Lily menarik tanganku.
"Hei kenapa kau jadi berat dan tidak bisa ditarik? Apa efek menangismu begini ya??" Lily masih terus menarik tanganku tanpa menoleh kebelakang.Dia membalikkan badannya saat akan menarikku dengan kedua tangannya. Dia mendengus kasar.
"Pantas tidak bisa ditarik. Kenapa ditahan,ini penting." gerutu Lily."Jangan menariknya. Biarkan dia jalan sendiri. Bagaimana kalau lunaku jatuh ditangga." protes Ian,manisnya pria ini.
"Baiklah,baik. Aku lepas nih. Jadi ayo cepat turun" Lily berpindah kebelakangku dan mendorongku. Sekarang malah Ian yang berpindah ke depanku.
'Apa maunya dua orang ini' emosi ku jadi naikkan.
"Kenapa malah menghalangi jalanku, minggir dong." Lily menggeser tubuh Ian,dan hasinya nihil. Ia sama sekali tidak berpindah.
"Jangan dorong dia. Bagaimana kalau doronganmu terlalu kuat dan dia terpeleset lalu jatuh." protesnya lagi. Lily menatapnya jengah. Aku tau kalau dia ingin sekali mencabik Ian sekarang juga.
Ternyata dia sangat khawatir dan jadi seperti ini, "Ly turunlah dulu,aku akan tirun bersama Ian" ujarku. Lily turung dengan sedikit bersungut."Sialan,biasanya juga aku menarik atau mendorongnya dari atas sini,tapi dia tidak pernah jatuh. Memangnya aku ibu tiri sampai sengaja membuatnya jatuh",sungut Lily dengan menghentakkan kakinya.
"Jangan membuat dia kesal. Bisa bisa dia merepet sepanjang tahun." candaku.
Aku dan Ian terkekeh geli. Ian menggenggam tanganku, "ayo turun sebelum dia berteriak" bisik Ian.
Kami turun dengan Ian yang terus memeluk pinggangku posesif,katanya taku kalau aku oleng dan jatuh.
"Ada apa sampai harus buru buru menarikku tadi?" aku dan Ian mendaratkan bokong kami di sofa sebelah mereka.
"Ada paket tidak jelas. Kami dari tadi sudah coba untuk membukanya. Sialnya,bungkus paketnya sama sekali tidak habis habis. Aku benar benar ingin membakarnya sekarang" lily terlihat sangat kesal."Astaga kak,kau sudah merepet sejam lebih hanya karena paket tidak jelas ini. Apa kau tidak lelah? Aku yang mendengarnya saja lelah. " Ab menggeleng pelan. Dia bahkan terlihat tidak perduli dengan paket ini.
"Kauu!!" pekik Lily.
Gabe memeluk pinggang Lily dan mengelus punggung tangannya. Itu membuat Lily tenang."Kenapa malah ribut karena paket nyasar ini?" kataku menengahi.
"Dia juga terlihat sangat sensitif. Apa dia sedang ...." Ian menggangtung kalimatnya. Aku tau maksudnya. Aku menyikut perutnya pelan. Dia mengangkat tangannya dan membentuk huruf V."Aishh.. cepat buka. Aku sudah tidak sabar ingin tau isinya" sungut Lily.
Aku mendekati paketnya,namun ditahan oleh Ian. "Bagaimana kalau itu berbahaya?" dia bertanya dengan raut wajah sangat khawatir.
Aku tersenyum kecil, "bukankah kau ada bersamaku. Tidak akan terjadi apa apa." jawabku percaya diri. Dia melepaskan genggamannya dan memeluk pinggangku.
Aku merobek bungkusannya. Terlihat kotak berwarna merah darah dengan pita diatasnya.
'Kotak seindah ini kenapa dibungkus lagi. Perasaanku jadi tidak enak. Lebih baik biarkan saja Val." usul Tryn.
'Tak apa Tryn. Lagi pula pengirimnya sudah capek capek sampai kesini' jawabku.
'Baiklah. Hati hati val' ujarnya.Aku membuka kotaknya,ada surat dan gelang yang sangat indah. Gelang berwarna gold berbentuk mahkota. Serta surat dengan pelekat merah ditengahnya.
Aku mengenggamnya gelang itu dan entah bagaimana caranya gelang itu sudah ada dipergelangan tanganku.
Aku berjengit kaget. Perasaanku jadi tidam enak sekarang.Aku segera merampas surat berwarna coklat muda dalam kotak itu.
Aku ucapkan selamat untuk
Ratuku .Ladyku.J.
Aku mengerutkan keningku. Hanya ini? Apa maksudnya selamat? Selamat atas apa? Selamat dari mana? Siapa ratu yang dia maksud?
"Apa maksud surat ini. Aku fikir ini salah kirim" aku menyerahkan surat itu pada Ian. Kami sama sama menatap bingung.Aku mencoba melepas gelang ini. Karena sepertinya kami akan segera mengembalikkan paket nyasar ini. Aku menariknya keluar.
Tidak bisa?
Aku mulai memutar mutar gelang ini,mencari pengaitnya.Tidak ada?
Jangan gila. Gelang apa ini sampai tidak bisa dilepas. Tidak ada pengait juga. Tadi dia memasang sendiri. Sekarang tidak melepas sendir.Aku terus menerus menarik narik dan mencoba untuk mengeluarkan dari tanganku. Saat aku paksa untuk keluar dan lepaskan.
Kekecilan?
Kidding me?"Ian tidak bisa lepas" aku mulai khawatir. Ian mencoba untuk melepasnya perlahan agar tidak menyakitiku. Tidak bisa.
Aku mulai takut. Sumpah.
"Ian tidak bisa dilepas" aku terus menarik gelangnya sampai tanganku memerah dan sedikit luka. Aku mulai sedikit terisak akibat rasa takut dan perih ditanganku.
"Jangan ditarik lagi. Kau melukai dirimu sayang" Ian menahan tangaku. Aku menghempas tangannya dan menarik gelang ini lagi.Abram mendekat dan mengenggam tanganku, "tenang kak tenang. Biar aku lihat sini." ujarnya lembut. Aku tenang seketika. Akhir akhir ini dia jadi sangat lembut.
Dia menatap gelangku dan meraba secara perlahan. Dia menatap Lily dan menggeleng pelan.
"Ada apa?" suaraku sedikit bergetar.
"Gelang ini hanya bisa dibuka oleh pemiliknya kak." jawabnya ragu. Aku tidak percaya ini. Kenapa tadi aku tidak mendengar Ian dan Tryn. Sesalku.Dia mengambil suratnya dan terus membolak balikkannya. Sampai dia hanya memandangi pelekat berwarna merah itu. Dia mengendusnya. Dan wajahnya berubah tegang.
Aku tidak pernah melihatnya begini, ada apa. Aku memegang bahunya, "Ab ada apa? Kenapa kau jadi tegang begini?" tanyaku khawatir.
"Darah" gumamnya sangat pelan, namun terdengar sangat sangat jelas ditelinga kami semua.
Aku refleks memutar tubuhnya dan menghadap kearahku, "apa maksud darah yang kau ucapkan?" suaraku bergetar lagi.
"Pelekat ini." ujarnya dan diam."Darah" sambungnya.
⚪⚪⚪⚪⚪⚪
Haii...Bertemu kembali di part baru..
Selamat menikmati..Jangan lupa vote and comment ya..
See ya
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden Queen.
RandomLuar biasa,jauh dari rumah,hidup sendiri, bertemu banyal orang beda. Belum lagi kenyataan aku punya 2 mate dan ternyata masih ada 1 tambahan lagi. Mereka datang dengan segala ketampanan dan kekuasaannya. Tapi aku tau kalau aku hanya akan memilih 1 d...