[39] Protektif tapi Sayang

975 70 43
                                    

39 :: Protektif tapi Sayang

"Gue lagi peduli ini. Jangan bikin gue kesel karena lo ninggalin gue." - Cessa.

"Lo itu penyemangat dan sumber bahagia gue. Tapi kalau lo aja ngga bahagia, terus gue gimana? Makanya gue selalu usahain kebahagiaan lo." - Levin

"Hati gue ini lemah, kalau gue baper gimana? Mau tanggung jawab lo?" - Davin.

"Dia manis dan peduli. Aku takut makin jatuh sama dia. Takut jatuh sendirian." - Devia.

"Makasih udah mau peduli, tapi maaf kalau cuma sebatas peduli jangan kasih lebih. Ngga enak rasanya udah berharap tapi ngga bisa kasih lebih. Sakit rasanya berharap pada rasa semu." - Natchadiary, catatan author.

Ramain vomments selain kata NEXT dan sejenisnya gimana heheh kangen komen yang panjang boleh ngga?

Selain kata

NEXT!

Aku gemes bacanya plis :))

-Feel Real-

LEVIN menghentikan laju motornya tepat di sebuah halaman salah satu rumah di perumahan elit itu. Dilepasnya helm full facenya sebelum mengacak pelan rambut hitamnya.

"Ada di rumah ngga ya?" gumamnya pelan sembari menatap ponselnya kembali.

Belum ada notifikasi balasan dari chat yang dikirimnya pada seseorang tadi. Bahkan tanda biru yang artinya sudah dibaca saja belum ada, bagaimana caranya dia akan membalas pesannya kalau begini?

"Loh, Levin?"

Cowok itu tersentak pelan, agak terkejut dengan suara lembut yang menyapanya pelan. Levin tersenyum lalu segera turun dari atas motor sportnya dan menghampiri wanita cantik yang baru saja keluar dari dalam rumah megah didepannya.

"Sore, Tante Nes," ujarnya sembari mencium tangan Nesya dengan sopan lalu melemparkan senyumannya pada Mama Cessa itu.

Nesya balas tersenyum. "Menantu idaman banget sih, Lev." Begitu kekeh Nesya yang membuat Levin malu sendiri rasanya. Iya malu dengan cara terkekeh kikuk.

"Ehe, bisa aja, Tan." Levin terkekeh karenanya yang membuat Nesya gemas sendiri mengusap pelan rambutnya.

"Nyari Cessa ya?" tanyanya kemudian.

Levin menganguk mengiyakan. "Iya, Tan. Cessanya ada?" tanyanya.

"Waduuh Cessanya lagi pergi tadi, Lev. Habis marah-marah tadi, palingan curhat ketempatnya Nanda." Nesya membalas dengan nada lembutnya.

Mendengarnya membuat Levin mengerutkan alisnya heran. Lalu sedetik kemudian tersenyum tipis, begitu mengingat siapa Nanda. Sahabat gadisnya itu sedari kecil. Levin tau kok, Cessa pernah bilang dulu.

"Oh gitu, Tan?" tanyanya sembari menganguk paham.

Nesya mengulas senyum tak enaknya pada pemuda itu. "Iya, maaf ya, Lev. Coba kamu hubungin dulu anaknya, tadi sih Tante taunya dia di rumah Nanda."

Feel RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang