Kopi instan yang dibawakan Delisa kemarin membuatku terjaga hingga tengah malam,akibatnya hari ini aku bangun cukup siang,saat kutanya ibu, katanya sudah pukul delapan pagi.
Aku merengut kesal. Pasalnya,aku tidak sempat turun kebawah dan bertemu Gatra sebelum ia sekolah. Bagaimana jika ia menungguku tadi?
Ini sudah pukul sembilan saat aku duduk untuk sarapan. Ibu sudah pergi setengah jam yang lalu untuk menghadiri acara temannya,meninggalkanku bersama bi Dita.
Bi Dita adalah seseorang yang bekerja untuk tanteku. Namun dikarenakan tante dan ibuku sedang membuka bisnis,yang saat ini sedang sukses,membuat ibu lebih sering mengunjungi butiknya,jadilah bi Dita di utus tanteku untuk menemani dan memenuhi kebutuhanku disini.
Bi Dita datang kemarin,bertepatan dengan Delisa yang akan pulang. Aku tidak keberatan ditemani bi Dita,aku pernah bertemu dengannya beberapa kali saat aku dititipkan ketika ayah dan ibu ada urusan.
"Non,mau bibi suapin?" Suara bi Dita mengagetkanku. Aku menggeleng.
"Biar aku sendiri Bi."
"Oh yasudah. Ini sendoknya."
Bi Dita menyodorkan sendok untukku,aku meraihnya dan mulai makan nasi goreng yang disiapkan ibu sebelum berangkat tadi.
"Non, kalo mau apa-apa bilang ya? Jangan pergi sendiri. Tar bibi dimarahin."
"Iya bi."
"Bibi ke dapur dulu."
Aku mengangguk. Lalu bi Dita meninggalkanku sendiri dimeja makan. Dengan pelan aku menghabiskan makananku,kemudian meminum susunya sampai tandas. 15 menit kemudian aku selesai.
Aku mendorong pelan kursi yang kududuki,memberi jalan untukku keluar. Kemudian berjalan menyusuri tembok untuk sampai pada pintu masuk.
Ini hari sabtu. Hari libur bagi para tetanggaku yang pekerja. Buktinya,dijalanan dihadapan rumahku begitu ramai dengan orang yang berlalu lalang untuk sekedar lari pagi. Aku mendudukan diriku diatas kursi beranda rumah. Menikmati suasana pagi dihari sabtu.
Kudengar suara gerbang rumahku dibuka oleh seseorang,lalu selanjutnya deru mobil masuk kepelataran rumahku. Pintu mobil dibuka,kemudian ditutup lagi.
"Idihh, masih pagi udah nongkrong aja."
Aku tersenyum. Itu suara Delisa. Kutahu karena suaranya yang usil.
"Kamu tidak sekolah Delisa? Kurasa ini masih jam sekolah." Tanyaku.
Delisa duduk dikursi disamping kananku.
"Iya,masih jam setengah sepuluh. Ada rapat disekolahku,semua siswa dipulangkan. Lagian ini hari sabtu. Hanya ekstra kulikuler saja."
"Oh. Kamu bawa apa?" Tanyaku saat kudengar krasak-krusuk disisiku.
"Bawa ice cream." Jawabnya sambil menyentuhkan ice pada lenganku, membuatku tersentak oleh dinginnya.
Delisa terkikik.
Membuka tutup ice cream untukku,kemudian menyodorkannya padaku.
Kami makan ice dalam diam. Sesekali kudengar suara Delisa yang mengomentari setiap orang yang melewati rumahku.Delisa adalah gadis yang usil,dan berisik. Tapi dia sangat baik,juga periang. Bahkan,saat dia bercerita tentang putus hubungan dengan kekasihnya,dia masih tertawa. Seakan berpisah dengan seseorang yang disayanginya adalah hal biasa.
"Elma,kurasa Gatra orang yang baik." Ucap Delisa tiba-tiba. Membuatku terdiam beberapa saat. Gatra. Aku tidak menemuinya pagi ini.
"Dari mana kamu tau?" Tanyaku,
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Sebuah Nama
RomanceDulu, kukira aku adalah rapunzel. Karena sama-sama terkurung dalam sebuah menara, ditemani seekor hewan. Yang membedakan aku dan rapunzel adalah,aku ditemani seekor kucing persia,bukan seekor bunglon. Juga,aku tidak memiliki rambut super panjang...