62

3.7K 65 4
                                    

   "Dad, mommy pasti menaruhnya dilemari kaca sebelah ujung sana", ucap si sulung Albert. Tapi naas, daddynya tak percaya.

  "Honey, dimana jas untuk Albert dan Ruben?" Teriak brian dari kamar putra mereka.
   "Aku meletakkannya didalam lemari kaca," teriak valerie dari kamar putri mereka.
   "See dad" kata si tengah Ruben sambil menggeleng pelan. Tidak ada yang mengalahkan keras kepala daddy mereka ini.

    "Daddy , tidak perlu bertanya, tentu saja kami akan pakai pantofel, masa pakai sepatu olahraga" lagi kata Albert dan lagi brian tak menghiraukan.

   "Sayang, sepatu mana yang harus dipakai?" teriak brian lagi. Valerie mendengus kesal, "bri, kita akan pergi kepesta pernikahan, tidak mungkin kau beri mereka sepatu olahraga bukan? Memangnya kamu mau pakai sepatu olahraga kepesta pernikahan?" Dengus wanita yang sedang memakaikan gaun putrinya itu.

   "See dad" kata Ruben lagi. Brian mendengus, anak anaknya semua berada dipihak istrinya. Padahalkan  mereka bekerja sama dalam pembuatannya.

"Daddy tidak kreatif ya mommy" suara kecil Eleanor memasuki telinganya, valerie meringis mendengarnya, tapi itu benar, suami nya memang tidak bisa apa apa selain menghasilkan uang yang sangat banyak.

   Trio rupawan menunggu duo menawan didepan pintu, "kenapa perempuan harus selama ini?" sungut sisulung, pasalnya sudah 10 menit mereka menunggu dan dua wanita itu  belum juga turun.

   Wangi yang sangat khas dari tubuh istrinya mengusik penciumannya, ia melihat ke tangga.
  "Cantik sekali" gumamnya yang sampai ketelinga Valerie, istrinya tersipu malu.

  "Mommy dan Ele sangat sangat cantik" pekik ruben dan berlari menggenggam tangan mommynya.

   "Mommy lama sekali, Albert sampai bosan menunggu"

   "Maaf sayang, ini pernikahan kakak mu, jadi mommy harus tampil cantik"

  "Mommy sudah cantik setiap hari" jujurnya, hati valerie meleleh mendengar penuturan putranya. Albert memang menuruni sifat daddynya, bahkan lebih parah. Ia terkesan cuek dan dingin, bicara yang blak blakan dan jujur, tapi saat seperti ini justru terdengar manis sekali.

   "Dia benar" bisik brian, valerie tertawa kecil. Ia adalah wanita paling beruntung didunia ini.

   Mereka sampai di kerajaan vampire,  sepertinya mereka tamu yang pertama hadir, valerie dan eleanor menuju kamar mempelai wanita, brian, albert dan ruben menunggu didepan pintu.

   Victoria berdiri didepan cermin dengan gaun satin berwarna putih gading menempel ditubuhnya. Itu gaun pernikahan valerie dulu, victoria bilang kalau ia harus memakai itu dihari pernikahannya.

   Ya, setelah victoria berulang tahun yang ke-17, dan memang benar bahwa liam adalah matenya, Liam segera melamar gadisnya yang tentu saja tidak kesulitan dalam hal restu. Pernikahan mereka diadakan sebulan setelah ia melamarnya.

   "Putriku cantik sekali" gumam valerie, vic berbalik, ia melihat wajah bahagia valerie persis seperti tahun tahun saat mereka merayakan ulang tahun victoria, ia berjalan anggun ke arah mommynya dan memeluknya. Air matanya menetes.

  "Sayang, mempelai wanita tidak  boleh menangis, nanti riasanmu luntur, mommy tidak ingin kau terlihat seperti zombie" canda Valerie, victoria mengangguk kecil.
   Ia menangkup wajah victoria, "putri kecilku, bagaimana bisa aku merasa kau tiba tiba menjadi dewasa dan harus menikah" katanya.

   "Mommy, apa Ele juga akan menikah?" , victoria berjongkok didepan adiknya, "tentu saja sayang, tapi waktumu masih lama, jadi selama itu bermainlah yang banyak dengan momny dan daddy" katanya. Eleanor mengangguk.

    "Daddy mu akan masuk, mommy tunggu diluar sayang", valerie keluar dan diganti oleh brian.

  Brian masuk dengan auranya sebagai seorang daddy. Victoria menghambur kepelukannya, brian mengusap lembur kepala putrinya itu. 

    "Putri kecilku, aku masih sangat ingat saat Clam memberikanmu padaku, aku rasanya, astagaa astaga, apa yang harus kulakukan pada bayi mungil ini, dia kelihatan rapuh, aku sangat ingin menggendongmu ketika kau menangis, tapi aku merasa harus menunggumu sedikit besar dan lebih kuat. Lalu kau tumbuh menjadi gadis lucu yang menggemaskan, dan rasanya aku harus membahagiakan mu sebisaku dan memberi apa saja yang kau minta. Dan lihat sekarang, putri ku yang lucu sudah berubah menjadi dewasa yang kuat, dan akan menikah. Aku sangat bersyukur diberi kesempatan menjadi daddy bagimu", brian mengecup kening putrinya.

  "Aku juga sangat bersyukur menjadi putrimu dad" katanya terisak.

   "Sudah sudah, ayo bersiap, daddy akan membawamu"

Victoria menggandeng tangan ayahnya, ia meremas lengan jas brian dan membuat sang empunya tersenyum kecil, "apa dulu mommy juga segugup ini?" bisiknya, victoria mengangguk, "100% ya dad".

   Dialtar sudah berdiri Liam dan pedeta. Lalu brian meletakkan tangan putrinya pada Liam, "aku menyerahkan putriku padamu. Jangan buat dia menangis. Jika kau tak lagi mencintainya, katakan padaku, aku akan membawanya pulang" ucap brian dengan aura seorang ayah, victoria menitikkan air mata.

   "Aku tidak akan membuatnya menangis" ucap Liam dengan yakin.

   Upacar pernikahan dimulai.
"Apakah engkau, Liam Joseph Olivender menerima Victoria Clamaintine Davidson, menjadi istri dan pasangan hidupmu, dan akan bersamanya baik suka mau pun duka, baik susah maupun senang, sakit maupun sehat" ujar pendeta.

   "Ya, saya Liam Joseph Olivender menerima Victoria Clamaintine Davidson menjadi istri saya, dan akan setia sampai mati, baik suka maupun duka, Susahmaupun senang, sakit maupun sehat" ucap Liam dengan yakin.

    Victoria juga mengambil janji seperti liam.

   "Kalian sah menjadi suami istri"

   Resepsi diadakan dihalaman hotel, Albert, ruben dan eleanor sudah tidur akibat kelelahan.

    Ditengah semua orang hanya ada dua insan yang baru mengikat janji suci, berdansa dengan senyum yang tak lepas dari wajah mereka, membuat siapa saja yang melihatnya ikut tersenyum.

   Aku bersandar dibahu brian, "Tidak terasa sudah 15 tahun kita hidup bersama bahkan sudah menikahkan putri kita. Tapi tak sedikit pun aku tidak jatuh cinta padamu setiap hari" gumamku yang pasti didengar olehnya.

    Ia memeluk pinggangku. "Aku bahkan tidak percaya kita sudah bersama selama itu. Kau memberikan aku anak anak yang luar biasa. Setiap hari melihat mu seperti pertama aku menemukanmu ditoko dan mengajakmu makan, kau selalu terlihat luar biasa cantik dimataku. Kau seorang istri yang sabar dan penuh cinta, seorang ibu yang pengertian dan penuh kasih dan  seorang luna yang bijaksana. Semua pria didunia ini pasti sangat iri padaku", ujar brian, dan aku sukses menitikkan air mata, ada perasaan bahagia yang tak terungkapkan hanya dengan bersandar didadanya dan  saling mengutarakan perasaan.

  "Ingin berdansa denganku?", aku mengangguk. Ia meraih tangan kananku dan tangan kirinya di pinggangku. Aku hanya terus melihatnya, kami maksudku. Dan tak terhitung berapa kali aku mengucap syukur untuk pria ini.

  "Aku sangat mencintaimu" ucapku dan Tryn bersamaan. Dia tersenyum, sangat . .

  'Menenangkan' sambung Tryn.

  "Kami mencintai kalian lebih dari hidup kami", lalu ia menciumku dengan lembut, tidak lama tapi sangat. .

  'Aku merasa sangat dicintai' kata Tryn.

   Aku menyandarkan kepalaku didadanya, ia mencium puncak kepalaku dan menyandarkan kepalanya.

   "Aku tak sabar menua bersamamu dan menikahkan anak anak kita lalu hidup sebagai ayah dari seorang Alpha", aku mengangguk.

This is The END

💙💙💙💙💙💙

Hai. .
Thanks for stay with me until now. .
Thank buat yang selalu sabar menunggu. .

Sampai ketemu di cerita selanjutnya. .

Love u guys.
   

The Hidden Queen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang