#77 Magic Hour

4.8K 646 66
                                    

You meet someone and you fall in love and that's that.



"Sehun." Laki-laki itu menjulurkan tangannya tepat di hadapan gue.

Pikiran gue masih nggak berfokus di dia. Sebagiannya lagi melayang-layang ke kejadian 5 bulan silam, saat dia hanya bisa memperhatikan gue dari jauh. Saat dia tiba-tiba buang muka ketika gue menyapa Chanyeol. Dan saat dia tiba-tiba pulang lebih dulu tanpa berpamitan atau menyapa gue dulu.

Sebagiannya lagi melayang ke kejadian 4 tahun lalu, saat gue tahu kalau laki-laki ini sudah menjadi ayah. Ayah dari anak kecil bernama Gabriel. Yang berhasil memporak-porandakan hati gue sebegitu kuatnya. Dan, sampai sekarang gue masih belum tau soal kepastian status Sehun. Meskipun memang, gue penuh harap kalau itu hanya imajinasi gue. Itu hanya halusinasi gue, atau mungkin mimpi buruk gue.

Sisanya, pikiran gue melayang ke kejadian-kejadian masa lalu, manis-pahitnya setahun bersama Sehun.

Ah, andai saja gue nggak ingat status laki-laki di hadapan gue ini, mungkin udah gue peluk erat dia sekarang. Sumpah, ngeliat dia bikin mata gue jadi teras panas.

"Kamu, nggak berniat balas uluran tangan saya gitu?" tanya laki-laki itu santai.

"Ah, hm. Kinan." Gue membalas uluran tangannya.

Gue membenarkan posisi duduk dulu, lalu kembali bicara. "Jadi gimana, soal—"

"Nggak usah sok formal gitu, Nan. Kamu tau banget saya. Saya juga tau banget kamu."

Ucapan Sehun malah membuat tenggorokan gue tercekat. Ada jeda hening beberapa detik, sampai akhirnya Sehun bicara lagi.

"Kamu pikir, saya jauh-jauh dari Palembang ke Bandung cuma mau bahas masalah renovasi Casa kamu ini? Yang benar aja, Nan."

Gue semakin tidak bisa berkata-kata.

"Saya tau persis kemauan kamu soal Casa ini. Selama itu vintage, pastel dan shabby chic, kamu oke, kan?"

Tanpa sadar, gue mengangguk. Mengiyakan pertanyaan dia yang sebenarnya, gue pun nggak tau apa yang akan Sehun lakukan sama tempat ini. Tapi, meskipun sudah berkali-kali dikecewakan, entah kenapa lagi-lagi gue mau untuk percaya.

How stupid you are, Kinan?!

"Baiklah kalau gitu. Sekarang ayo kita pergi." Sehun tiba-tiba bangkit dari kursinya dan kembali menjulurkan tangannya ke hadapan gue.

"Ke mana?"

"Membuat rasa penasaran kamu hilang seutuhnya. Meluruskan banyak hal dan..."

"Dan?" gue masih duduk dan menatap Sehun bingung.

"Udah yuk." Dia kembali menarik tangannya dan bergegas meninggalkan ruangan gue lebih dulu.

***

Setelah saling diam di mobil, lalu Sehun membawa gue ke beberapa tempat perbelanjaan—hanya sekadar menemani dia cari buku, katanya, lalu akhirnya kami sampai juga di salah satu kafe yang lokasinya di sekitaran Dago Pakar. Meskipun tempatnya sedikit memojok, tapi, gue sangat berterima kasih karena Sehun menemukan tempat ini.

4 jam yang melelahkan ditutup dengan suasana kafe yang membuat gue takjub sekaligus ingin mengembuskan napas panjang saking tenangnya.

Kami udah duduk di salah satu kursi yang bersampingan dengan pagar pembatas. Dengan meja yang dihiasi lilin ditambah cahaya dari beberapa lampu kuning redup dan cahaya dari sorot kejinggaan matahari senja.

Cool Couple [OSH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang