dia. Sosok Levin yang mengutas rindu dalam sepi.

-Feel Real-

"LEV, ini ngapain kita sampai sini?" Cessa bertanya dengan heran sembari melepaskan seatbeltnya. Cewek itu menatap Levin yang sudah akan keluar dari dalam mobilnya.

Levin tersenyum mendengarnya. "Turun yuk?" ucapnya tanpa menjawab pertanyaan Cessa barusan. Membuat cewek dengan rambut hitam melebihi bahu itu mendengus pelan karena merasa di abaikan oleh Levin.

Cessa lantas mengikuti Levin yang sudah keluar dari dalam mobil dengan kesal. "Lev, lo belum jawab. Ngapain kita sampai sini?"

"Gue pengen nyamperin Bang Dava, Cess

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue pengen nyamperin Bang Dava, Cess." Levin dengan santainya lantas menarik tangan Cessa agar mengikutinya. "Yuk."

Cessa terdiam mendengarnya. Cewek itu hanya diam saja mengikuti langkah Levin yang membawanya masuk ke dalam sebuah kompleks pemakaman. Menyusuri beberapa nisan yang berjajar rapi dengan rerumputan terawat yang tumbuh di atasnya. Angin sore yang bergerak sepoi-sepoi membuat pepohonan yang berada di sana bergerak seirama. Cessa masih saja diam, hingga Levin berhenti di salah satu nisan di sana. Cowok itu berjongkok di sisi nisan itu sembari tersenyum.

Dava Argantara Alastair.

Begitu tulisan yang terukir di atas nisan itu. Cessa menatap hal itu dengan tidak percaya. Iya, fakta baru yang di ketahuinya dari seorang Levin lagi. Ternyata cowok itu mempunyai kakak laki-laki yang selama ini tidak pernah di bicarakannya.

Levin tersenyum sembari mengusap nisan itu pelan. "Hai, Bang Dava. Gimana kabar lo? Baik-baik aja kan? Iya dong, kan setiap hari gue selalu doain lo, gue adik yang baik kan, Bang." Levin terkekeh getir. "Bang gue kangen banget sama lo, kangen banget main bareng, tidur bareng, sampai di marahin bareng gara-gara telat pulang, Bang hehehe. Masih ingat kan lo, jangan ketawain gue kalau sekarang lo lihat gue nangis gini." kekehnya sembari tersenyum.

Feel RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang