Feel Real
"Ketika cinta itu hadir." a teenfiction by natchadiary
Remaja, pasti erat kaitannya dengan persahabatan dan cinta.
Seperti halnya yang dialami oleh Cessa. Dimulai dari hari pertama masa putih abu-abunya yang langsung di hadapkan dengan c...
"Lagi ada perasaan yang menyerebak ketika mendengar namanya menjadi alasan seseorang untuk tersenyum." - Cessa.
"Gue benci dengan perasaan yang timbul dalam diri gue. Terlebih rindu yang menggumpal dan cemburu yang membuncah." - Levin Ivano.
"Gue sangat benci terjebak dalam perasaan rumit yang berhujung perih." - D
"Dibawah tetesan hujan yang merebak di depan kelas. Aku ingin menyamapaikan aksaraku yang bermajas rindu padamu." - Catatan Author untuknya, sang tema dalam cerita ini.
-Feel Real-
CEWEK berambut hitam melebihi bahu yang sengaja ia kuncir kuda itu nampak berjalan sendirian di sepinya koridor. Kaki jenjangnya yang terbalut dalam sepasang sepatu converse merah itu bergerak seiringan dengan rambut hitamnya yang menari mengikuti irama langkahnya.
Cessa cewek itu memang lagi dan lagi menjadi yang paling akhir keluar dari ruang kelasnya. Akibat dia bolos pelajaran terakhir tadi. Ngga sengaja sih lebih tepatnya. Ngga sengaja molor di perpustakaan maksudnya, akibat puyeng mikirin pemilik diary tadi, di tambah perkataan Naura tadi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dan teman-temannya itu sudah pulang duluan kelihatannya. Apalagi bel sudah berbunyi semenjak lima belas menit yang lalu. Heuh, emang dasar teman kampret. Bukannya nyariin eh malah di tinggalin.
Ngga juga sih, ngga sejahat itu kok. Reina ada latihan teater, Naura mau jalan sama gebetan katanya, Devia ngga tau ngilang kemana, dan Resha tugas mau maksa Dimas buat ngerjain KTI mereka yang masih kosong mlompong, ya ngga beda jauh sama punya Cessa. Masih putih bersih, megang laptop aja juga belum.
Keadaan gerbang sekolah yang sudah sepi membuat Cessa menghela napasnya pelan. Tadi Mang Aden meneleponnya jika mobilnya mogok dan sedang menunggu montir datang, Mama dan Papanya juga belum bisa ngejemput Cessa, masih sibuk di butik sama di kantor. Duh emang ya anak di nomor duain melulu, ngga juga sih, orang demi kepentingan Cessa juga.
Tapi kalau saja Efran sudah memberinya ijin untuk mengendarai mobil atau paling tidak motor untuk ke sekolah mungkin Cessa ngga akan keduprakan gini kalau ngga ada yang bisa jemput. Ngenes amat, mau minta di anterin sama pacar eh ngga punya. Apalagi gebetan, nasib cewek cantik yang masih bingung mau pilih yang mana.
Huek pede. Ayo indomaret deh, cari kresek kalau ngga kuat.
Cessa lantas melangkah ke arah halte yang hanya berjarak empat puluh meter dari gerbang sekolahnya. Hanya ada seorang ibu dan anaknya yang balita serta seorang mahasiswi yang tengah sibuk menunggu di halte itu. Sembari menunggu taksi lewat ataupun angkot Cessa lalu memutuskan untuk duduk di atas bangku panjang di sana.