Aku berbaring beralaskan bantal diatas kedua pada Angga. Tangan kanannya tidak berhenti mengusap lembut rambutku. Aku merasa nyaman. Kami sedang menonton film dari sebuah dvd yang dibawa Angga dari tempat tinggalnya. Menghabiskan waktu di akhir pekan.
"Angga?"
"Hm?"
Aku menggeserkan badan, menjadi telentang dan menatap Angga dari bawah. Matanya masih fokus menatap tv yang menyala, aku memperhatikan gerakan rahangnya yang bergerak akibat mengunyah popcorn yang kami buat sebelum menonton tadi.
"Kemarin, aku ingin buru-buru pulang dari Jakarta."
"Oh ya? Kenapa?" Dia masih dengan tontonannya.
"Sesuatu membuatku marah. Itu mengganggu."
Angga menunduk, menatapku, "Apa itu?"
"Kedua sahabatku membohongiku."
Angga mengangkat kedua alisnya, "Lalu?"
Aku mengangkat bahu, lalu menarik diri dan duduk menghadapnya. "Aku marah. Dan ingin kembali kesini, menemuimu mungkin menenangkan, dan aku benar. Aku tenang."
Angga menarikku kedalam pelukannya, mengusap punggungku. Tiba-tiba saja aku ingin menangis kencang.
"Kamu bisa datang kapan saja padaku. Atau,aku yang akan datang padamu. Bebas,mana yang kamu inginkan?"
"Angga?"
"Iyaa?"
Aku mengangkat wajahku, menatapnya. Angga tersenyum, lalu mencium bibirku sekilas. Aku menarik diri dan duduk tegak, menyentuh bibirku.
"Kamu.."
Angga tertawa, "Cieee.. maluuu.."
"Ka-"
Tok.. Tok.. Tok..
"Ada tamu."
Aku menatap pintu, lalu menatap Angga lagi. "Itu bukan Lila. Dia akan langsung masuk. Aku buka pintu dulu."
Angga mengangguk, aku berjalan meninggalkannya untuk membuka pintu. Aku terkejut, atau sedikit marah? Tidak tahu,tapi aku tidak suka perasaan seperti ini.
"Mau apa kamu kesini?"
Delisa yang kutanya hanya berjalan memasuki rumah, mendorong kopernya yang cukup besar. Aku menutup pintu,menyusulnya dengan marah.
"Aku mau berlibur!"
Aku memutar tubuhnya, "Delisa!"
"Apa sih,El?"
Aku membuang nafas kasar. Baru kali ini Delisa tampak sangat menyebalkan,dan aku sedang tidak ingin bersamanya.
"Pergi dari sini."
Delisa melotot, "Kamu mengusirku? Astaga! Kamu benar-benar marah ternyata!"
"KAMU PIKIR INI LELUCON?"
Delisa diam menatapku. Mungkin ia tidak menyangka bahwa aku akan meledak marah.
"KALIAN KETERLALUAN!"
"El,kamu itu kenapa sih? Aku minta maaf,oke? Alasannya sudah kujelaskan, kenapa kamu masih marah?"
Bulir-bulir airmata itu turun satu-persatu,hingga menderas. Aku menghapusnya kasar.
"Baiklah. Kamu memang tidak mengerti perasaanku. Silahkan berlibur,aku akan pergi!"
Bertepatan dengan diriku yang akan masuk lebih dalam kedalam rumah, Angga datang dengan terheran-heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Sebuah Nama
RomanceDulu, kukira aku adalah rapunzel. Karena sama-sama terkurung dalam sebuah menara, ditemani seekor hewan. Yang membedakan aku dan rapunzel adalah,aku ditemani seekor kucing persia,bukan seekor bunglon. Juga,aku tidak memiliki rambut super panjang...