#81 I'm Here

5.1K 654 83
                                    

"Don't worry because I'm here, beside you." -Kinan



Sehun membuka mata ketika jam sudah menujukkan pukul 7 pagi. Ia sudah berbaring rapi di tempat tidur. Ponselnya juga tersimpan di atas nakas, tidak sadar siapa yang memindahkannya. Terakhir kali yang diingatnya, Sehun terus menangisi Kinan sampai ia tidak sadarkan diri.

Setelah kesadarannya kembali utuh, Sehun langsung menyambar ponselnya. Baru saja ia mau menghubungi Suho, panggilan masuk datang lebih dulu.

"Halo, Ho, Kinan gimana? Ada kabar? Gua udah telepon dia dari semalam tapi nggak diangkat juga. Nomornya aktif, Ho. Tapi dia nggak angkat. Dia nggak mungkin masuk yang tiga orang itu, kan? Ho, bilang sama guaaa." Sehun menjerit frustasi.

Jelas saja, bagaimana Sehun tidak frustasi ketika ia pikir semua rencana yang sudah ia susun rapi akan berjalan lancar, tapi, malam ini kabar mengejutkan itu tiba-tiba datang. Dan ini bukan lagi soal Kinan yang pergi lama. Tapi, ia takut Kinan pergi selamanya.

Rasa penyesalan kini mulai menggerogoti hatinya. Harusnya, kemarin-kemarin ia tahan saja Kinan agar tidak pergi. Harusnya, kemarin-kemarin ia paksa saja Kinan untuk naik kereta api Lodaya, bukan Turangga. Harusnya ia ungkapkan saja semuanya dari kemarin. Dan, masih banyak lagi pernyataan "harusnya" yang ingin Sehun teriakkan sekarang. Tapi apalah artinya penyesalan ketika semua itu sudah terjadi?

"Gua nggak mau lagi kehilangan Kinan, Ho. Gua nggak sanggup." Kini suara Sehun melemah. Ia mendadak lupa bahwa dirinya adalah laki-laki. Tapi, memang laki-laki tidak boleh menangis? Memang, laki-laki tidak boleh memiliki sisi rapuh?

Lantas, kalau orang tersayang pergi, apa Sehun harus pura-pura tegar dan menganggap semuanya baik-baik saja?

"Iya, Ho. Iya gua ke stasiun sekarang. Lu cepet ya. Gua nggak tau harus gimana lagi sekarang."

Sambungan telepon mereka akhirnya terputus. Sehun memastikan sekali lagi untuk menghubungi Kinan. Tapi hasilnya nihil. Dia masih belum menjawabnya sampai sekarang.

Handphone Sehun kembali berbunyi dan menampilkan nama Kai di layar.

"Kai, lu udah dapat kabar baru dari Kinan? Kai please jangan sembunyiin sesuatu kalau tau kabar Kinan. Gua nggak bisa kayak gini, Kai. Lu tega membiarkan gue jadi mayat hidup? Gua..." Sehun tidak melanjutkan kata-katanya saat dia ingat kalau Kinan mungkin saja tidak mengabari Kai soal kepergiannya ke Yogyakarta.

"Kinan pasti baik-baik aja, Bang. Gua memang bukan dukun. Tapi, gua tau dia orang yang kuat."

Entah kenapa, jawaban dari Kai membuatnya sedikit tenang. Meskipun Sehun tahu, Kai pun belum tahu kabar terbaru Kinan seperti apa. Bahkan, Kinan pasti belum menjawab teleponnya. Tapi entah kenapa perasaannya kini sedikit membaik.

Sepertinya Kinan memang mengabarinya pergi ke Yogyakarta.

"Gua nggak bisa ke Bandung karena ada urusan mendesak, Bang. Kalau udah selesai, gua nanti nyusul ke sana. Tapi, kabari gua apa pun tentang Kinan secepatnya kalau lu udah dapat kabar ya, Bang."

"Iya. Jangan berhenti berdoa Kai. Please, berdoa yang banyak buat Kinan."

***

Berkali-kali Sehun mendatangi tempat informasi untuk menanyakan nama Kinan Zerina di sana. Tapi, berkali-kali juga petugas informasi meyakinkan tidak ada penumpang bernama Kinan Zerina di kereta itu.

"Pak, saya sendiri yang mendaftarkan dia sebagai penumpang kereta itu. Gimana Bapak bisa bilang kalau dia nggak ada?" kesabaran Sehun mulai habis. Suaranya malah meninggi, membuat urat-urat di lehernya terbentuk jelas.

Cool Couple [OSH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang