[16] Berdebar

1.4K 83 0
                                    

16 :: Berdebar

"Dia itu galak kayak anjing tetangga gue, sadis kayak psikopat, dan jutek parah. Herannya gue bisa sama cewek macam dia." - Davin Aksara Bagaswara Renaldi.

"Tertawa dalam luka adalah caraku bertahan mencintaimu dalam diam." -Levin Ivano Alastair.

"Gue takut, jika hatinya berdebar untuk gue dan hati gue berdebar dengan yang lain." - Valentine Princessa Natalie.

"Masih di sini. Dengan perasaan sama yang bermajas rindu. Dengan jarak tak kasat yang kian terbentang." - catatan Author.

-Feel Real-

JINGGA sudah mulai menyeruak, menyebar dan membaur bersama larutnya mentari dalam penghujung senja yang menggelayut pada langit.

Motor sport putih milik Davin baru saja berhenti tepat di halaman rumah Cessa. Dengan cekatannya cowok berambut cokelat gelap itu menahan tangan Cessa di pundaknya untuk membantu cewek itu turun dari jok motornya yang cukup tinggi bagi Cessa.

Cewek berambut hitam yang di kuncir itu tersenyum sembari melepaskan kaitan helmnya. Tapi entah karena apa kaitan helmnya itu sangat susah untuk di buka.

Davin mengulum senyumnya lantas menarik tangan Cessa mendekat ke arahnya. Cessa sendiri hanya mampu terpaku, larut dalam keterkejutannya apalagi jaraknya yang sangat dekat dengan Davin. Bahkan hidungnya mampu menangkap aroma parfum mint dan shampo yang menjadi aroma tersendiri bagi Davin.

 Bahkan hidungnya mampu menangkap aroma parfum mint dan shampo yang menjadi aroma tersendiri bagi Davin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Susah amat sih, Cess. Lo bilang, 'Dav tolong' gitu ya?" Davin sendiri malah terkekeh sembari melepaskan kaitan helm Cessa tadi.

Cessa sendiri hanya diam. Melihat bagaimana Davin tersenyum dengan jarak yang sangat dekat dengannya. Memang bukan pertama kalinya cowok itu berlaku manis begini padanya.

Namun tetap saja ada rasa berdebar kecil yang menyelinap perlahan. Mungkin hanya keterkejutan yang sesaat, Cessa selalu berpikiran begitu. Enggan larut dalam perasaan, ya kalau kata kids jaman now mah baper.

"Finish." Davin melepaskan helm tadi dari kepala Cessa lantas menggantungkannya pada jok belakang motornya itu. Membuat Cessa mengerjapkan matanya. Sadar kalau dia baru saja terpaku dalam pesona Davin.

Cewek itu berdeham sejenak. "Lo sering manis kayak gini ya ke cewek-cewek lain?" Ucapnya dengan nada jahilnya. "Pantas aja lo punya banyak fans gitu."

Davin mengerutkan alisnya heran. Lantas cowok itu terbahak sembari menaruh telapak tangannya pada puncak kepala Cessa. Di acaknya rambut cewek itu dengan gemas. "Jangan sok tau lo," jawab Davin.

Cessa mendengus sembari membenarkan tatatan rambutnya kembali. "Ya siapa yang sok tau? Orang gue cuma asal nebak aja," balasnya. "Udah deh ngaku aja lo."

Feel RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang