#18

4.1K 181 0
                                    

Val pov.
   Ini sudah 5 menit aku dan Lily menunggu gadis ini,tapi tak kunjung datang,memangnya dia fikir dia siapa sampai berani membuatku menunggu selama ini.

    'Lihat lihat,kau mudah sekali emosi, sabar sedikit,mungkin dia sedang ada kelas'
   'Aku sudah sabar sedari tadi,kita sudah menunggu selama 5 menit,apa itu masih kurang?'
  'Dasar payah,itu masih 5 menit,tapi seolah 5 tahun' ejeknya.
 
   "Kita akan menunggu berapa hari lagi disini?" Sindirku.
 
   Apa apaan dia ini,kenapa malah melotot pada ku,seharusnya aku yang begitu, "kita masih menunggu 5 menit dan kau sudah ribut begini" dia memicingkan matanya.

    "5 menit kita menunggu seharusnya aku sudah bisa tidur siang,atau setidaknya belanja untuk besok" protesku.
    "Kau sudah tidak waras ya?kau mau belanja lagi?"
      "Yap"
  "Dasar boros,mau kau kemanakan semua isi lemarimu itu val?" Suaranya mulai meninggi lagi,astaga.

   "Pelankan suaramu,ini bukan kampus manusia normal,jangan asik teriak teriak,buat malu" kataku sedikit berbisik.
      "Aku tau,kau ti..."
  "Hai,maaf ya sudah membuat kalian menunggu lama" potong sigadis yang sudah 5 tahun aku tunggu ini.
   "Tidak apa frenda,kami juga belum lama" jawab lily.
   
   'Apanya yang belum lama,ini sudah sangat lama bodoh' teriak batinku.
   "Maafkan aku valerie,aku tadi ada kelas tambahan "
    "Ya",hanya itu yang terlintas dikepalaku,dan kenapa dia malah menatapku dengan tatapan seribu tanya di wajah bingungnya.

  'Astaga,maksudnya YA itu apa val. Dia sudah minta maaf setidaknya katakan,"oke tidak masalah" atau hal yang lebih spesifik lagi" protes Tryn,  gosh,wolfku berbanding terbalik denganku. Aku bisa gila dibuatnya.

      'Ayo katakan' bujuk wolfku.

  "Oke tak apa franda", akhirnya dia tersenyum juga.
   "Frenda vali bukan franda" koreksi Lily.
    "Yang ku ingat franda,jadi bukan salah ku. Ayo cepat,aku sudah lapar luar biasa"
   "Aku juga,aku ingin makan sushi" pekik lily kegirangan.

David pov.
   Untuk kesejuta kalinya aku tidak bisa datang menemui mate ku karena ayah,untung saja dia ayahku,kalau tidak pasti sudah musnah.
    Sudah berapa hari ini aku tidak datang melihatnya,aku sangat merindukannya.
  
    'Aku juga  sangat merindukannya. Bagaimana kalau kita tinggalkan sebentar pekerjaan sialan ini,dan datang kerumahnya' usul adam.
   'Ide yang bagus,tumben sekali kau pintar'
    'Aku selalu lebih pintar darimu dave, kau saja yang tidak menyadarinya'
   'Cihh,dasar sombong'

    Saat aku akan meninggalkan ruanganku,dan baru setengah jalan maraih gagang pintu,telfonku berdering, tertera dilayar,
    Pria Pencabut Nyawa.
    Sial,kenapa harus telfon sekarang.

  "Hallo dad"
   "Hai son,aku cuma mau ingatkan, kalau berkasnya akan ku ambil 1 jam lagi,rapat dimajukan karena ada hal penting" jelasnya,dan itu sukses membuatku ingin memakinya,kalau saja aku tidak ingin dapat gelar Anak Durhaka,mungkin sudah kulakukan.
    "Aku baru saja ingin pergi" kesalku.
   "Tidak akan kubiarkan kau pergi dengan para jalangmu David" tegas nya.
  
   'Katakan saja kalau kita akan menemui mate kita dave' usul adam.
   'Tidak,aku belum ingin memberitau mereka kalau aku sudah menemukan mate ku'
  'Apalagi yang kau tunggu?dia mate kita,apa susahnya mengakuinya' geram adam. Aku memutuskan mindlink sebelum dia yang ambil alih dan mengatakan semuanya.

     "Baik,akan kuselesaikan".
Baru satu langkah aku menuju meja kerjaku,andrew datang dengan keterburuannya,alhasil aku terkena hentakan pintu.
 
     "Apa kau tidak bisa lebih pelan lagi? Kenapa kalian serba tiba tiba begini. Kau membuatku makin kesal drew" kesalku,dia menundukkan kepalanya, dan aku bisa lihat dia berusaha menahan senyumnya.
     'Dasar beta kurang ajar' batinku.

   "Maaf Alpha,saya datang ingin minta izin keluar"
    "Kau akan kemana?apa ada perbatasan yang diserang?"
     "Benar Alpha,kali ini jauh lebih gawat, nyawaku taruhannya"
   "Sial,kenapa aku baru tau kalau ada perbatasan yang diserang,aku akan lihat kesana"
    "Tapi dave,begini,kali ini bukan perbatasan pack yang diserang"
  
  Aku menaikkan sebelah alisku,
    "Lalu apa yang diserang?"
"Aku dave,aku,sedari tadi aku hampir meregang nyawa karena Louisa" dia menunjuk dirinya sendiri. Sebenarnya ada apa.

    "Dari dia pulang kuliah,dia meminta ku untuk menemaninya belanja,sedang kan aku masih punya banyak kerjaan yang jauh lebih penting dari pada belanja. Mungkin tingkat pendengaran ku sudah berkurang karena dia teriak terus. Dan kalau aku bukan warewolf, mungkin semua pisau yang dari tadi dilemparkannya kearahku pasti sudah tertancap dengan indah diseluruh tubuhku. Jadi sebelum aku benar benar terbunuh,dan kau kehilangan beta kesayanganmu,aku harus pergi dengannya"

    "Sejujurnya tidak masalah kalau kau terbunuh sekalipun. Yang kufikirkan adalah Louisa yang akan menangis dan merusak telingaku"

    "Terserah ice man,aku pergi dulu"
  
   Anak perempuan itu tidak pernah berubah,masih saja seenaknya,aku fikir setelah dia menemukan matenya dia akan berubah,ternyata tidak. Kemalangan berpihak padamu drew.

Someone pov.
    "Salam Lord,anda memanggil saya" ini sudah kesekian kalinya siapapum yang datang padanya harus membungkukkan badan,sepertinya sudah menjadi sebuah aturan mutlak.

  "Ya,aku ingin kau cari tau bagaimana keadaan Nya hari ini" jawab sang lord tanpa memandang sedikitpun lawan bicaranya.

   "Baik Lord,kalau begitu saya permisi dulu" sang pria berlalu masih dengan badan yang dibungkukkan.

   "Aku sangat meeindukanmu my lady"

Val pov.
    Ini sudah butik ke-17 yang aku kunjungi,tapi kenapa belum ada yang sesuai hatiku,menyebalkan sekali.

   "Val,ini sudah hampir seluruh butik ternama, tapi masa tidak satupun ada yang menarik perhatianmu,aku saja sudah menemukan 7 gaun,dan frenda 2" ,aku saja luar biasa kaget saat melihat frenda,seusaha apapun Lily memintanya untuk mengambil dia hanya ambil 2 itu pun karena aku yang paksa.
    "Tapi kan belum seluruhnya Ly, aku harus dapatkan yang ku mau"
   "Baiklah baik"

   Akhirnya setelah berkeliling selama 4 jam aku menemukannya.
   "Aku menemukannya,itu dia" aku berjalan terburu buru dan bersamaan denganku,(maksudku dia lebih dulu sampai tapi tidak beda jauh),sampai seorang gadis manja yang barbar,aku bisa lihat dari wajahnya. Seorang warewolf.

    "Ada apa Nona muda,ada yang bisa saya bantu" lihat,ini keunggulan jika kau berasal dari keluarga bangsawan, kau akan dilayani lebih dulu dan yang melayani pun beda.

   "Aku ingin gaun itu" pekik si wanita barbar disebelahku. Tidak beretika sekali.
    "Tapi nona itu sudah lebih dulu memesannya" jawab seorang pelatan padanya. Dan aku tidak paham sama sekali,bagaimana bisa wajahnya merah padam begitu. Aku berfeeling kalau dia akan buat keributan.

    "Siapkan untukku"
  "Baik nona" baru saja sang manager berbalik badan,si barbar sudah lebih dulu memakinya.

    "Apa kau tidak dengar kalau aku ingin gaun itu,dimana telingamu manusia,siapkan untukku sekarang" suaranya semakin kencang dan meninggi. Dan disebelah nya seorang pria berusaha untuk menenangkannya,aku bisa merasakan kalau mereka mate.
     "Jangan sampai aku membuatmu menyesal,kau akan ku beritau pada kakakku" sambungnya.

    Si manager sudah lebih dulu ketakukan melihatnya,"ta...ta..tapi" astaga,dia bahkan sampai bergetar.
  
   "Berikan padanya,aku tidak suka ribut dengan orang tak berkelas"
    "Apa katamu?kau bilang aku tidak berkelas,kau tidak tau siapa aku? Dasar wanita jalang"
   "Tunjukkan aku koleksimu" aku berjalan santai meninggalkan wanita barbar itu,dan diikuti si manager.
    Dan aku pasti benar,kalau Lily akan memandangnya dengan sangat rendah,dan mengintimidasi.
   Aku melihat kebelakang,dan got it.
Lily memandangnya dengan sangat luar biasa merendahkan,dengan seringai khasnya.

   Sangat cocok jadi sahabatku.

⚪⚪⚪⚪⚪⚪
 hai readers..

Kembali lagi dengan bagian baru..
Maaf kalau bertele tele..
Aku senang sih membayangkannya..

Selamat membaca.
    

The Hidden Queen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang