#30

3K 136 0
                                    

     warning ! ☡☡
Dipart ini ada sedikit adegan  untuk umur diatas 18 tahun. Jadi buat yang baca didekat adik adik harap segera menyingkir ya. ☡
Karena Tidak baik untuk kesehatan.

------*---*--------
    "Ini " dia menyodorkan kotak berwarna putih padaku.

      "Kalau begitu duduk",aku menarik tangannya. Dia mengernyitkan keningnya dan duduk disebelahku. "Mana lukamu. Sini aku obati" kataku dan menarik sikunya.

   Aku mengeluarkan kapas dan juga betadine,dengan cepat dia berdiri dan lari dariku. Aku mengernyitkan keningku.
   'Dia takut dengan betadine?' batinku tak percaya.

   "Ti..tidak usah sayang,ini akan baik dengan sendirinya" katanya dengan senyum kecut. Dikerjain dikit gak apa kali yah. Maaf hamba Moongoddes.

   Aku berdiri dan menghampirinya yang berdiri didepan pintu. Baru 3 langkah dia masuk dan bersembunyi didalam kamar mandi. Aku dan Tryn tertawa kencang.
 
   "Hahahha.. aku baru tau kalau alpha kejam ini takut betadine" ledekku dengan tawa super kencang.

   "Jangan menertawakan aku" katanya dari dalam. Aku berhenti namun tetap cekikikan. "Berhentilah tertawa sayang" katanya lagi.

   "Baiklah. Baik. Aku sudah simpan obatnya,sekarang keluarlah dari sana dan mari tidur" kataku berbohong.

   Dia membuka pintu sedikit demi sedikit. Aku mengangkat tanganku, "tidak ada kan" kataku.
  'Tapi ada didalam laci' sambung Tryn yang masih tertawa.

   Aku menarik lengannya,dia sedikit mengaduh. Uups itu yang luka ya. Kami naik kekasur dia berbaring disebelahku. Saatnya menjalankan rencana.

   Aku bangun dan duduk ditepi kasur, dia melihatku sedikit curiga, "ada apa?" tanyanya.
   "Ingin melepaskan ikatan rambutku saja sebentar" kataku dan melepas pengikat rambutku.

   Aku membuka laci sebelah kasurku dan mengambil kapas yang sudah dilumuri betadine. Aku melompat keatasnya dan duduk diperutnya yang membuatnya sedikik kaget.

   "Sini aku obati lukamu" kataku dan mengangkat kapasku. Dia melolot padaku dan mencoba untuk bangun, sayangnya tidak berhasil. Berulang kali dia menyembunyikan tangannya. Tangan sebesar itu disembunyikan pun akan gampang dapat.

   Aku menarik tangannya yang luka, "ini akan sembuh deng.. auuu" dia sedikit meringis.
   "Dasar. Dengan betadine saja takut" ledekku.

   "Bukan takut,tap.. aduh" katanya lagi saat aku menekan lukanya agak kuat.
   "Pelan dong,sakit tau" katanya. Bisa sakit juga mas.
  "Dasar manja. Gitu aja sakit" ejekku.
   "Aku tidak manja. Aku juga tidak takut dengan ini" jawabnya yakin.

    "Kau manja,menahan ini saja tidak bisa" ledekku sambil memeletkan lidah.
    "Ini hanya pura pu... aduhh pelan dong. Perih tau" katanya lagi.
  "Tuh kan,dasar manja" ledekku.  "Tarik kata katamu atau aku akan beri hukuman" katanya mempringatkan.
   "Benarkah? Dengan tangan sakit begini kau mau apa?" aku menaikkan sebelah alisku.

    Shit,dia menyeriangi. Tanpa butuh usaha yang lama dia membalikkan aku. Posisi kami berubah,aku berada dibawah dan dia diatas.

    'Sial. Posisi apa ini' batinku protes.
  'Bukankah ini posisi yang baik' jawab Tryn si mesum.
    'Apanya yang baik. Ini jelas tidak baik bodoh' jawabku kesal.
   'Itu menurutmu,tapi aku suka kok' jawabnya lagi. Aku memutuskan mindlink kami. Dia tidak bisa diajak waras sih.

    "Sedang berbicara dengan Tryn hah" kata dave sambil mengelus wajahku. Astaga,pipiku panas,jangan sampai aku merona.
   Dia mencium kedua pipimu, "Kau sangat cantik saat merona" katanya lagi.
   "Dasar manja. Minggir dari atasku" kataku. Dia menyeriangi lagi. Bahkan sekarang wajahnya semakin dekat, dan anehnya dia semakin tampan.

  Dia mengelus pipiku,dan entah iblis dari mana yang merasukiku,tanganku terangkat mengelus rahang kokoh miliknya. Dia tersenyum manis. Aku benar benar terpesona dengan pria kelewat tampan ini.

  Dia semakin mendekatkan wajahnya padaku. Sampai aku merasakan ada sesuatu yang lembut dibibirku. Pria ini. Dia menciumku. Ini ciuman pertamaku.

   Aku sadar saat dia menciumku. Tapi aku bahkan tidak menolaknya. Cukup diam dan membisu. Bahkan rasanya mataku akan keluar sebentar lagi.
   
    Dia melepaskan ciumannya, "lebih baik kau menutup matamu,itu akan lebih baik,nikmatilah" katanya dan menciumku lagi.
 
    Dia mulai melumat bibirku lembut dan hangat,dengan sedikit keberanian aku mengalungkan tanganku dilehernya. Aku membuka mulutku, dia mulai menjelajahi setiap sudutnya. Sesekali dia menggigit bibir bawahku,dan itu menimbulakan sengatan diseluruh tubuhku.

    Dia melepas ciumannya lagi dan tersenyum sangat manis,aku tidak terima ini. Kenapa senyumnya lebih manis dari senyumku.

    "Aku sudah tau rasanya. Ini sangat memabukkan" ucapnya dan mencium bibirku sekilas. Pipiku memanas lagi.
   
   Aku mengelus rahang kokohnya, "bagaimana kau bisa semanis ini saat tersenyum?" gumamku.
   "Benarkah?" tanyanya, aku hanya mengangguk.

   "Jadi,kita tidur atau kita lanjutkan saja?" tanyanya dengan seringainya. Aku harus waspada dengan seringai itu. Dia mencium bibirku sekilas, dan menyadarkanku dari lamunanku.

   "Tidur saja. Aku juga sudah mulai mengantuk" jawabku.
   "Baiklah my Queen" jawabnya. Dia berpindah kesebelahku dan memeluk pinggangku posesif. Aku memeluk lehernya dan menenggelamkan kepalaku didada bidangnya.
"Good night my Queen" dia mengecup keningku lama.
   "Night too Alpha" aku mencium lehernya.

Someone pov.
    Tanpa mengetuk,tanpa permisi, seorang pria melenggang masuk kedalam ruang kerja yang hampir menyerupai pemakaman itu. Gelap dan sunyi.

    "Aku dengar kau sudah menemuinya kemarin" kata pria yang baru saja masuk.
   "Ah,secepat itukah tersebar" jawab seorang pria yang sedang duduk santai dikursinya.

   "Aku ingatkan lagi,belum terlambat untuk berhenti. Jangan main main dengan ini Hans" dia mencoba untuk memperingatkan sepupunya itu.

   "Aku sudah dijalan,tidak mungkin balik lagi. Sudahlah,ikuti saja. Jangan mengangguku lagi Liam atau kau akan tau akibatnya. " katanya penuh peringatan.

   "Aku hanya tidak ingin kau salah jalan hanya karena obsesimu gilamu itu Hans" sepertinya pria yang tadi dipanggil Liam itu sudah mulai kehilangan kesabarannya.
  
    Pria yang dipanggil hans itu menggebrak meja hingga terbelah menjadi dua bagian,
   "Pergilah. Urus saja urusanmu sendiri,jangan ganggu ikut campur urusanku" bentaknya. Pria yang dipanggil Liam itu menggeleng pelan dan pergi keluar.

    "Aku akan selalu melindungimu" sumpahnya.

⚪⚪⚪⚪⚪⚪
  Hai..

  Jumpe lagi dengan cerite baru..

Selamat menbaca ya..

Jangan lupa vote and comment

The Hidden Queen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang