[24] Dirinya yang Berbeda

1.3K 75 0
                                    

24 :: Dirinya yang Berbeda

"Ada yang bisa ngekspektasiin gimana rasa senang gue kali ini?" - Levin

"Ada perasaan aneh yang selama ini selalu gue abaikan yang malah menguar menimbulkan rasa." - Cessa

"Ada sekat yang tanpa sadar mulai gue bangun entah karena hal apa." - D

"Boleh jika gue masih ingin berjuang?" - D

"Boleh gue berkata rindu walaupun lo dan gue hanya terpaut beberapa langkah aja?" - Natchadiary

-Feel Real-

MALAM, detik jam terus saja merangkak naik menuju angka sepuluh malam. Tepat saat mobil sport milik Levin berhenti di depan pagar rumah Cessa saat itu.

Sejak makan malam tadi, canggung yang semula menghampiri keduanya sudah meluruh begitu saja. Seolah tidak ada apa-apa di antara keduanya.

"Jadi gimana?"

Cessa yang semula baru saja akan melepaskan seatbeltnya menjadi urung di lakukan ketika Levin bertanya barusan dan itu otomatis membuat jantungnya berdegup kencang.

Jadi pertanyaan Levin tadi sungguhan?

Cewek itu menghela napasnya. "Lev.."

"Would you be mine?" tanya Levin lengkap padat dan sangat jelas yang lagi-lagi membuat Cessa terdiam karenanya. "Lo masih belum percaya?"

Cessa menggeleng. "Gue bukannya ngga percaya, gue cuma kaget aja." Cewek itu nampak tersenyum tipis. "Masih ngga nyangka aja. Selama ini gombalan recehan lo itu ternyata beneran, Lev." Sambung Cessa.

Levin tertawa pelan karenanya. "Gue terlalu sulit ya buat di percaya kalau gue serius?" tanyanya dengan nada santainya. Tapi Cessa bisa menangkap ada sendu yang terperangkap dalam iris mata cokelat milik Levin saat itu.

"Bukannya gitu, Lev."

"Apa bener tebakan gue selama ini kalau lo suka sama Dimas?" Begitulah Levin. Enggan berbasa-basi, langsung to the point yang bikin sensasi berdegup kencang, terkejut.

Cessa menghela napasnya lantas mengubahnya menjadi senyum. Cewek itu menganguk mengiyakan. "Iya gue emang suka sama Dimas."

Ada rasa kecewa dan sesak yang menguar dalam batin Levin ketika mendengarkan sebaris kalimat ringan itu dari bibir Cessa. "Um, oke." Suaranya entah kenapa juga terdengar lirih saat itu. Hanya seperti gumaman saja.

"Tapi itu dulu."

Levin refleks menatap Cessa dengan satu alisnya yang terangkat. Terlampau bingung dengan apa yang di katakan Cessa barusan. "Maksud lo?"

Cessa menganguk. "Iya gue emang suka sama Dimas, tapi itu dulu. Sekarang nothing, gue ngga ada rasa sama dia lagi," jelas Cessa sembari tersenyum. "Perasaan gue ke Dimas terkikis gitu aja saat ada seseorang yang tanpa sadar hadir dalam hidup gue akhir-akhir ini."

Levin menganguk. "Oke."

"Lo ngga mau tau gitu siapa orangnya?" Cessa tertawa pelan melihat wajah melas Levin saat itu. "Ngga ada niatan tanya sama sekali gitu? Ngga asik ah lo."

Feel RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang