#66 Feeling Blue

3.6K 532 57
                                    

My feelings are too deep to be merely described by words.




Entah dari mana Kai tau tempat ini. Tempat yang cukup sepi dibandingkan dalam gedung. Sungguh, tempat ini terlalu sepi dan saat ini gue cocok ada di sini.

Gue dan Kai duduk saling berpelukan, duduk di bangku yang terbuat dari batu. Beruntungnya, meski cuaca terik, sebuah pohon tinggi memayungi kami dari samping.

Sudah 10 menit gue menangis. Gue tidak lagi peduli dengan kondisi muka gue sendiri. Yang terpenting saat ini, semua rasa sakit gue bisa lepas lewat air mata.

Tadi, setelah Kai menggenggam tangan gue erat, dia langsung balik badan dan menarik gue dengan cepat. Kami mengabaikan tatapan orang-orang yang mengarah ke kami. Kai menjawab beberapa pertanyaan yang terlempar ke arah kami dengan singkat. Sementara gue hanya menunduk, menahan air mata sekuat tenaga agar tidak menetes di sana.

Kami keluar gedung, berbelok ke arah kiri dan berjalan cukup jauh untuk mengitari gedung. Sampai akhirnya Kai berhenti di sini, di tempat kami duduk sekarang. Tempat yang tak terjangkau bahkan oleh satpam sekali pun.

Seketika, gue merasa berterima kasih pada Bang Umin karena tidak menyewa tempat di hotel.

Kami sudah duduk di bangku ini dengan tangan gue yang masih Kai genggam. Gue nggak sedikit pun mendongak sejak dari dalam gedung tadi, membuat Kai akhirnya merengkuh gue.

Dia memeluk gue, menenggelamkan kepala gue yang kecil ini di dadanya. Meskipun tidak selebar Sehun, tapi, dada ini lah yang selalu ada buat gue. Gue menumpahkan semua kesedihan dan kekesalan selama ini di dada Kai. Seperti yang pernah dia bilang, "Lu tau ke mana kepala lu harus bersandar."

Kemeja Kai basah, tapi ia belum berniat melepaskan pelukannya. Bahkan ia semakin memeluk gue erat, membuat gue merasakan sedikit sesak tapi nyaman di saat yang bersamaan.

Pelukan kami akhirnya terlepas karena dering handphone Kai. Sementara Kai mengecek HP-nya, gue sesenggukkan sendiri, menikmati sisa-sisa tangis yang membuat dada gue sesak.

"Loh? Kok dimatiin?" tanya gue dengan suara parau.

"It's not as important as your condition right now."

"Siapa?"

"Cindi."

Gue terbelalak kaget. Lalu gue bertanya lagi, "Tapi, lo kan sayang dia, Kai?"

"Yes, but I love you more."

Jawaban Kai terlalu singkat tapi cukup menegaskan bahwa gue masih jadi prioritasnya. Bahkan saat dibandingkan dengan Cindi.

"Maaf-"

"Ini bukan lebaran, Nan. Lu nggak perlu ngomong maaf-maafan. Yang penting, kondisi lu baik dulu buat bisa kembali ke dalem."

Gue kembali meneteskan air mata. "Peluk." Pinta gue manja.

Dan tangan Kai kembali terentang untuk mengungkung badan mungil gue. Tangan gue ikut melingkar, mengunci punggungnya.

"Dia siapa, Kai? Kenapa dia meluk Sehun? Kenapa Sehun nggak melepaskan pelukannya? Kenapa?"

Gue kembali terisak mengingat kejadian yang masih terasa seperti mimpi tadi. Tapi, sialnya, kenapa perasaan gue nggak berubah sedikit pun sama Sehun? Bahkan setelah dia bohongi gue, setelah dia dengan suka rela menerima pelukan dari cewek lain, kenapa gue dengan bodohnya masih sayang dia?

Tangan Kai mengelus punggung gue lembut. Mulutnya tidak menjawab apa pun pertanyaan gue, tapi itu cukup membuat gue yakin kalau dia pun merasakan hal yang sama.

Cool Couple [OSH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang