Memulai kisah baru (2)

87 9 1
                                    

Aku akan datang.

Aku langsung menarik tubuh terlentangku menjadi duduk,membaca berulang-ulang setiap kata yang dikirimkan Delisa beberapa detik lalu. Delisa akan datang menemuiku,di Jogja. Luar biasa. Aku berdiri dan berlari mengetuk pintu kamar Lila,yang dibuka kemudian dengan wajah khas orang bangun tidur.

"Delisa akan kesini!"

Lila mengucek mata, "Hum?"

"La,Delisa mau ke Jogja. Kesini. Menemui kita."

Lila keluar dari kamarnya,berjalan ke arah sofa,aku mengekori.

"Oh ya? Kapan?"

"Kemungkinan besok."

Aku duduk disamping Lila.

"Kamu nggak senang?"

Lila menatapku, "Tentu saja senang. Bagaimana kalau kita belanja sesuatu?"

Aku langsung mengangguk antusias dan berlari kembali kedalam kamar,mencuci muka dan berganti pakaian.

Keren. Didalam otakku,aku langsung membuat daftar kegiatan yang akan kami lakukan selama Delisa di Jogja. Seperti menonton bioskop, kemudian jalan-jalan di mall, belanja oleh-oleh, hingga pergi ke candi. Semua tampak menyenangkan dalam bayanganku. Aku meraih jaket jeans yang menggantung di belakang pintu, memakainya sambil berjalan keluar kamar,dan menemukan Lila sudah rapi dengan wajah fresh.

"Sudah siap?"

"Sudah."

Dan selanjutnya kesenangan yang kami lakukan.

***

"Bagaimana dengan Angga?"

Aku behenti menjilat ice cream ditanganku, menatap Lila yang tersenyum jahil dengan sendok ditangannya. Kami berada disalah satu restoran cepat saji setelah berkeliling mencari bahan makanan untuk acara memasak besok,saat Delisa datang.

"Angga? Memangnya kenapa?"

Lila mengerucutkan bibirnya.

"Ayolah, aku sudah tahu kok."

"Tahu apa?"

"Kalian. Pacaran,kan?"

Aku diam.

"Elma!"

"Hum?"

Lila tertawa, "Jadi,sudah selesai,kan?"

"Apa?"

"Kisah lama itu."

Aku terdiam beberapa saat, mengulang ucapan Lila didalam hati,berkali-kali. Sudah selesai. Dengan tersenyum dan menatapnya, aku mengangguk pasti. Memang sudah selesai,kan?

"Bagus deh." Lila menggenggam tangan kananku yang bebas, "Aku memang nggak tahu 'kisah lama' itu seperti apa. Tapi melihatmu murung,aku tidak senang. Sekarang,aku yakin Angga akan buat kamu bahagia."

Aku tertawa ringan. "Aku sudah bahagia,La."

Lila tidak menjawabku,matanya menerawang dengan senyum,kemudian berkata :

"Aku sudah tahu Angga menyukaimu. Bahkan saat pertama kali kita bertemu dengannya. Entah bagaimana,tapi aku rasa pertemuan itu disengaja."

Aku diam.

"Angga berlebihan untuk ukuran seorang teman. Dia tidak membolehkanmu pergi kemanapun sendirian,membuka pintu untuk orang yang tidak dikenal,bahkan,memakan makanan yang tidak menjamin kesehatan." Lila menyenggol piring ayamku, "Seperti ini. Kalau dia tahu,dia akan mengomel."

Untuk Sebuah NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang