Ada apa dengan dunia?

71 7 0
                                    

"Siapa yang pacaran dengan siapa?"

Aima datang tba-tiba,membuat aku dan tante Laras diam sejenak. Sampai tante yang pertama kali menguasai kekagetannya,

"Lho? Sudah pulang lagi?"

Aima berjalan menghampiri kami,ia duduk disamping ibunya.

"Sudah. Siapa yang pacaran dengan siapa?"

"Pacaran apa?"

"Tadi,kalian bicara apa?"

Aku hendak menjawab,tapi tante Laras mendahului,

"Tidak ada yang bicara soal pacar."

"Oh ya?" Aima terdengar tidak percaya.

"Tentu saja."

Aima berdiri dari duduknya,

"Ah terserahlah,aku lapar."

Kemudian ia berlalu. Membuatku beranjak dari dudukku,

"Elma mau ke kamar mandi dulu,tante."

"Hati-hati,ya?"

Aku mengangguk,kemudian berlalu meninggalkan kamar tante Laras. Berjalan menuju kamar mandi,aku menemukan Aima tengah menelpon seseorang,aku tidak menghiraukannya dan masih berjalan,namun tiba-tiba ia mencekal tanganku,

"Ada apa?"

"Dimana ayah?"

"Belanja."

"Ya.. ya,oke. Nanti kuhubungi lagi." Aima berbicara pada lawan diseberang telponnya. Tanpa melepaskan cekalan tangannya di tanganku.

"Aku matikan." Aima melempar ponselnya pada meja makan.

"Ibuku sudah makan?"

Aku mengangguk,

"Potongkan buah."

Aku diam. Aku tidak bisa melakukannya.

"Tapi-"

"Cepat. Aku tunggu di kamar ibu."

Kemudian ia berlalu setelah menghempaskan tanganku dengan kasar.

-

Aku meraba bagian dimana ibu selalu menyimpan buah,dibagian bawah kulkas. Setelah menemukan yang kucari,aku mencium baunya sejenak,mangga. Aku menarik beberapa keluar dan menutup kembali kulkas.

Aku membuka rak,meraih piring perlahan,dan menyimpannya di atas meja,tanganku yang lain memegang pisau. Aku duduk di atas kursi makan,mulai memotong mangga ditangan kiriku.

Sulit. Karena aku sebelumnya tidak pernah melakukan ini,bukan tidak ingin,tapi karena ibu tidak pernah mengizinkanku melakukannya. Takut aku melukai diriku. Hampir sepuluh menit aku berkutat dengan mangga dan pisau di dapur,dan akhirnya selesai kupotong. Aku membasuh tanganku yang terasa lengket sebelum mengeringkannya dan membawa piring berisi mangga potong itu ke arah kamar tante Laras.

Aku sampai di depan kamarnya,namun urung membuka pintu saat kudengar suara Aima meninggi,

"Dimana!?" Itu suara Aima.

"Duduk dulu,biar ibu ceritakan."

"Tidak,aku harus tahu!"

Aku menelan ludah,kemudian beranjak hendak meninggalkan pintu saat nama seseorang kudengar,

"Gatra ada disini!"

Aku mematung,merasakan debaran jantungku saat nama Gatra terucap dari bibir tante Laras. Mengapa ia memberitahu Aima?

Untuk Sebuah NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang