#25

3.5K 157 0
                                    

    "Apa!!!" teriak mereka bersama. Kenapa malah kaget,tadi biasa saja. Tidak konsisten.
   "Kenapa kaget begitu?", tanyaku santai.
  "Jelas aku kaget. Dia membawa mate ku. Aku tau betul bagaimana cara dia membawa mobil. Itulah kenapa dari dulu aku dan daddy tidak memberinya mobil" suara Arthur terdengar sedikit meninggi.
   "Lalu kenapa sekarang kau bolehkan dia membawa mobil?" tanyaku
 
   Arthur menghela nafasnya,"jadi begini..."

  Flashback on

"Hallo Vali kecilku" sapaku pada adik sematawayangku.
  "Hai. Kenapa baru telfon sekarang? Apa kau tidak tau aku kesepian disini, aku kesusahan disini." teriaknya sambil menangis. Aku tidak bisa melihatnya begini.
  "Akupun ingin kau kembali. Tapi kau tau sendiri bagaimana daddy, bahkan mommy pun sudah membujuknya." aku coba memberikan pengertian.
  "Aku benci. Aku tidak akan pulang lagi kesana" tangisnya semakin keras.
  "Jangan begitu. Ini demi kebaikanmu sayang. Kau adikku yang super kuat. Kau akan suka disana. Aku dengar kau tidak pakai supir?" tanyaku sabar.
  "Tidak Ar. Aku bawa sendiri"
"Kenapa? Itu bahaya untukmu"
   "Bahaya bagaimana,bukankah aku harus mandiri,itu salah satunya"
  "Tapi Val,daddy..."
"Jangan beritau daddy Ar. Kalau kau beritau aku tidak akan mau datang lagi kesana." ancamnya.
  "Baiklah,tapi ingat. Hati hati,jangan diluar batas kecepatan"
  "Aku tau. Ingat kau sudah janji. Jangan ingkari,atau aku juga akan membencimu"

Flashback off

   "Dia masih begitu. Sangat keras kepala. Aku tidak bisa menentangnya, dia kesayanganku." jawab Arthur.

  'Mate kita keras kepala sekali Brian, benar benar wanita yang menantang' ujar Luc.
  'Kau benar'

  "Baiklah Ar,aku dan Gabe harus kembali ke pack,aku akan datang lagi nanti" ujarku,dia dan jack mengangguk. "Ayo gabe" sambungku.

  David pov.
  Aku tidak bisa ribut terus dengan mate ku. Aku harus menemuinya. Persetan dengan gengsi.
   Aku melajukan mobilku menuju kampus. Dan tepat sekali,saat aku sampai,dia pun sampai dengan teman temannya. Aku menghampirinya.
  "Amour, bisa kita bicara?" dia mengangguk tapi tetap masih terlihat kesal padaku. Aku membawanya keruanganku.
"Ada apa?" tanya nya ketus.
  
   Aku menggenggam tangannya,
   "maafkan aku, aku tidak bermaksud jahat padamu dan temanmu."
  "Kalau tidak bermaksud jahat kenapa kau tetap melakukannya?"
   "Aku sudah berjanji pada mom dan dad kalau aku akan menjaga Louisa dengan baik. Tidak akan membuatnya menangis,marah,kesal disini.", demi Moongoddes aku tidak bohong, tolonglah maafkan aku.

  "Maafkan aku,tolong maafkan aku amour." bujukku,astaga aku sampai menangis. Persetan dengan gengsiku.
 
  Dia menggenggam tanganku, "baiklah dave,aku pun tak bisa marah padamu,jangan menangis,aku tidak marah padamu. Jangan begini" dia mengusap pipiku dan memelukku. Dia benar benar wanita idaman.

   'Benar dave,dia mate idaman' adam membenarkanku.

Val pov.
  Aku sampai diparkiran,dan dari jauh pun aku tau kalau David berjalan kearahku. Jujur aku masih sangat kesal padanya.

  "Amour, bisa kita bicara?" aku mengangguk dengan wajah kesal. Dia membawanya keruanganku. Aku duduk diatas meja kerjanya,dan dia berdiri dihadapanku.
"Ada apa?" tanyaku ketus.
  
   Dia menggenggam tanganku, kenapa dengan dia ini.
   "maafkan aku, aku tidak bermaksud jahat padamu dan temanmu." ujarnya dengan suara sendu??

  "Kalau tidak bermaksud jahat kenapa kau tetap melakukannya?"

   "Aku sudah berjanji pada mom dan dad kalau aku akan menjaga Louisa dengan baik. Tidak akan membuatnya menangis,marah,dan kesal disini.", "Maafkan aku, tolong maafkan aku amour." ujarnya.

The Hidden Queen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang