Yang dirasa.

147 13 0
                                    

AuthorPOV.

Dibalik selimutnya,kedua sudut bibir Elma terus terangkat. Telinganya dengan seksama mendengarkan alunan nada yang dilantunkan music box. Kemudian memejamkan mata.

Diluar kembali hujan,seperti kemarin-kemarin. Dan,memang sedang pada musimnya. Tapi,baru kali ini hujan begitu memberi pengaruh positif pada perasaan Elma. Seakan,hujan mampu memupuk benih-benih cinta dihatinya. Setiap bulir hujan yang turun,mampu membuat benih-benih cinta itu tumbuh subur.

Menjalar disetiap urat dan aliran darah, menjadikannya perasaan senang yang membuncah,membuat sang jantung harus memompa lebih giat. Perasaan yang menyenangkan untuk dirasakan. Elma tidak keberatan jika selalu mendapat perasaan seperti ini. Semua karna Gatra.

Alunan nada terhenti. Elma membuka matanya. Sudah dari jauh hari Elma berusaha melupakan perasaan cinta untuk Gatra,menjadikan rasa yang ada dihatinya sebagai pengikat persahabatan saja. Tapi diluar kuasa Elma,Gatra membalas,memiliki perasaan yang sama. Tidak sekedar sebagai pengikat persahabatan.

Tidak ada yang salah,cinta datang begitu saja,kan? Bahkan,Delisa bilang,tidak butuh waktu lama untuk bisa mencintai. Dan Elma percaya.

Kini,hanya bagaimana caranya menjaga ketulusan perasaan itu. Elma tidak memiliki pengalaman dibidang ini,ia belum tahu cara-cara seperti apa saja yang harus dilakukannya untuk menjaga perasaan yang tengah dirasakannya. Mungkin harus tanya Delisa,pikirnya.

Memiliki Gatra sebagai kekasihnya adalah doa yang dikabulkan Tuhan untuknya. Lalu setelah diberikan,lantas Elma tidak sepenuh hati menjaganya? Sejak detik pertama Gatra meninggalkan halaman rumahnya,meninggalkan Gatra terdiam terpaku,Elma sudah memutuskan akan menyayanginya sepenuh hati.

Elma menyimpan music box diatas meja disamping kasur,kemudian memejamkan mata. Delisa akan curiga jika saat dia masuk menemukan Elma sedang tersenyum sendiri. Urusannya akan ribet,Delisa akan memaksanya bercerita walau hari sudah larut.

Bukan,bukan tidak ingin memberi tahu,hanya saja ini sudah malam. Mungkin besok,ya besok saja.

****

Disisi lain,dirumah sang pemuda penyebab senyum Elma,begitu hening. Entah apa yang dipikirkannya. Sudah hampir dua jam sejak ia meninggalkan kediaman Elma,sejak itu pula ia diam membisu.

Gatra. Tidak tahu apa yang dipikirkannya, sehingga dengan tiba-tiba ia berlari meraih kunci motornya untuk membeli ayam bakar dan melesat menemui Elma. sampai ucapan itu mengalir begitu saja,sebuah pernyataan cinta.

Gatra tidak tahu apa itu benar-benar berasal dari perasaannya,atau hanya efek sesuatu yang belakangan ini hinggap dihatinya. Bukan,bukan belakangan ini. Sesuatu itu telah lama membebani hatinya,sesuatu itu seakan sengaja mengganggu dari hari pertama pertemuannya dengan Elma.

Elma. Gadis yang ditemuinya dibawah langit malam itu,seakan memiliki daya tarik tersendiri. Saat melihatnya terduduk mencari tongkat,ada dorongan kuat untuk membantunya,tapi dia menolak. Ibunya dengan baik menanamkan "harus berhati-hati dengan orang yang tidak dikenal.".

Dibalik kekurangannya,dia memiliki paras yang nyaris sempurna.
Gadis yang memiliki rambut panjang lurus sebatas punggung berwarna hitam,dihiasi alis mata yang melengkung tipis. Bermata besar dengan iris hitam pekat menawan. Hidung mancung sederhana berpadu indah dengan bibir agak pucat yang menghiasi wajah polosnya. Dia istimewa,bukan?

Tapi bukan itu saja yang membuat Gatra tiba-tiba berlari,meninggalkan teman-temannya untuk menemui Elma. Bukan itu saja alasan yang kuat untuk membuat Gatra memejamkan mata ketika hujan turun,mencoba mengingat setiap detik bersama Elma. Ada sesuatu yang lain,sesuatu yang tidak ditemukannya pada orang lain.

Bicara soal cinta,apa yang Gatra ketahui tentang cinta? Hal aneh yang selalu membuat hati gelisah,membuat hati terluka,namun begitu istimewa untuk dirasa. Ini,membingungkan.

Gatra merasa tidak sedang berada dirumahnya. Ia seakan ditarik berlari ke suatu tempat,dimana dua wanita cantik berlarian dengan kedua tangan yang saling menaut. Suara tawanya begitu menggema,Gatra rindu pemilik suara tawa itu. Dan Elma,salah satu gadis yang berlarian itu. Ia hanya tersenyum,sesekali menutup mulutnya,khas Elma. Gatra terdiam. Perasaannya Gamang. Gatra tidak tahu siapa wanita yang berlarian bersama Elma,seperti kenal,bahkan Gatra rindu suara tawanya.. namun tidak.
Degh..

Gatra tersentak saat disadari bahwa ia bermimpi. Matanya terasa perih. Hatinya tidak karuan,Gatra mendesah.

"Mama." Gumamnya.

Untuk Sebuah NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang