#62 I'm Not Ready Yet

5.3K 607 27
                                    

Sehun PoV

“Lu jangan pernah ngasih tau dia soal gua. Awas aja kalo bocor.”

“Sumpah itu bukan gua!”

Gua nyaris aja mengumpat kalau nggak ingat lawan bicara gua adalah cewek. Langkah gua terhenti tepat di depan pintu lift menunggunya terbuka. Lift masih ada di lantai 19 dan gua masih ada kesempatan untuk berbicara dengan lawan bicara gua.

“Dengerin gua, Cath. Kalo sampe dia bener-bener nyamperin dan ganggu lagi hidup gua, nyawa lu yang jadi taruhannya. Inget aja itu.”

“Bukan gua pelakunya!”

Bertepatan setelah gua memutuskan sambungan telepon, pintu lift terbuka. Gegas gua membawa langkah untuk masuk dan naik.

Sabar, Hun. Ini nggak akan terjadi. Semuanya akan baik-baik aja.

***

Gua membuka pintu apartemen dan menemukan dia lagi berkutat dengan sesuatu di atas karpet. Dia mengenakan sweater kebesaran yang nyaris menelan habis tubuh mungilnya dengan hanya mengenakan celana pendek di atas lutut. Kaki kanannya ditekuk membuat celananya tertarik semakin pendek. Rambutnya digelung asal-asalan—style favoritnya—dengan beberapa helai rambut tipisnya yang menjuntai indah.

Wajahnya benar-benar terlihat serius menatap sesuatu dengan dahinya yang mengerut.

Nan, kenapa kamu selalu bisa buat saya jatuh cinta sama kamu dengan cara apa pun?

Kinan masih nggak sadar dengan kedatangan gua saking terlalu sibuknya mengurusi kuku-kukunya. Ah, ternyata dia lagi mewarnai kuku. Pantes bisa seserius itu.

Setelah menutup pintu, gua berjalan mengendap-endap berharap Kinan masih nggak menyadari kedatangan gua. Dan setelah gua ada di belakangnya, ternyata dia memang benar-benar nggak sadar. Matanya masih fokus memandangi kuku tangan kanannya yang berkali-kali dia hapus. Padahal masih di jari telunjuk.

“Iiihhh!” dia menggerutu sendiri sambil mengerucutkan bibirnya gemas.

Tahan, Hun. Nggak boleh nyosor. Tahan…

“Kamu lagi ngapain sih?” tangan gua tiba-tiba melingkar di perutnya dan menjatuhkan kepala di bahu kirinya.

“AAAAKKK!” Kinan menjerit, membuat cat di telunjuk kanannya—yang mulai rapi—jadi kembali berantakan.

“Ya salam Sehun! Lo nggak liat apa gue lagi ngapain? Ih anjir, ini susah banget warnain kuku sebelah kanan tuh. Lo malah pake acara ngagetin segala. Nih, emang lo bisa tanggung jawab?!”

Gua langsung menempelkan bibir gua di pipi kirinya membuat cewek itu langsung bungkam. “Berisik ya kamu. Ngoceh mulu.”

Kinan nggak ngerespon gua. Dia masih diam.

“Tuh, dikasih cium aja diem.” Gua melepaskan pelukannya dan merapikan tas gua di sofa. Lalu gua berpindah duduk jadi tepat di hadapan Kinan. Melihat wajah cewek mungil itu yang langsung memerah.

“Dasar kepiting.” Ledek gua sambil ngacak-ngacak rambutnya lembut.

“Udah sana. Jangan ganggu gue!” dia kembali berteriak setelah kesadarannya kembali.

“Masa suami baru pulang diusir sih? Bukannya disambut kek, dikasih minum kek, lebih bagus lagi dicium.”

Kinan yang barusan udah menunduk, kini kembali mendongak, menatap gua dengan sorot mata elangnya. Tapi bukannya takut, gua malah makin gemes ngeliat dia ngambek kayak gitu. Suka pengin khilaf rasanya.

“Diem ah jangan ganggu.”

“Sini deh sini saya tanggung jawab.” Gua langsung mengambil kuas kutek di tangan kirinya sekaligus mengambit tangan kanannya. “Eh bentar. Ini hapus dulu ah jelek.”

Cool Couple [OSH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang