Malam tahun baru

134 13 0
                                    

Hampir pukul setengah sebelas malam saat kami -aku,Gatra,Delisa,Leo,Yudi dan Luna (Teman Gatra)- duduk diatas karpet ditengah rumahku. Pesta barberque dibelakang rumah sudah dibatalkan sejak satu jam yang lalu, dikarenakan hujan yang turun deras. Jadilah bi Dita yang menuntaskan masak memasak bahan yang sudah dibeli Delisa,kami hanya menunggu sambil memainkan kartu.

Gelak tawa membahana saat pasangan Delisa-Leo kalah untuk yang ke empat kalinya. Aku tidak ikut main,hanya menemani Gatra dan ikut tertawa saja dengan lelucon yang dikeluarkan mereka. Oh iya,Yudi dan Luna adalah sepasang kekasih. Dan pasanganku,tentu saja Gatra.

Aku mengacungkan jempol saat Gatra -walaupun main sendiri melawan dua pasangan- tetap menang. Gatra mengacak rambutku. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari ini,aku mendapatkan banyak kawan baru. Jika Leo,aku memang sudah mengenalnya sebagai pacar-mantan-pacar-mantan-pacarnya Delisa,tidak terhitung berapa kali mereka putus dan nyambung dalam hubungannya.

Tapi,apapun yang membuat mereka berpisah,pada akhirnya mereka akan kembali. Seperti Leo,yang walau sudah pernah menjalin hubungan baru dengan beberapa wanita saat putus dengan Delisa,ujung-ujungnya,Delisa-lah tempat dia kembali. Seperti definisi rumah,kan? Ibarat Delisa adalah rumah tempat Leo kembali,sejauh apapun Leo melangkah.

Lalu Yudi dan Luna,pasangan yang lucu menurutku. Yudi adalah tipe orang yang konyol,begitu menyenangkan, dan disetiap kekurangannya,diisi oleh Luna yang mampu begitu tenang menghadapi Yudi.

Pasangan Yudi-Luna adalah kebalikan Delisa-Leo.

Aku dan Gatra. Pasangan seperti apa? Aku tidak tahu. Kami baru saja menjalinnya sejak beberapa hari lalu,masih seumur jagung hehe. Namun,aku tidak meragukan kesetiaannya,walau sikapnya hanyalah biasa saja,mungkin memang begitu sikap pribadinya. Aku juga tidak pernah mau meragukan ketulusan hatinya,walau tak pernah Gatra berkata sayang,aku tahu Gatra menyayangiku. Pe-de sekali aku ya?
Tapi biarlah. Lagi pula,aku tak ingin bibirku berkata tentang janji,biarlah semua,berjalan biasa-biasa saja.

Dari setiap suara yang terdengar olehku, setiap tawa yang menggema,aku hanya mencari suara Gatra. Dia begitu bahagia dengan tawanya,begitu menggemaskan dengan leluconnya. Membuatku,begitu menyayanginya.

"Aku menang untuk wanita manis disampingku!" Ucap Gatra. Mengundang gelak tawa semua orang,membuatku tersipu malu.

****

Kami,para perempuan berjalan beriringan ke arah dapur,Yudi yang menyuruh kami untuk membantu bi Dita,katanya agar masakannya cepat selesai karena sebentar lagi jam dua belas malam. Gatra menyuruhku untuk duduk saja bersamanya,namun aku menolak. Aku akan canggung,tidak ada Delisa disana. Apalagi obrolan seputar mesin motor,bukan kesukaanku.

Kami duduk berkeliling di atas kursi didapur, Delisa dan Luna membantu bi Dita untuk mengupas bawangnya. Aku hanya diam menyimak percakapan ringan Luna dan Delisa. Sesekali terkikik saat Luna bercerita tentang Yudi yang salah mengajak perempuan untuk memasuki gedung bioskop.

"...iya,aku teriakin namanya,tapi Yudi terus jalan dengan wanita itu yang sepertinya sama-sama tidak sadar." Jelasnya.

"Hahaha.. terus kamu gimana?" Tanya Delisa.

"Ya lari lah,aku kejar dia,pas sudah dekat kutarik rambutnya,dia kaget. Terus bilang gini 'lho? Aku gandeng siapa ini Yang?' Sambil terus megang tangan wanita itu. Terus aku marah,ditinggalin aja. Eh dia ngejar,katanya 'kukira kamu. Ternyata badak jawa' kesel banget kan?"

"Hahaha,konyol banget! Terus itu gimana yang digandeng Yudi?" Tanya Delisa lagi,aku masih tertawa.

"Ya dia bingung,terus liat ke si Yudi,ternyata bukan pacarnya,terus pergi gitu aja."

Aku tertawa lagi.

"Ngomongin apa sih?" Tiba-tiba suara Gatra ada dibelakangku,disusul dengan kedua tangannya yang memegang bahuku. Aku diam.

"Ngomongin Yudi,yang kejadian di mall." Jelas Luna. Gatra ber'o' ria.

"Tapi ada yang lebih konyol lho,inget gak waktu si Yudi mukulin orang,dikira aku,ternyata bukan?" Ucap Gatra,nada suaranya semangat.

"Haha,iya aku inget itu!!" Luna terbahak.

"Ih gimana ceritanya?" Delisa ribut dengan rasa penasarannya,Gatra menyamankan posisinya dengan siku yang menekan bahu dan dagunya dipuncak kepalaku.

"Huuh,kan kami duduk di taman komplek rumah Luna,ceritanya si Yudi mau ngapel,aku anter. karena Luna udah dateng aku izin ke toilet,masa mau jadi nyamuk,ya kan?"

"Huuh terus?"

"Yaudah singkat cerita aku ke toilet,pas keluar toilet si Yudi juga sama baru keluar,tapi gak liat aku,dia jalan duluan,pas di kursi taman ada cowok lagi pegangin rambut si Luna,posisinya munggungin,eh tiba-tiba si Yudi langsung jambak terus mukul kepala cowok itu,dikiranya aku yang lagi deketin si Luna!"

"Hah? Terus,siapa ternyata?"

"Mau tahu?"

"Iya siapa?"

Aku masih diam dengan perasaanku yang berdebar,setiap Gatra berbicara,dagunya menyentuh kepalaku,membuatku semakin berdebar.

"Kakak si Luna!"

"Hahahahahha,terus si Yudi gimana?"

"Ya Yudi langsung diem pas kakakku balikin badan, dia nyengir sambil garukin kepalanya. Kakakku bilang 'aku gak restuin kalian!' Yudi melotot,terus balik nanya 'emangnya situ siapa? Babehnya?' Aku bilang itu kakakku,Yudi lari deh."

"Hahahahaha."

"Yang,semangat banget ngomongin aku." Yudi tiba-tiba datang.

"Kamu sih!"

"Aku kenapa? tampan?"

"Hahahaha"

Semua tertawa.

"Leo mana?" Tanya Delisa pada Yudi.

"Lagi angkat telpon." Jawabnya. Delisa diam. Kemudian bangkit dari duduk,berjalan keluar dapur untuk menyusuk kekasihnya.

Bi Dita ikut tertawa saat Yudi terus mengeluarkan jurus-jurus lucu andalannya. Hingga semua hidangan siap untuk dimakan,Delisa dan Leo belum juga muncul didapur. Aku bangkit dari dudukku,Gatra memegang tanganku,

"Aku mau susulin Delisa,mau bilang makanannya sudah siap."

"Biar aku aja." Gatra mendudukanku lagi di atas kursi meja makan. Semua mulai cekcok mengambil piring dan makanannya,aku masih diam menunggu Gatra dan Delisa. Eh dan Leo juga.

Tak lama kemudian Gatra datang sendiri. Aku menanyakan Delisa,Gatra bilang sedang menuju kesini. Aku mengangguk dan mulai memakan makanan yang diambilkan Luna tadi.

****

Acara makan malam berlangsung meriah dengan diiringi gelak tawa akibat ucapan-ucapan ajaib Gatra dan Yudi. Leo banyak diam,Delisa juga. Entah apa yang terjadi. Apa ada hubungannya dengan penelpon Leo? Tapi,Gatra bilang tidak usah dipikirkan.
Sekarang,aku dan Gatra duduk bersisian diatas trampolin dibelakang rumah,yang lainnya duduk dihadapanku dengan kue cokelat buatan bi Dita. Sekitar 3 menit lagi,tahun telah berganti.

"Meski bintangnya absen,langitnya tetap bagus." Ucap Gatra pelan. Aku diam.

"Ditemani kamu,jadi berkali lipat bagusnya." Aku masih diam,tapi kedua sudut bibirku terangkat.

"Elma."

"Pacarku!"

Seperti berbisik,namun mampu kudengar. Dan sangat jelas. Kami diam,kemudian suara jam didalam rumah berdentang keras,tahun telah berganti. Aku menutup kedua mataku.

Ada begitu banyak cara untuk menemukan kebahagiaan,dan Tuhan mengirimkan Gatra sebagai salah satu pemberi cahaya dikehidupanku yang gelap. Bagaimana aku bisa merasa tidak bahagia?

Ini malam pertama ditahun yang baru, akan kuisi dengan segala sesuatu yang lebih baik,menjalani kehidupan dengan lebih ikhlas.

Untuk Sebuah NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang