Do you ever wish you had a second chance to meet someone again for the first time?
I recommend you to play the media:)
Kinan PoV
5 bulan berlalu setelah pernikahan Bang Suho dan Kak Irene. Sekarang mereka tinggal di apartemen yang dulu kami bertiga tempati. Ah, salah, kami berempat maksudnya.
Gue sekarang pindah ke Bandung, memulai karir sebagai perempuan tulen yang ribet mengurusi pernikahan orang lain. Sementara jodoh untuk diri sendiri aja belum ketemu.
Gue berjalan keluar ruangan dan menemukan beberapa orang karyawan gue sedang sibuk dengan komputernya masing-masing. Tapi, suara ketukan stiletto gue nyatanya mengganggu pendengaran mereka dan buat mereka mengalihkan pandangannya ke gue.
"Eh, Om Vio, gimana soal catering-nya Bu Anisa? Dia ready buat bulan depan nggak?" gue berjalan menghampiri meja kerjanya Om Vio.
"Duh, Nan, sori banget. Bu Anisa tanggal segitu ada pesanan juga di RT-nya. Habis kita dadakan katanya."
Gue memijat pelipis dengan lembut. Lalu menarik napas pelan, dan mengembuskannya juga perlahan. "Mas Demas sama Mbak Intan juga ngotot mau mereka?"
"Nggak kok, tadi gue udah konfirmasi sama mereka by phone, kalau memang nggak bisa pake catering-nya Glorious aja gak papa."
"Oke deh kalo gitu." Gue pun balik badan dan meninggalkan area tempat kerja itu menuju pantry.
Gue mengambil mug dari kabinet atas dan mengisinya dengan air. Sambil menunggu air terisi penuh, ponsel gue berdering dan nama Chanyeol muncul di sana.
"Ape?"
"Free kok, lagi nggak banyak klien hari ini. Mau ke sini ya udah sini aja."
"Hahaha, gila. Otak lo dari SMA nggak pernah beres ya, sebel." Gue mematikan tombol dispenser dan membiarkan mug gue masih berada di sana.
"Ya udah, langsung ke Casa aja."
"Belum kok, belum direnovasi. Habis arsiteknya katanya sibuk mulu. Padahal ini Casa udah pengin gue sulap serba vintage, shabby chic gitu. Pasti keren."
"Gue? Sekarang? Hmm... 23 tahun. Kenapa?"
"Hahaha, sialan. Udah ah, gue tutup ya. Nanti ada yang ngamuk ih sereeem."
Setelah sambungan terputus, gue mengambil mug dan kembali berjalan menuju ruangan gue. Tepat saat gue akan membuka pintu, Pak Dino selaku orang yang bantu-bantu membersihkan Casa, berjalan mendekat.
"Mbak Kinan, tadi arsiteknya telepon katanya hari ini mau datang."
Gue memutar bola mata jengah. "Ah, terserah dia aja deh Pak. Udah janji 2 kali dia batal mulu. Nanti Bapak bilangin ke dia ya, kalo sampai hari ini dia nggak datang lagi, aku batalin." Emosi gue mulai terpancing.
Lagian, arsitek ini sombong banget nggak sih. Udah dari 3 minggu yang lalu dia janji mau datang untuk konsultasi sama gue soal renovasi Casa.
Fyi aja, dari awal gue punya tempat kerja, gue nggak pernah sebut ini kantor. Karena kesannya kalau kantor itu formal banget, ya, sementara gue lebih suka yang terkesan santai dan homey. Jadi, terciptalah sebuah panggilan Casa, yang dalam bahasa Spanyol artinya rumah. Karena gue pengin tempat ini bisa nyaman ditempati karyawan-karyawan gue, pun oleh klien-klien gue.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Couple [OSH]
FanfictionSama-sama cuek, sama-sama jutek, sama-sama batu dan keras kepala. Tapi tinggal di apartemen yang sama. Nah loh? "Biarin aja dia tinggal di apartemen. Biasanya kalo sesama orang cuek ketemu itu punya cara sendiri buat komunikasi." -Mama "Dia...