45

2.2K 101 3
                                    

     sudah hampir 2 minggu aku disini. menyenangkan rasanya. walaupun  adik perempuan dave yang masih sedikit dingin padaku, tapi ya setidaknya dia sudah berubah. ya ku akui dave memang sedikit kejam. tapi aku paham, itu untuk kebaikan packnya.

    "wuna wuna" panggil seorang anak perempuan. Aku membalikkan badan dan melihatnya sedikit murung. Aku beranjak dari kursi taman dan menghampirinya. Lucu sekali. memanggil Luna saja dia belum benar. tapi sudah bisa merajuk.

    "ada apa sayang?" tanyaku dan membawanya dalam pelukanku dan duduk dikursi taman.

    "ai encui unga ina." katanya dengan wajah murung. Aku mengernyitkan keningku.
         'siapa itu Ai?'
    'ntahlah val, tapi aku yakin itu bocah seumuran dia juga' jawab Tryn.

    "siapa itu Ai sayang?", dia menunjuk semak didekat kolam. Apa Ai itu nama semak? atau dia menunjuk Air?

      Tak lama seorang anak laki laki muncul dengan beberapa daun gugur dikepalanya, aku sedikit terkekeh. Dia berjalan kearahku dengan menundukkan kepalanya. Dia berdiri tepat didepanku.
     "Apa kau yang bernama Ai?" tanyaku dengan lembut. dia menggeleng pelan.
     "Namaku Ary Luna bukan Ai." koreksinya.

    Aku menariknya duduk disebelahku, "Baiklah. jadi kenapa Ary mengambil bunga Nina?", dia menunduk dan air sudah dipelupuk matanya.
     "Ary cuma mau lihat, tapi nina tidak mau kasih. bunganya cuma ada 1" jawabnya sambil mengusap matanya.

     Aku mendudukkan nina disebelah kananku. aku mengusap kepala Ary dengan lembut, "Coba sini Luna lihat bunganya". Dia mengambil bunga dari balik punggungnya. sebuah bunga berwarna semerah darah dengan tangkai segelap malam.

       Ini bukan mawar.

    "apakah ini boleh untuk luna?"
Mereka mengangguk kompak.
   
    "astaga Karenina, ternyata kau disini" kata seorang wanita dibelakangku. Dia datang dan menggendong nina, "maaf luna sudah mengganggu" ujarnya.

    "Tidak masalah. Dia juga tidak mengganggu, dia menemaniku disini" ujarku sambil tersenyum.

    "saya permisi Luna" ujarnya dan mundur perlahan. Sekarang aku duduk berdua dengan Ary. Tiba tiba ada yang memeluk leherku dan mengecup puncak kepalaku, reflek Ary menutup kedua matanya dan membuatku tersipu malu.

     Dave duduk disebelahku dengan wajah tampannya, "kau membuatku malu dave" ujarku pelan dan membuatnya terkekeh pelan. Dia mengernyitkan keningnya, "kenapa kau menutup matamu?" tanyanya bingung.

     "karena aku belum cukup umur untuk melihat seperti itu Alpha" jawabannya membuat kami tertawa pelan.

     "Alpha memang tidak pintar melihat situasi" kataku dan Ary mengangguk.

    "Alpha, Luna aku pulang ya, aku harus mandi" katanya dan berlari

    "jangan lari, nanti kau terjatuh" teriakku. "dia tidak akan jatuh sayang" bisik dave ditelingaku. dia memeluk pinggangku dan bersandar di bahuku. aku mengusap lengannya lembut. "sepertinya kau sangat lelah" kataku. "tadinya begitu, tapi setelah melihatmu sudah tidak lagi. kau benar benar pengisi daya terbaik"

   kami duduk ditaman, dengan dia yang selalu memelukku. sangat menenangkan.

  
  Ian pov.
     aku balik dari rumah sakit dan merebahkan diriku dikasur.
     Ini sudah 2 minggu, tapi aku masih merasa sepi dengan tidak adanya valerie disini. Tidak ada langi yang menungguku. Aku merogoh saku dan mengambil handphone ku, ini sudah pukul 11, sepertinya dia sudah tidur.

The Hidden Queen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang