55

2K 108 4
                                    

"Kenapa kau tidak juga menyerah dan menerima aku sebagai pasangan hidupmu yang baru, aku akan melakukan yang terbaik", teriak em frustasi, hasilnya nihil dengan melakukan ini, ia sedikit menyesal sekarang karena sudah menyakiti Brian dan berada dipihak musuh. Tapi lagi lagi jawaban Brian mampu membuat darahnya mendidih.

"Apa kau gila? kita sama sama tau kalau aku memiliki seorang mate. Dan aku tidak akan meninggalkannya" jawab Brian sangat tegas dan tidak akan berubah. David memandang keduanya jengah, ia melihat Brian dengan ekspresi jijik.

"Cinta monyetmu huh? menjijikkan sekali. terima sajalah dia, setidaknya musuh kita berkurang, dan kemungkinan kita mati disini semakin sedikit", usul tidak masuk akan keluar begitu saja dari mulutnya.

Brian mendengus kesal, "Memangnya aku terlihat seperti pria yang mau menikahi gadis gila dari dunia kegelapan yang kehilangan arah dan tujuan hidupnya? aku masih punya akal"

David mengedikkan bahunya, "Ya siapa tau saja setelah bersamamu dia menerima hidayah dari Moongoddes dan bertobat".

"kalian terlalu banyak bicara", serangan Martha sukses mendarat diperut seksi kedua alpha itu, David sendiri mengeluarkan sedikit darah dari mulutnya.

Martha mengunci pergerakan kedua alpha itu dengan kedua tangannya, dan kaki kedua alpha itu sudah tak lagi menyentuh tanah, ia mengeratkan kepalan tangannya, yang diiringi suara retakan tulang. Emily yang diam saja menyaksikan itu tidak terima dengan perbuatan martha pada prianya.

"Lepaskan dia, kau tidak berhak melakukan itu padanya, kau hanya punya urusan pada pria itu", teriak emily yang disuguhi seringai kecil. Dengan sekali hempasan tangan, ia melempar emily hingga menabrak pohon.

Gabe sendiri sedikit lebih unggul dari rogue didepannya. sedangkan Liam, dia sudah lebih unggul dari sepupunya, itu rahasia umum kalau liam jauh lebih kuat dari sang putra mahkota.

"Kau mengkhianati kaummu sendiri sialan, dimana akal sehatmu", teriak hans, tak sedikit luka yang ia terima dari sepupunya itu, sedari dulu ia sudah mengakui keunggulan Liam walau hanya pada dirinya sendiri.

"Aku sudah katakan dari awal bahwa ini tidak benar, tapi kau tak mau mendengarkan, jadi aku harus melawanmu", jawabnya dengan santai  tanpa emosi sedikitpun.

"Aku tau kenapa paman(ayah Liam) tidak menjadi penerus tahta walau dia putra sulung, itu pasti karena dia terlalu naif dan munafik seperti dirimu ini, tidak heran", nada suaranya terdengar merendahkan.

Liam tidak masalah kau dirinya dihina, tapi tidak dengan kedua orang tuanya. Aura kegelapan dari dalam dirinya keluar, aura yang sebelumnya tidak pernah diketahui oleh siapapun,  ia menutupnya rapat rapat untuknya sendiri. Hans menelan salivanya susah payah.

Dan sekarang, leher hans sudah berada dalam genggamannya.

"Kau sudah bosan hidup ternyata", seringai kecilnya mampu membuat bulu kuduk siapa saja yang melihatnya berdiri. Semua mata tertuju padanya, tidak ada yang menyangka itu sebelumnya. dengan sekali hentakan, leher sepupunya sudah terpisah dari tubuhnya.

 
David dan brian jatuh tersungkur ketanah, mata penyihir sialan itu membulat sempurna, siapa yang berani menganggu kesenangannya.

"Aku", suara itu terdengar familiar ditelingan keduanya, ya jelas saja, itu

"Valerie" ucap mereka bersamaan.

"Aku lawanmu yang seimbang"

sejujurnya aura Valerie saja mampu membuat Martha ketakutan, tapi dia bukan tipe yang akan menyerah begitu saja. Ntah datang dari mana, tapi pasukannya semakin banyak, jelas saja, yang mati disini sudah tak terhitung, ia membangkitkan mereka semua, ntah apa yang ia ucapkan, nyatanya itu sukses besar.

seluruh warrior menatap tak percaya, tenaga mereka sudah terkuras dan semuanya sia sia??

welcome to the hell, pikir semuanya.

Lily datang bersama Abram dengan kedua sayang super besar dipunggung mereka. Gabe benar benar terpaku melihat matenya itu. Lautan mayat hidup dibelah dua oleh sayap milik abram disusul lily dibelakangnya. Well seharusnya mereka datang dari tadi.

Mata gabe masih terfokus pada matenya, hingga akhirnya ia terlembar dan menabrak pohon, bola sihir berwarna hijau hampir saja memdarat mulus di tubuhnya kalau sayap Lily tidak menghalanginya.

"kalau masih ingin bertemu denganku cobalah untuk tetap hidup", bisik perempuan itu dan meninggalkannya.

"Baiklah" katanya dan bangkit berdiri.

"Bagaimana bisa kau mengorbankan anakmu pada Lucifer"

"Itu bukan urusanmu"

"Pergilah selagi aku masih memberi kesempatan untukmu"

"Kau meremehkanku hah? memangnya kau fikir siapa dirimu, aku tidak takut pada siapapun", ia melayangkan bola api yang bahkan sudah lenyap sebelum sampai pada musuhnya. Ia menggeram kesal.

Seribu serangan yang ia luncurkan hanya mampu mengenai bahu Valerie, terlihat jelas disana ada luka bakar akibat sihir sialannya. Valerie mengepalkan kedua tangannya, aku bisa pastikan kalau sebentar lagi tanah tempat mereka berpijak akan terbelah dua.

Setiap kata yang ia ucapkan berdampak buruk, bahkan sekarang seluruh pohon disini sudah bergerak, akarnya yang menjulur panjang membanting siapa saja yang ada didekatnya tanpa ampun. Karena memang mereka tidak memihak siapapun kecuali Valerie.

Martha sendiri sudah berada diujung maut. Dan baru saja sampai di Neraka.

Dan kali ini api membakar hampir seluruh pasukan, bahkan para iblis hangus terbakar, perang justru berujung ajang menyelamatkan diri dari kemarahan Iblis wanita itu.

Sial, david terkena sasaran empuk akar pohon dibelakangnya, sukses melemparnya jauh kedepan. Brian sendiri masih berusaha untuk meraih matenya sembari menghindari api dan hantaman akar sialan itu.

"Astaga, lebih baik aku menghadapi rogue dari pada harus berhadapan dengan ini sihir menyihir", katanya menggerutu. Sedikit lagi ia meraih Valerie.

Ia tersadar bahwa sekarang kaki Valerie sudah tak berpijak lagi ditanah, "Persetan dengan api dan akar sialan ini", geramnya dan berlari, berguling, merunduk, berusaha menghindari serangan.

Hap. .

Ia meraih kaki kanan Valerie,
"Lepaskan aku", teriak wanita itu.

"Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau menyudahi ini semua, sudah cukup, ayo kita kembali ke rumah sayang", Brian berusaha selembut mungkin, wanitanya sudah menjadi api, setidaknya dia harus berusaha menjadi air.

"Kau tidak berhak melarangku, lepas atau kau akan menyesal"

Brian menarik kaki itu hingga menapaki tanah, dipeluknya tubuh itu sambil membisikkan sesuatu. Hatinya meluluh. Ia mulai tenang, nafasnya mulai teratur, tapi tidak dengan keadaan sekitarnya.

Valerie melepaskan pelukannya.

"Hentikan semua ini, lalu kita pulang kerumah. Okay?", ia mengangguk.

Tangannya terentang dan semuanya berhenti.

⚪⚪⚪⚪⚪⚪⚪⚪
holaaa. .

maaf sangat bila part kali ini tak suai harap kamu semua. .

aku benar benar gabut. .

maaf banged. .

dan thanks banget buat yang selalu setia nunggu. .

love u all


The Hidden Queen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang