Setelah sekian lama. Akhirnya mata indah itu terbuka juga. Tapi kali ini berbeda. Dia terlihat sangat dingin.
Val pov.
Aku bangkit dari ranjangku dan mengenakan jubah hitam kebesaran milikku. Aku harus pergi sekarang. Tidak ada waktu untuk menemui yang lain.
Sekarang tujuanku hanya 1. Pria itu. Pria yang menjadi mate ku. Apa yang baru saja kulihat jelas sebuah peringatan. Itu bukam mimpi biasa.
Aku membuka portal yang langsung menuju kehutan. Baru selangkah..."Yang Mulia Ratu,anda sudah kembali." ujar seorang pria tepat dibelakangku. Aku menoleh kebelakang dan mendapati 2 pria yang sedang berdiri terpaku didepan pintu.
"Kak Erick. Kak Kevin" sapaku dengan senyum tipis.
"Kau baru saja kembali dan akan pergi kemana sekarang?" tanya kak Erick yang memang lebih blak blakan.
"Menemui Brian" jawabku.
"Aku tau. Kami ikut" jawab kak Kevin.Kami pergi melewati portal yang kubuat.
Tidak beda jauh dari mimpiku, hutan ini benar benar sudah menjadi medan perang. Bau amis darah sangat menyengat. Aku menggosok hidungku sesekali.
Aku mengedarkan pandanganku, mencari pria yang sangat kurindukan itu. Ketemu. Itu dia. Dia baru saja terlempar kesebuah pohon yang sangat besar.
Aku melesat kesana dengan amarah yang suskes mencapai titik tertinggi. Diikuti oleh kak erick dan kak kevin.Aku berjongkok dihadapan Brian, tubuhnya penuh dengan luka akibat mantra sihir. "kau tidak baik baik saja. Maaf aku terlambat datang. Kau terluka parah" ujarku sedikit meringis.
Dia tersenyum manis melihatku, "kau sudah sadar. Aku senang melihat mu sudah kembali lagi. Aku sangat merindukanmu" jawabnya sangat pelan. Pria ini. Sempat sempatnya menyatakan rindu disituasi seperti ini. Dasar tidak bisa baca situasi.
"Well well... ternyata benar. Kau kembali. Aku sudah menunggumu sejak tadi. Matemu itu bukan lawan yang setimpal untukku" ejek seorang wanita dibelakangku.Aku bangkit berdiri dan menyandarkan brian dibatang pohon, tangannya menahan pergelangan tanganku,aku menatap balik padanya.
Dia menggeleng kecil,
"Dia berbahaya. Aku tidak ingin terjadi apa apa padamu. Biar aku saja yang menghadapinya" gumamnya.Aku meringis mendengarnya. Bagaimana bisa dia menghadapi wanita iblis itu saat diapun sudah sekarat seperti ini. Tidak tau diri.
"Aku akan baik baik saja" jawabku pasti. Dia masih tidak melepaskan tanganku.
"Tolong jaga dia. Aku akan kembali. Hanya sebentar saja." ujarku pada mereka berdua.Aku melepaskan tanganku dan berjalan kearah iblis super jelek itu.
"Dan kau fikir kau adalah lawan setimpal untukku?" tanyaku sambil menyeriangi.
"Kau!!" geramnya penuh amarah.Dia melesat kearahku dan dengan mudah ku hindari.
"Kau terlalu lambat" ejekku.
Dia menatapku penuh dendam, auranya saja tidak menakutkan. Dia melempariku dengan bola api dan bola racun miliknya. Dan sialnya salah satu bola apinya mengenai bahuku,membuatku sedikit meringis."Sudah cukup main mainnya. Aku sudah muak." ujarku dingin.
Aku menatapnya tajam tanpa melakukan apapun. Dan itu sudah membuatnya meraung kesakitan.
"Aakhh... stop.. apa yang kau lakukan padaku. Hen.. ti..kaaann" raungan kesakitan yang benar benar merdu ditelingaku.
"Itu untuk apa yang sudah kau lakukan pada mateku" desisiku sangat pelan.Aku merentangkan tanganku dan meratakan sebagian pasukannya menjadi abu. Jangan tanya bagaimana aku tau pasukannya. Jelas karena mereka kumpulan penyihir, vampire dan sialnya terdapat banyak warewolf. Dan itu bukan bagianku. Itu bagian brian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden Queen.
SonstigesLuar biasa,jauh dari rumah,hidup sendiri, bertemu banyal orang beda. Belum lagi kenyataan aku punya 2 mate dan ternyata masih ada 1 tambahan lagi. Mereka datang dengan segala ketampanan dan kekuasaannya. Tapi aku tau kalau aku hanya akan memilih 1 d...