#68 Miss You

4.4K 599 19
                                    


You told me you loved me. So why did you go away?




Gue duduk menekuk lutut di atas sofa. Mata gue, untuk kesekian kalinya, kembali meneteskan air mata. Bukan karena drama yang lagi tayang di televisi. Tapi karena Sehun, lagi dan lagi membuat air mata gue jatuh.

Ntah kenapa, rasanya hari ini gue terlalu rindu sama Sehun. Gue kangen banget sama dia. Hampir 3 minggu kami nggak ketemu, dan itu sungguh menyiksa gue. Sejak dia pergi hampir dua bulan lalu, bayangannya nggak lepas sedikit pun dari pikiran gue.

Biasanya kalau sama dia, jam segini kami pasti lagi makan bareng. Kalau nggak, gue memaksa dia untuk nonton drama bareng. Atau kalau lagi mau keluar, kami pergi ke taman. Sekadar jalan-jalan sambil pegangan tangan.

Ow, shit.

Mata gue udah sembab. Berkali-kali gue membenamkan kepala ke sela-sela lutut dan dada, berharap gue bisa berhenti menangis. Tapi, nyatanya malah kehadiran Sehun di sini semakin gue harapkan.

Gaya dia turun tangga, gaya dia duduk di samping gue, suara dia yang menyebalkan, candaannya yang sering bikin pipi gue merah, masakannya yang enak banget, juga aroma tubuhnya yang meskipun udah lelah pulang kerja pun, masih bisa gue cium jelas.

Sekarang gue hanya duduk sendirian tanpa Sehun. Biasanya, gue bisa manja-manjaan sama dia atau sekadar dapat back hug selepas dia pulang kerja.

"Hun, where are you?" gue nyaris mengambil HP untuk mengetikan kalimat itu dan dikirim ke Sehun. Tapi, saat logika gue berjalan, rasanya nggak seharusnya juga gue mengganggu dia kerja.

Tangis gue mulai reda, meskipun masih ada desahan-desahan parau. Gue kembali memfokuskan diri pada drama di TV. Dan adegan berikutnya sepertinya akan terjadi adegan kissing.


"Itu pasti bentar lagi kissing."

"Itu dari matanya juga udah keliatan."


Gue cepat-cepat membekap mulut gue sendiri dan menggeleng kepala kuat-kuat untuk menepis bayangan Sehun yang nggak pernah lepas dari pikiran gue.

Bahkan, semua hal di apartemen ini selalu mengingatkan gue sama dia. Semua sudut apartemen ini udah dipenuhi kenangan bareng Sehun.

Gue duduk di ruang keluarga, inget Sehun. Gue inget tiap gue duduk sendiri di sofa, dia selalu ikut duduk di samping dan tiba-tiba menjatuhkan kepala gue ke bahunya. Dia selalu bilang, "Sofa ini terlalu besar untuk kamu tempati sendiri. Sini, saya temenin."

Beralih ke ruang makan, tempat kami menghabiskan waktu untuk makan bareng. Sehun pernah sekali membuat momen romantis. Ceritanya dia bikin acara romantic dinner sebagai permintaan maaf karena telat jemput gue. Terus, kami mengobrol banyak hal setelahnya. Tentang masa kecil dia yang sulit setelah ibunya pergi dengan laki-laki lain, tentang dia yang sulit berjuang di SMA dan kuliahnya, juga tentang dia yang pekerja keras sampai sekarang.

Dulu, gue seneng banget pergi ke dapur meskipun itu untuk sekadar ambil minum. Karena dapur selalu ramai saat Sehun di sini. Dapur selalu terasa hangat karena kehadiran Sehun dan hobi masak pastanya. Sekarang, itu malah jadi tempat yang paling gue benci. Gue benci karena sekarang dapur terasa dingin. Nggak ada lagi aroma masakan di sana, nggak ada lagi rasa hangat dari kompor yang menyala, terlebih lagi, dapur terasa dingin karena Sehun nggak ada lagi di sana dengan celemek favoritnya.

Cool Couple [OSH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang