#29

3.1K 128 3
                                    

    Kami berempat duduk dirumah. Hanya berdiam diri saja. Aku mengalihkan pandanganku pada Ab.

    "Kau butuh istirahat. Naiklah lebih dulu. Aku akan naik sebentar lagi" kataku,dia mengangguk dan mencium pipiku didepan mereka. Dan mereka berdua menggeram disana.

     "Jadi ada apa?" tanyaku.
   "Kenapa harus pakai baju yang itu. Apa tidak ada baju lain lagi?" tanya Ian lembut.
   "Tapi aku biasa pakai baju seperti ini kok" jawabku seadanya.

    "Tapi setidaknya jangan perlihatkan tubuhmu. Aku tidak suka" jawabnya lagi. Sedangkan dave,dia hanya diam sambil terus menutup matanya. Aku tau dia sedang meredam emosinya.

   "Ayolah,ini biasa dizaman sekarang. Bukan hal aneh kan" kataku membela diri.
    "Itu hal biasa bagimu tapi tidak bagiku. Aku tidak suka kalau ada yang melihatmu dengan tatapan lapar." dave angkat bicara. Suaranya meninggi. Apa dia membentakku.

    Aku benci ini. Tidak seorang pun pernah membentakku,dan dia,berani sekali dia membentakku.
   "Jangan membentakku. Kau fikir kau ini siapa berani membentakku" kataku marah.
  "Aku tidak membentakmu. Aku hanya ingin kau mengerti. Dan aku. Aku ini adalah matemu" katanya dengan penekanan. Dia membentakku lagi.

    Hatiku sakit. Air mataku sudah mulai keluar. Aku tidak mau menangis disini. Ini memalukan. Aku lari kedapur menuju lapangan belakang. Menuju peni kudaku. Aku menaikinya dan berlari kedalam hutan.

    Aku berhenti setelah masuk cukup dalam kehutan.

    Sreek...sreek...
  Aku mendengar ada yang bergerak dari balik pohon. Aku turun dari kudaku. "Siapa disana" teriakku.

    Seorang muncul dari balik pohon. Dengan jubah besar dan tudung yang menutupi hampir seluruh wajahnya. Aku memiringkan kepalaku,siapa tau bisa melihat sedikit. Dia membuka penutup kepalanya.

     Dia pria. Dia sangat tampan,seperti keturunan dewa yunani. Dengan mata semerah darah. Kulit yang luar biasa putih. Bibir yang sangat merah,sangat kontras dengan kulitnya.
     Dia Vampire.
  
    "Mate" katanya sangat pelan tapi sangat jelas ditelingaku. Apa yang dia bilang barusan? Aku menggelang. Tidak mungkin aku mate nya.
  
    Dia melangkah mendekat padaku. Aku refleks mundur.
    "Jangan mendekat. Kau bukan mate ku tuan" kataku sambil terus mundur.

    Dia menatapku sendu sambil menggeleng, "jangan menjauh dariku, aku tidak akan menyakiti mateku." katanya

     'Tryn,apa dia mate kita?'
   'Aku memang bisa mencium aroma yang luar biasa memabukkan darinya. Aromanya bahkan mengalahkan Ian dan dave. Tapi aku tidak yakin dengan mate itu' jawab Tryn.

    "Maaf tuan,wolfku bilang kalau kau bukan mateku" jawabku.
   "Panggil aku Hans. Tapi aku sendiri merasakannya" katanya yang semakin dekat padaku,dan hebatnya aku tidak mundur sedikitpun.

    Aku menatap mata merahnya. Aku benar benar hanyut kedalamnya. Dia menyentuh pipiku. Dingin. Itulah dia. Aku menutup mataku,ini nyaman.

  Aku tersadar dari tindakan bodohku. Aku mundur beberapa langkah.

    "Aku akan menemuimu lagi deer" katanya dan mencium pipiku lalu melesat pergi.
   'Tryn kenapa denganmu. Kau bahkan tidak menyadarkan aku' kataku.
   'Aku tidak bisa fokus karena aroma tubuhnya. Aku mencium aroma darah yang sangat memabukkan' jawabnya.

    Aku menaiki kudaku dan duduk diatasnya tanpa berpindah tempat. Aku masih kesal dan sakit hati. Aku belum ingin pulang kerumah.

    Aku menutup mataku, sangat sakit saat dia membentakku seperti tadi. Aku mengambil nafas dalam dan mencium aroma mint dan hutan. Aku tau ini milik Ian. Dan benar dia ada dibelakangku.
 
    "Love,tidak baik ada dihutan seperti ini. Ayo kembali" bujuknya halus. Kenapa david tidak sesabar Ian. Aku mengangguk kecil.
 
    gerrr...gerrr
Baru kami akan melangkah beberapa rogue menghadang jalan kami. Kalau tidak salah mereka ada 1,2,3...ada 15. Sialan,kenapa banyak sekali.

    "Tetap dibelakangku" kata Ian,aku hanya mengangguk. Dia berubah menjadi serigala abu abu yang sangat besar dan sangat tampan. Aku suka.

    Mereka mulai saling menyerang. Dia mengalahkan hampir setengah dari mereka. Aku terlalu sibuk melihatnya sampai tidak sadar kalau ada seekor rogue sibelakangku.

  Dia menggeram kearahku,aku belum bisa shift, aku mundur perlahan, tapi sialnya dia melompat kearahku. Aku menutup mataku. Cukup lama,tapi kenapa aku tidak merasakan apa apa,aku sedikit mengintip. Serigala tadi bertarung dengan serigala hitam pekat yang sangat besar. Itu dave. Aku tau itu dia.

    Dia melempar serigala itu kepohon hingga menumbangkan pohon. Dia menggigit lehernya sampai tak bernyawa. Dia melihatku dengan tatapan khawatir. Lalu membantu Ian.
   
    Mereka pergi kebalik pohon dan muncul hanya mengenakan celana. Mereka menghampiriku.

    "Kau baik baik saja?" tanya Ian. Aku mengangguk. Aku memperhatikan mereka dengan seksama. Ian seperti baik baik saja,aku melihat dave,siku nya berdarah.

    "Kau berdarah." kataku panik.
  "Aku baik baik saja. Ini akan sembuh dengan sendirinya" jawabnya. Aku mendelik kesal padanya. Dasar batu.

    Kami sampai dirumah.
  "Aku ingin mengajakmu kepackku" kata mereka bersamaan. Bingungkan kalo gini ceritanya. Harus milih deh.

    "Ikut denganku lebih dulu" kata mereka bersamaan.
   "Denganku lebih dulu" kata dave.
   "Aku lebih dulu" kata Ian.

  "Oke stop. Gini aja,karena aku lebih dulu bertemu dave,maka aku akan ikut dave lebih dulu. 3 hari bersama dave dan 3 hari dengan Ian" kataku akhirnya

    "Baiklah." kata Ian.
  "Jadi hari ini aku akan bersama dave" kataku lagi. Ian melotot kearahku.
  "fine. Jaga mateku baik baik." katanya memperingati dave. Dave melihatnya jengah. Ian pergi dan meninggalkan kami.
    "Kalau begitu ayo" aku menarik tangan dave.
   "Mau kemana?" tanyanya polos.
   "Ke Neraka. Tentu saja kepackmu" jawabku.
   
   Dia tersenyum dan melajukan mobilnya masuk kedalam hutan. Kami sampai dipacknya. Kami turun dan semua orang menunduk hormat pada kami.

    "Pemandangan ini lagi" gumamku.
  "Lagi apanya?" tanyanya. Aku menggeleng. Kami berjalan menuju kamarnya.

   "Mom dan daddy akan datang besok. Jadi kita baru bertemu mereka besok. Apa tidak masalah?" katanya.
   "Itu tidak masalah,yang pentingkan aku bisa berkenalan dengan mereka" jawabku pasti. Sekarang kami hanya diam.
 
   "Aku minta maaf" katanya dangan kepala menunduk. Aku mengernyit tak mengerti.
    "Atas apa?"
   "Tadi saat dirumah. Suaraku saat bicara denganmu tadi seperti marah" jawabnya. "Aku tidak punya maksud untuk membentakmu. Karena aku kau dalam bahaya tadi. Kalau tadi aku bicara lebih lembut mungkin kau tidak akan lari kehutan. Maafkan aku. Maaf kan aku." katanya terus.
    
   Aku berpindah duduk dikasurnya, disampinya. Aku menangkup pipinya dan menatapnya.

    "Aku tau kau tidak bermaksud untuk membentaku. Seharusnya aku tau. Aku memang sangat manja padamu. Jadi saat kau menaikkan sedikit saja suara mu,aku sangat sedih" kataku.

  "apa kau punya obat atau betadine?" tanyaku. Bukannya menjawab dia malah memuta mutar badanku. Apa yang salah dengan badanku.
  "Kau terluka dimana?" suaranya terdengar sangat panik.
   "Aku tidak terluka. Ambilka saja kalau kau punya P3K" kataku. Dia mengangguk dan merogoh laci.

   "Ini dia" dia menyerahkan kotak berwarna putih padaku.

⚪⚪⚪⚪⚪⚪⚪⚪
   Haii..

  Hari ini update lagi untuk part baru.

Need you vote and comment

The Hidden Queen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang