A thousand times in a day, your face repeatedly appears in my thoughts
Sehun PoV
Tiga tahun lalu.
Tepat setahun setelah Kinan pergi, gua berusaha mati-matian untuk nggak menghubungi dia. Jangan pernah mau tau gimana kabar gua setelah dia pergi, karena itu cuma akan bikin kalian sakit. Nggak, sih, maksudnya bikin hati gua tambah sakit.
Setahun setelah Kinan pergi, baik Suho, Bang Umin, ataupun kedua sahabat Kinan nggak ada yang berusaha menghubungi gua. Semua berlalu gitu aja, seperti angin.
Seseorang membunyikan pintu apartemen gua. Dengan langkah malas-malasan, gua menghampiri pintu dan melihat interkom lebih dulu.
Sissy dan Gabriel ada di sana.
"Daddy."
Suara Iel merusak mood gua sepagi ini. Tapi, pada akhirnya gua pun membuka pintu.
"Halo Dear." Sissy mencondongkan wajahnya untuk mencium pipi gua. Tapi gua menolak.
Raut wajah heran Sissy langsung teralihkan karena Gabriel. "Daddy, Iel rindu." Anak itu langsung memeluk gua hanya sebatas pinggang. Gua menariknya ke dalam gendongan.
"Iel, kalo Daddy itu bukan Daddy-nya Iel, gimana?" tanya gua tiba-tiba.
"Sehun! What are you trying to do?!" Sissy menatap gua dengan sorot mata tajam. Gabriel yang ada di gendongan gua ikut terkejut.
"Mama..."
"He is your Daddy. One and only."
Gua memutar bola mata jengah. Lalu gua menurunkan Iel dan menyuruhnya bermain di ruangannya. Tentu setelah diiming-imingi es krim.
Setelah Iel pergi, suasana hening. Gua berjalan menghampiri sofa diikuti Sissy dari belakang.
"Kamu tuh Daddy-nya Iel, Hun. Apa lagi yang kurang?"
"Mana buktinya?" tanya gua datar.
Gua pikir, ini semua harus segera diakhiri. Gua gak bisa lagi berpura-pura untuk jadi ayah dari anak yang gua yakini bukan anak kandung gua. Gua gak bisa terus dibayang-bayangi Kinan sampai sejauh ini. Parahnya, gua gak bisa terus membohongi Gabriel.
"Umur dia sekarang 4 tahun, persis waktunya seperti saat kita ngelakuin itu, Hun."
"Ralat. Dia telat 5 bulan dari waktu kejadian. Apa mungkin, kalo itu hasil gua, rentang waktu telatnya selama itu?"
Sissy mematung, tidak menjawab.
Tiba-tiba dia berujar, "Kamu waktu itu lagi mabuk, Hun, kamu nggak sadar."
"Tapi gua ingat jelas kapan gua terluka karena cewek itu. Dan satu lagi yang gua ingat. Gua ngeluarin itu di luar."
"Kamu ngaco! Udah jelas-jelas itu anak kamu, Hun!" Sissy masih yakin dengan pendiriannya. Meskipun bisa gua liat sorot matanya itu mulai ketakutan dan ucapannya seolah memaksa.
"Kalau aku sebut Justin, gimana reaksi kamu ya?" gua mendelik tajam ke arahnya.
Sissy menatap gua terkejut. Tapi, beberapa detik kemudian dia berusaha menormalkan kembali tatapannya. Berusaha menghindari kecurigaan gua sepertinya.
"Kamu butuh tes DNA?"
Alih-alih menjawab, Sissy langsung memukul dada gua kuat-kuat dan menangis. Ia menumpahkan semua air matanya untuk membasahi kemeja gua. Sedikit rasa bersalah menyelusup hati kecil gua. Tapi, gua gak punya pilihan. Gua gak bisa melepaskan Kinan pergi gitu aja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Couple [OSH]
FanfictionSama-sama cuek, sama-sama jutek, sama-sama batu dan keras kepala. Tapi tinggal di apartemen yang sama. Nah loh? "Biarin aja dia tinggal di apartemen. Biasanya kalo sesama orang cuek ketemu itu punya cara sendiri buat komunikasi." -Mama "Dia...