#55 Berdamai

4.8K 598 37
                                    

Author PoV

"Hai, Suho. Apa kabar?"

Empat kalimat pendek yang terlontar dari mulut Irene, entah disadari atau tidak, mampu memporak-porandakan perasaan Suho. Lagi.

Cewek itu adalah sahabatnya sejak SMA. Tapi semua berakhir begitu saja di akhir masa kuliah mereka.

Suho cepat-cepat menyadarkan dirinya.

"Ah, hai Ren. Kabar gue baik. Lo sendiri gimana?"

Suasana canggung langsung menyelimuti ruangan Suho. Meskipun di sana ada ibunya Irene, tapi Suho berharap Kinan bisa kembali ke sini untuk setidaknya mencairkan sedikit suasana.

"Aku juga baik." Jawab Irene tersenyum hambar.

"Tante apa kabar?" Suho berjalan menghampiri keduanya dan mencium tangan ibunya Irene yang usianya sudah menginjak akhir 40-an.

"Tante baik kok Ho. Kamu udah jadi dokter sukses jadi gak pernah main ke rumah lagi, ya."

Suho menelan salivanya susah payah.

Memang, Tante pikir, Suho berubah karena apa?

"Siapa yang sakit? Ayo duduk dulu." Suho kembali ke kursinya sambil mempersilakan Irene dan ibunya untuk duduk di kursi pasien.

"Ibu, Ho. Dari kemarin demam, tapi badannya menggigil gitu. Sekarang demamnya udah agak mendingan sih. Cuma aku khawatir aja."

Suho memerhatikan Irene. Cara bicaranya, suaranya, bahkan aroma tubuhnya masih tidak ada yang berubah. Aroma vanila itu masih tercium jelas oleh indera penciumannya.

Aroma yang membuat Suho bahagia tapi sakit di saat yang bersamaan.

"Ya udah, ayo saya periksa dulu Tante."

***

"Bu, Ibu mau nunggu di mobil sebentar?"

"Loh, kenapa Teh?"

"Aku mau ngomong hal penting dulu sama Suho. Nanti aku susul Ibu. Nggak lama kok."

"Oh, ya udah atuh. Nanti Teteh langsung ke mobil ya. Ibu nunggu di dalem."

Irene mengacungkan jempolnya dan kembali memasuki klinik Suho.

Cowok itu nampak sedang merapikan meja kerjanya. Tepat saat ia meletakan stetoskop dan hampir saja membuka jas dokternya, suara Irene membuat ia menghentikan aktivitasnya.

"Ho."

"Irene?"

Irene memasuki ruang praktik Suho dan berlari menghambur ke arah Suho. Cewek itu berjinjit sedikit dan tanpa ragu, ia langsung memeluk Suho di sebelah kursinya.

Cowok yang menjadi objek Irene hanya bisa mematung. Menegang lebih tepatnya. Bingung harus melakukan apa. Bingung harus mengatakan apa.

"Ho, jangan pergi lagi. Maafin aku, Ho, aku jahat, aku egois, aku..." tidak butuh waktu lama, Irene sudah menumpahkan bulir-bulir bening di bahu Suho.

Sementara Suho masih tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Jadi, ia hanya diam mematung. Kedua tangannya pun tidak bereaksi apa-apa.

"R—"

"Maafin aku, Ho. Maafin aku nggak pernah nurut atas semua saran-saran dan nasihat kamu. Aku egois, benar-benar terlalu egois."

Kemeja biru navy itu sudah basah di bagian bahunya. Tapi tidak membuat si pemiliknya tergerak untuk mengatakan sesuatu, apalagi membalas pelukannya.

Cool Couple [OSH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang