53 :: Kilas Dalam Dekap
"Mulai detik ini aku belajar melepaskan harapan bersama kamu. Ketika kamu memilih pergi dengan segala manis yang pernah kita ulas bersama. Aku harus ikhlas, karena biar apa pun sudah tidak ada kata 'lagi' diantara kita. Satu hal yang harus kamu tahu, aku ingin mengucapkan terimakasih. Terimakasih sudah pernah hadir dan membuat warna dalam hidup aku." - Valentine Princessa Natalie, untuknya Levin Ivano Alastair.
Maaf ya ngaret update lagi..bukan karena tugas yang begitu menumpuk kali ini :))
Intinya aja, jangan lupa kasih vote dan komen kalian buat Levin. Maaf ngga bisa penuhin permintaan kalian yang minta Levin hidup kembali.
Levin juga manusia :))
So, enjoy mereka ❤
-Feel Real-
CESSA terlihat begitu murung setelah kepergian Levin. Cowok itu sudah benaran pergi dalam diam menuju hal yang tak mungkin disampainya sekarang.
Levin itu sumber bahagianya selama ini. Tapi kenapa dia pergi?
Hatinya terasa begitu hampa sekarang, tak ada lagi sosok yang membuatnya kembali berdebar dalam gembira lagi. Karena sosoknya telah pergi.
Cessa mati rasa.
Rasanya begitu sesak mengingat kenangan yang pernah mereka lalui bersama selama ini. Air matanya rasanya sudah kering untuk menangis sekarang, belakangan ini dia begitu diam dalam tangisnya sendiri.
Masih tanpa kata, karena rasanya aksaranya mendadak hilang bersama dengan perginya Levin.
Cewek itu benaran terlihat berbeda sekarang.
Cessa yang dulu begitu ceria berubah menjadi murung, Cessa yang dulu begitu bawel dan ngga bisa diam mendadak berubah menjadi anteng, bahkan jarang sekali berbicara.
"Cess..mau kantin ngga?" Naura mencoba bertanya perlahan sembari mengusap bahu Cessa.
Hampir semingguan ini satu kelas kompak tidak sama sekali menyinggung mengenai Levin, mereka masih terdiam mengenai hal itu. Walaupun jelas perginya Levin begitu berefek besar bagi mereka.
Tidak ada lagi celotehan tawa dan kalimat nyeleneh cowok gemar melanggar peraturan itu.
Tidak ada lagi yang menyahut kalimat ucapan guru dengan balasan yang begiru absurd hingga membuat satu kelas tertawa kencang. Bahkan biang-biang ramai seperti Akash, Raihan, dan Radit saja mendadak anteng kehilangan semangat.
Sepuluh IPA empat mendadak jauh dari kata ramai.
Mereka memang masih sering bercanda, tapi tidak seramai dulu lagi, paham ada satu warna pokok yang sudah memudar begitu cepat.
Cessa menggeleng sembari tersenyum tipis. "Ngga dulu, Nau."
"Cess..dari tadi lo belum makan loh, kata Tante Nesya dari kemarin lo juga ngga makan. Masa ngga laper?" Devia menepuk pelan bahu Cessa, agar sahabatnya itu tidak terlalu berlarut dalam kesedihan begini.
"Belum laper."
Resha menghela napasnya pelan. "Cess..jangan nyiksa diri kayak gini, gue ngga suka liat lo sakit. Ayo makan, mau nitip aja? Nanti kita beliin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel Real
Teen FictionFeel Real "Ketika cinta itu hadir." a teenfiction by natchadiary Remaja, pasti erat kaitannya dengan persahabatan dan cinta. Seperti halnya yang dialami oleh Cessa. Dimulai dari hari pertama masa putih abu-abunya yang langsung di hadapkan dengan c...