Lupa ingatan.

136 8 0
                                    

Aku merasakan sebuah tangan mengusap keningku. Pelan,aku membuka mata,dan mengaduh saat merasa sakit dikepalaku. Rasanya seperti berputar-putar dengan suara Dueng.. Dueng..

"Ah,sakit sekali."

Tanganku naik memegang keningku,dan, benjol?

"Kamu bangun,El. Aku khawatir!"

"Aku,dimana ini?" Tanyaku pelan. Masih mencoba menghilangkan pusing.

"Di klinik."

"Memangnya aku kenapa?"

"Elma? Kamu hilang ingatan? Kamu tidak ingat apa yang terjadi?" Delisa panik. "Apa gara-gara benturannya sangat keras?"

Hatiku tersenyum. Mendapat ide.

"Kamu,si-siapa?" Ucapku. Membuat Delisa tambah kaget dan panik.

"Heh? Kamu benar tidak ingat apapun?" Delisa menyentuh pelan bahuku. Aku menggeleng.

"Astaga! Leo sialan!" Umpatnya. Senyum hatiku makin lebar. Suara pintu dibuka mendecit.

"Elma,kamu sudah bangun?" Suara kekasihku seakan menjadi obat untuk pusing ini.

"Gatra,kepalaku sakit." Keluhku,Gatra menunduk mengusap kepalaku.

"Sabar ya,nanti juga hilang sakitnya." Aku mengangguk.

"Heh kok ingat Gatra?" Tanya Delisa aneh. kedua sudut bibirku perlahan terangkat.

"Sialan! Kau pura-pura ya?"

Aku terkikik pelan. Setelah yang terjadi pada kisah cinta juga hatinya,Delisa masih saja mengkhawatirkan orang lain. Panik menghadapiku,tapi hatinya,apa kabar?

"Aku tidak apa,Sa. Sedikit pusing saja,nanti juga hilang kok." Ucapku menenangkan.

"Astaga El. Kamu terbentur keras,dan hidungmu mengeluarkan darah berliter-liter,bagaimana aku tidak khawatir? Bagaiman kalau kamu hilang ingatan beneran? Apalagi,dokter mengatakan benturannya sampai menyebankan telingamu sedikit berdarah."

Aku tersenyum,memegang tangannya.

"Tidak usah lebay." Ucapku menghibur.

"Sudah-sudah. Jangan bercanda terus,nanti kepalamu makin sakit." Gatra menengahi sambil mengelus rambutku.

Aku mengangguk pelan,menggeser tubuhku.

"Eh,kakiku sakit sekali." Aku menarik kaki kananku.

"Oh yaampun!" Aku merengut.

"Kakimu keseleo,dan semua gara gara si sialan itu! Aku sangat membencinya!" Delisa terdengar emosi. Aku menggeleng.

"Nanti juga sembuh,Sa."

"Tetap saja,urusannya denganku. Kenapa dia melukaimu? Harusnya tadi kau pukul saja dia,Gatra." Ucap Delisa.

"Memangnya apa sih masalahnya? Sampai Leo begitu?" Gatra penasaran.

"Sudah tidak usah dibahas. Lagipula aku tidak apa-apa. Dan sekarang,dimana Leo,Sa?" Tanyaku.

"Kutinggal ditoko buku tadi."

"dan dia melepaskanmu begitu saja?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Dia membiarkanku pergi,dengan syarat akan berbicara setelah mengantarmu." Jelasnya. Aku diam.

"Kurasa dia ada diluar klinik ini." Lanjutnya. "Aku akan menemuinya." Delisa bangkit dari duduk,hendak berjalan keluar.

Untuk Sebuah NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang