[31] Bertahan Dalam Diam

1.3K 74 2
                                    

31 :: Bertahan Dalam Diam

"Kalau cara terbaik melihat lo tertawa lepas dengan gue adalah dengan menutup rapat semua perasaan gue ke lo dengan menjadi sahabat. Bakalan gue lakuin." - D

"Kadang bahagia menjadi sahabat yang bisa dekat itu lebih baik ketimbang memilih rasa khawatir menjadi jauh." - Cessa.

"Sayangnya gue bukan penganut quotes laknat yang bilang cowok sama cewek bisa sahabatan pure ngga pakai percikan." - Resha.

"Setiap detik yang gue urai saat nyatuin rajutan kata dalam setiap cerita ini selalu berporos pada satu titik. Lo. Sosok yang gue benci dalam rindu yang masih sama. Gue rindu saat bayang lo yang dulu selalu hadir nyata sekarang hanya membaur dengan garis imajiner. Nyata tapi semu." Natchadiary, untuk Levin.

-Feel Real-

SUASANA kamar Cessa yang di dominasi warna putihitu mendadak ramai dengan seruan-seruan heboh kelima cewek itu. Iya, jaman now banget kan teriak-teriak gaje dengan laptop di tengah mereka. Apalagi kalau bukan nonton Oppa. Beh, alaynya keluar semua. Seriusan deh.

Cewek sekalem Reina yang awalnya ngga doyan korea aja jadi heboh sendiri ketika menonton MV salah satu boyband negeri ginseng itu. Sudah kayak tante-tante girang yang lagi godain berondong cakep deh. Ternyata pesona Oppa-Oppa yang berseliweran di layar laptop bisa mengubah Reina.

Astaga dragon namanya.

"Beh, seriusan nih. Sukak ngga kuat hidup kalau lihat babang gue ngedance gitu." Reina berseru heboh ketika bagian wajah idolanya yang di close up memenuhi layar.

Naura yang melihat itu hanya mendengus pelan. "Apaan lo, bilangnya ngga suka tapi malah doyan banget. Emangnya mulut ngga pernah selaras sama hati."

"Halah malah baper. Lagian bodo amat ah, babang gue yang penting ganteng banget anjir." Reina tak kalah membalas. "Galau-galau aja deh di tinggal main ML."

"Ngga usah diperjelas ogeb."

Devia yang sedari tadi sibuk melihat layar laptop akhirnya tertawa pelan mendengar adu mulut alias adu bacot yang mulai terpancing di antara Reina dan Naura. Beh, jadi keinget materi Berdebat dengan Indah di pelajaran Bahasa Indonesia tempo hari. Ngga ada yang bisa ngalahin lambe turah bin nyinyirnya Naura yang khas banget sama cabelita jaman now. Asli nyinyir abis deh.

"Udah ngga usah debat kenapa." Tengah Devia pada dua cewek itu.

Oh ya mengenai pembicaraannya dengan keempat sahabatnya yang lain. Mereka sudah memaafkannya dengan jalur yang damai. Hanya secuil rasa kecewa saja yang di ungkapkan Cessa dan Resha tadi selebihnya mereka tidak terlalu menganggap hal itu sebagai masalah yang berat. Bawa santai aja, soalnya kata Dylan berat, entar ngga kuat.

Reina menatap Naura dengan tatapan sinisnya. "Si pantat simpanse yang mulai tuh, Dev. Maklum ML lebih penting ketimbang gebetan macam dia." Tawa Reina terdengar ketika melihat wajah masam Naura.

Maklumin aja mengenai Naura yang sedang uring-uringan itu. Gebetan barunya tadi mengiriminya chat kalau dia akan off sebentar. Mau mabar alias main bareng katanya. Naura benaran kesal deh rasanya, boleh ngga kalau dia demo biar ML di hapus sekalian?

Yakali deh, yang ada dia bisa di gerudug massa sekalian. Berlebihan memang. Tanya sendiri jawab sendiri, jomblo banget udah gitu kelihatan ngenesnya. Naura suka sedih kalau keinget fakta yang satu itu. Bukan prioritas, masih ban serep. Kan masih gebetan. Benar ngga?

Feel RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang