51 :: Hilang Tanpa Kata
"Jangan jadi cewek lemah. Aku ngga suka liat kamu sedih, kamu jangan menyerah. Jangan lupa bahagia biarpun itu sama aku atau bukan, aku pengen liat kamu bahagia. Aku sayang kamu." - Levin Ivano Alastair.
Baper aku baper ngetiknya 😂😂
Semoga feelnya nyampai dan yang sider pada nonggol 💜💜
Mari komentar inline yaaa
Jangan lupa follow ig @officialnatchadiary
Oke enjoy mereka :))
-Feel Real-
SISWA-siswi berseragam putih abu-abu itu sedari tadi nampak berkumpul disalah satu koridor rumah sakit di kawasan Jakarta itu.
Bolak-balik menatap kearah sosok pemuda yang terbaring tenang di atas ranjang rumah sakit di dalam sana. Mereka hanya mampu menatapnya lewat jendela, karena sedari tadi Cessa yang didalam sana.
Senantiasa menanti Levin siuman.
Ya, rombongan kelas IPA 4 memang memutuskan menjenguk Levin hari ini, begitu mendengar bahwa teman sekelas mereka itu sedang dalam keadaan jauh dari kata baik. Kritis.
Pantas saja rasanya kelas mereka sepi seminggu ini, iya sepi karena biang ramainya saja malah sibuk memejamkan mata tanpa seulas senyum jahil dan kalimat candaannya.
Sepuluh IPA empat rasanya jadi kurang semangat tanpa adanya Levin.
"Man, bangun kek, kelas sepi ngga ada lo. Ngga lucu tau cewek lo jadi ikutan anteng kayak gitu." Tama berujar sedemikian rupa didepan jendela ruangan Levin.
Bahkan kalimat itu terdengar begitu miris kedengarannya, iya, Tama yang biasanya hanya bisa tertawa paling kencang dengan sejuta kalimat recehannya itu bisa jadi seserius itu, rasanya kehilangan partner recehnya.
Tau sendiri Tama sama Levin itu biangannya receh kelas, ibarat kata Upin Ipinnya kelas sepuluh IPA empat. Jelas Tama ngga percaya kalau Levin akhirnya bisa anteng.
Tapi antengnya Levin itu menyebalkan.
Akash yang mendengarkan hal itu juga menganguk pelan. "Kelas sepi ngga ada lo, eh ternyata lo malah asyik tidur gini, Lev. Ngga adil loh, lo ngga ikutan susah-susahnya ulangan matematika kemarin."
"Hooh, biasanya kan lo yang paling heboh." Gantian Dimas yang menyahut dengan nada sendunya.
Rasanya dia tak percaya melihat sahabat baiknya yang selalu terlihat ceria itu terbaring di dalam sana dengan beberapa alat kehidupan yang menempel pada tubuhnya.
Belum lagi mengenai penyakit Levin yang baru diketahuinya.
Ternyata orang yang terlihat paling bahagia itu justru orang yang begitu lihai menutup luka dan sisi rapuhnya.
Selama ini Levin yang terlihat paling bahagia, paling santai, dan paling ceria. Seolah cowok satu itu tak memiliki beban seperti yang lain. Kayak hidup Levin tuh ya gitu, udah bisa bernafas aja syukur. Ngga ada beban sama sekali kelihatannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Feel Real
Teen FictionFeel Real "Ketika cinta itu hadir." a teenfiction by natchadiary Remaja, pasti erat kaitannya dengan persahabatan dan cinta. Seperti halnya yang dialami oleh Cessa. Dimulai dari hari pertama masa putih abu-abunya yang langsung di hadapkan dengan c...