#34

2.9K 140 0
                                    

David pov.
     Ini sudah seminggu, ah bahkan hampir dua minggu sejak kejadian itu,aku bahkan tidak bisa bertemu atau menemukannya. Bahkan dia tidak menghadiri kelasnya. Apa yang sedang terjadi padanya. Apa dia baik baik saja.

    'Aku sering merasakan sakit,apa itu berasal dari dirinya' batinku. Aku keluar dari ruanganku. Mungkin aku bisa menemukannya.

     Tapi naas,aku bahkan tidak bisa mencium aromanya disini.
     "Lily Talbot" panggilku. Itu wanita yang serumah dengan mateku. Dia berjalan kearahku.
    "Ada apa Alpha?" tanyanya dengan raut wajah jengah.
    "Ikut keruangan saya sekarang" titahku dan berjalan lebih dulu.

     "Silahkan duduk" ujarku.
    "Kau pasti ingin menanyakan kabar Valerie,kenapa dia tidak sekolah. Kenapa dia tidak ada dimanapun. Aku benarkan" katanya datar.

     "Kau benar. Kemana dia? Aku tidak menemukannya dikampus. Atau dicafe yang setiap hari dia kunjungi. Dibutik yang sering dia datangi. Bahkan ditempat dia melakukan perawatan" ujarku. Mungkin sekarang aku jadi terdengar seperti penguntit dari pada seorang mate.

    
     "Dia pergi" jawabnya. Aku masih diam dan menunggu kalimat yang selanjutnya. Tapi dia malah diam. Dia berdiri dan berjalan keluar.
    "Pergi ketempat yang tidak seorang pun bisa menemukannya" tambahnya dan berjalan keluar.

    Aku menarik rambutku kasar. Aku benar benar menyesal sekarang. Aku berjalan keluar dan melajukan mobil ku menuju rumahnya.

    Aku menerobos masuk kedalam. Disana Abram sedang duduk dan menonton televisi. Dia terlihat santai sekali. Bahkan tidak melihat padaku sedikitpun.

    Dia bangkit berdiri dan berjalan keatas, "mengganggu kesenanganku saja" ujarnya.

   Aku melesat dan menarik tangannya turun.
    "Kemana Valerie pergi?" tanyaku.
   "Ketempat yang tidak seorangpun bisa menemukannya" jawabnya acuh.
   
    "Ya tapi pergi kemana? Aku tidak bisa menemukannya dimanapun" jawabku frutasi.
     "Apa kau tidak menyimak jawaban ku baru saja" ujarnya.
  "Ketempat yang tidak seorang pun bisa menemukannya" katanya lagi dan pergi keatas.

    Sekarang tinggal 1 tempat yang aku harus kunjungi.

Author pov.
    Ini sudah kesejuta kalinya dia jatuh dan pingsan. Hampir seluruh tubuh gadis itu penuh dengan luka dan memar. Hampir setiap malam dia menangis dikamar kecilnya.

    "Demi moongoddes,aku tidak bisa menerima ini semua. Aku hanya gadis biasa" katanya sambil terisak dalam sebuah ruangan kecil.

   Diluar sana ada dua orang pria yang melihanya dan merasa bersalah. Bahkan keadaan mereka sama buruk dengannya. Karena ya,setiap kali wanita itu jatuh dan luka,mereka akan melukai diri mereka. Setiap kali wanita itu dapat memar baru mereka akan dapat memar baru juga.

     "Aku tidak bisa melihat ratu seperti ini kevin" katanya sendu.
    "Aku juga rick. Tapi mau bagaimana lagi. Nenek yang meminta kita untuk melakukannya. Kau ingat kan" jawab pria yang dipanggil kevin itu. Pikiran mereka melayang pada suatu pagi di 100 tahun yang lalu.

   Flashback on.

   Seorang wanita berambut putih bersih sedang menikmati embun dikaki telanjangnya. Dia menutup mata indahnya sambil tersenyum.
   
      "Erick,kevin mari bergabung denganku" katanya pada dua pria yang sedang menikmati kopi hitam di atas pohon. Mereka turun dan duduk disebelah wanita itu.

    "Ada apa nek?" kata yang satunya. Ya benar,itu adalah nenek mereka. Lebih tepatnya nenek angkat mereka. Nenek berumur 80 tahun dengan tampang 20 tahun.

