Feel Real
"Ketika cinta itu hadir." a teenfiction by natchadiary
Remaja, pasti erat kaitannya dengan persahabatan dan cinta.
Seperti halnya yang dialami oleh Cessa. Dimulai dari hari pertama masa putih abu-abunya yang langsung di hadapkan dengan c...
"Gue sudah coba buat serius. Tapi malah di bercandain mulu. Gemes aja gitu rasanya." - Dari Levin buat dia yang belum peka.
"Herannya lagi sama dia. Semua masalah selalu di bercandain. Kapan seriusnya coba?" - Dari Princessa untuk Levin, cowok yang ngga pernah serius.
"Seandainya kamu tahu bahwa setiap harinya tanpa jeda aku menginginkan kamu peka pada perasaan ku. Hampa begitu kamu acuh dan tak peduli rasanya." - catatan author
-Feel Real-
LIMAhari sudah Levin dan Cessa tidak saling berbicara. Keduanya sama-sama kompak untuk diam. Saat berpapasan mereka hanya saling bertatapan untuk sesaat lalu melanjutkan langkah masing-masing kembali.
Cessa yang selalu menjaga jarak dengan Levin, mengacuhkan Levin bahkan seolah menganggap Levin tak ada. Cewek itu masih begitu kesal dengan kejadian tempo hari.
Levin sendiri hanya mengikuti alur Cessa. Dia juga masih tak terima saja dengan perkataan Cessa beberapa hari yang lalu, lagian dia hanya ingin membiarkan Cessa mereda dengan caranya sendiri.
Karena biar bagaimanapun juga kejadian waktu itu membuat perbedaan terjadi pada keduanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dan itu membuat sepuluh IPA empat gonjang-ganjing.
Lima hari ini juga tidak ada perdebatan antara Cessa dan Levin. Bahkan saat kelompok yang di haruskan berisi empat anggota dan harus depan belakang. Cessa lebih memilih untuk bertukar posisi dengan Milan--teman sewaktu SMP nya dulu yang duduk sebangku dengan Naura.
Iya intinya Cessa dan Levin saling menjauh.
Dan menjauhnya mereka itu dengan alasan yang tidak jelas, karena setiap di tanya keduanya pasti kompak menjawab, 'perasaan lo doang kali, gue mah biasa aja.' gitu katanya yang membuat mereka heran sendiri.
Kejadian apa yang betulan membuat keduanya menjadi benaran marah begitu. Ngga biasanya.
Dan pastinya kejadian itu luar biasa, jauh dari kata biasa saja.
Bahkan sampai hari Senin begini, keduanya masih diam-diaman. Heran saja rasanya, bahkan teman-teman dekatnya saja pada heran. Apa yang terjadi pada dua anak itu.
"Cess masih marahan?" Resha bertanya pelan sembari menatap Cessa yang asyik dengan tasnya.
Cewek itu menggeleng. "Ngga ada yang bilang marahan perasaan."