    "Sudah tiba waktunya. Aku akan pergi untuk beberapa waktu. Aku punya tugas untuk kamu berdua. Apa kamu mau melakukannya?" tanya wanita itu.

    Keduanya mengangguk antusias, "tentu kami akan melakukan apapun yang nenek tugaskan." jawab mereka serempak.

    "Jagalah cucuku. Dia yang akan menjadi pemilik alam ini. Temui dia diumurnya yang hampir 18 tahun." katanya.
    "Bagaimana kami bisa mengenalnya nek?"
    "Dia akan dijaga oleh Sia dan Ryan sampai kalian menemuinya" jawab wanita itu.
    "Lalu apa tugas kami nek?" tanya pria sebelah kiri.

    "Aku tau benar kalau kamu berdua adalah penyihir terhebat disini. Aku ingin kamu melatih dia. Tidak perduli sekeras apapun. Aku ingin dia sehebat kalian. Aku ingin dia menjadi layak untuk gelar yang akan disandangnya nanti." katanya memberi jeda.
   " Jangan kasihan pada wanita manja itu atau dia akan lengah. Hukum dia jika tidak menurut. Dia harus benar benar menguasai dirinya" jawab wanita itu tegas.

    "Tapi bagaimana kalau dia terluka. Atau dia menangis" jawab mereka.
  "Itu sudah pasti. Tapi itu kesalahan putraku dan menantuku. Itu kesalahan mereka. Aishh.. mereka terlalu memanjakan cucuku. Ingin sekali menghukum mereka berdua." runtuknya.

    Dia mengehal nafasnya kasar, "luka untuk menjadi yang terbaik itu biasa. Biarakan dia terluka agar dia menjadi tangguh. Biarkan dia menangis sampai dia benar benar bosan dan memilih untuk tegar dan kuat" jawab wanita itu tanpa bimbang.

  Flashback off.

   Mereka berdua masih terus melihat gadis itu menangis. Mereka benar benar terluka.

    Gadis itu mengusap air matanya kasar. Dia berdiri tegak. "Aku tidak akan menangis lagi. Cukup sudah air mataku jatuh. Mereka sudah kering. Tidak akan pernah jatuh lagi. Tidak akan pernah" katanya tajam dan dingin.

   Dia berjalan sambil menghentakkan kakinya.
    "Auu.. sialan,aku lupa kalau ini baru saja terluka" dia menatap nanar tumit dan lututnya yang baru saja dapat tato alami.

   Tapi dua pria yang ada didekatnya tidak takut. Mereka justru tersenyum senang.

    "Aku akan meminta dua curut itu untuk melatihku lagi." katanya dan berjalan keluar. Dia berjingkat kaget saat yang dicari berdiri didepan wajahnya.

    "Mencari dua curut ini heh Valerie Arthur Dominic Alexandria?" kata yang satunya pura pura sinis.

    Benar,wanita yang menangis,yang terdapat luka, memar ditubuhnya itu adalah Valerie Arthur Dominic Alexandria.

   "Jangan begitu kevin. Ada apa mencari kami Val?" tanya erick.

    "Aishh.. lebih baik bicara dengan kak erick dari pada kak kevin." celetuknya. "Aku ingin melanjutkan latihanku." tambahnya.

   "Hehe.. maaf aku hanya pura pura saja. Benarkah kau ingin melanjut latihan kita ?" tanya kevin berpura tidak tau,padahal dari tadi nguping.
 
    Mereka menuju lapangan yang sangat luas.
    "Sekarang tunjukkan seberapa maju perkembangan elemen anginmu. Kali ini berkonsentrasilah. Pusatkan energi dan fikiranmu." kata kevin.

   Valerie mengangkat tangannya, mengumpulkan energi. Angin mulai berhembus pelan,semakin lama semakin kencang.
    "Kau bisa membuat yang lebih dari itu Valerie" teriak erikc yang didengar samar samar olehnya.

    Dia memusatkan fikirannya, membuka lebar tangannya,pusaran angin semakin lama semakin besar. Ini sudah batas kemampuannya untuk menahan.

     "Lempar" teriak kevin.

⚪⚪⚪⚪⚪⚪
  Haiii..

Balik lagi dengan part baru..
Semoga suka ya..

Jangan lupa vote and comment ya.

  

The Hidden Queen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang