Malam indah

220 10 0
                                    

Sejak permintaan maafku pada Gatra beberapa hari lalu,hubungan kami lebih membaik. Dimulai dari aku yang berusaha untuk lebih mempercayai Gatra,juga mempercayai diriku sendiri, bahwa aku memang istimewa seperti yang Gatra katakan. Meski sebagian hatiku masih bimbang mengenai itu.

Gatra tidak pernah berhenti mengingatkan bahwa aku harus mensyukuri apapun yang kumiliki dikehidupanku,mengingatkanku untuk berhenti mengeluh dan merendahkan diriku sendiri. Dan lagi lagi,dia bilang aku istimewa dengan diriku yang seperti ini.

Aku tidak tahu perasaan Gatra yang sesungguhnya untukku,untuk hubungan kami. Hubungan ini terasa begitu aneh. Maksudku,begini,umumnya gadis remaja sepertiku menginginkan perlakuan yang istimewa dari kekasihnya,intinya ada Action dan juga Option. Gatra tidak pernah sekalipun menyebut kata sayang dari saat pertama hubungan kami dimulai. Memang pernah dulu,saat kami masih berstatus sebagai teman. Tapi itu akan berbeda rasanya saat hubungan kami melebihi kata 'teman'.

Hubunganku dengan Gatra lebih cocok untuk sebutan 'sebatas teman'. Gatra tidak berperilaku seperti pacarku,kecuali saat ia mengusap rambutku dan menyebut dirinya sebagai pacarku. Tidak ada kata sayang setiap akan menutup panggilan telpon,seperti yang dilakukan Delisa dan Leo. Tidak ada kata rindu setiap saat seperti Luna dan Yudi. Lalu,disebut apa hubunganku dengan Gatra?

Namun,setiap orang, memiliki caranya masing-masing untuk menunjukkan sayangnya,kan? Dan inilah cara Gatra. Diam,namun setiap hadirnya menyejukkan. Aku merasakannya.

Jakarta panas. Itu sudah biasa,kan? Namun sejak kehadiran Gatra satu jam yang lalu,rasanya sekelilingku menjadi dingin dan sejuk. Oke itu berlebihan. Tapi aku serius.

Malam ini,diatap rumahku,ditempat biasa bi Dita menjemur pakaian,kami duduk berdua. Hanya diam dan tak banyak bicara. Sesekali,tangan Gatra aktif mengusap tanganku yang dipegangnya, mendekatkan pada hidungnya untuk diendus. aku hanya diam.

Gatra,setelah permintaan maafku,ia lebih mengerti aku. Aku yang tidak mudah untuk percaya diri. Ia mendorongku untuk berpenampilan lebih menarik,satu hal yang baru bagiku karena aku lebih suka seadanya. Gatra,dia lebih sabar dari biasanya saat aku begitu mudah merajuk karena alasan yang sama. Tidak percaya diri. Dan perlakuan itu yang sedikit meluluhkan rasa tidak nyaman dihatiku.

Entah bagaimana,perlahan namun sangat mengena,setiap katanya mampu membuatku bergetar gugup. Setiap sentuhannya jemarinya dirambutku mampu membuat kedua pipiku merona. Bukan,bukan aku yang istimewa. Tapi Gatra,ia melakukan apapun tanpa aba-aba,namun selalu berhasil membuatku berbunga. Dia istimewa.

Aku mengeratkan genggaman tanganku ditangannya. Jempolnya mengusap lembut punggung tanganku. Kami hanya saling diam dibawah langit malam Jakarta,absennya para bintang tidak mengurangi indahnya malam. Karena? Ada Gatra disampingku.

kedua sudut bibirku tersenyum karena pikiranku yang menjalar kesana kemari. Cinta mampu memberi efek yang luar biasa bagi setiap kehidupan yang disentuhnya. Memberi efek menyebalkan saat tak dihubungi. Namun yang terpenting,memberi efek lebay yang berlebihan sepertiku saat ini.

"Aku senang kamu senyum terus." Ucapnya sambil meraih kepalaku untuk disandarkan dibahunya. Aku menurut.

"Aku senang,ada kamu disini." Jawabku setelah jeda beberapa detik.

"Kemarin saja tidak mau menemuiku. Sekarang jadi senang heh?"

Aku terkikik. Gatra-ku♡

****

[Gatra]

Kepalanya bersandar dibahuku. Tercium aroma campuran teh dan vanilla dari rambutnya,membuatku memejamkan mata. Wanita istimewa ini,yang kini duduk bersandar disampingku,entah bagaimana memberi pengaruh yang begitu besar untukku.

Wanita ini,yang beberapa kali membuatku kesal karena rasa tidak percaya dirinya. Yang mengatakan bahwa dia tidak memiliki apa yang dibutuhkanku,wanita yang membuatku membanting pintu kamar hanya untuk melampiaskan kesalku. Wanita yang,entah sejak kapan,menguasai otak dan pikiranku.

Soal cinta,aku tidak dapat memastikan itu. Tapi kalau sayang,aku memang menyayangi Elma. Sangat mudah untuk menyayangi pribadinya,ia yang ceria,lugu dan lembut,siapapun akan dengan mudah untuk jatuh cinta pada sosoknya. Elma memiliki pribadi yang menyenangkan.

Dan,ada sesuatu yang lain yang membuatku sesekali bergetar saat mendengar suara tawanya. Sesuatu yang sulit untuk kujelaskan,namun begitu sering kurasa saat disampingnya.

Elma. Dia begitu tidak asing untukku,jauh sebelum pertemuan kami malam itu,aku merasa sempat bertemu dan merasakan rasa yang sangat dalam. Tapi,aku tidak ingat,sekelebat bayangan masalalu itu datang begitu saja. Menggantung dalam pikiranku.

Elma. Dia seperti wanita yang sama,yang hadir dihidupku beberapa tahun silam,di masa awal SMA-ku. Diakah itu? Aku,tidak ingat.

Kurasakan pergerakannya disampingku, ia sedikit bergeser untuk lebih dekat denganku. Aku mengusap lembut jari-jarinya. Wanita ini,yang beberapa bulan belakangan selalu menjadi objek dalam setiap jepretan lensa kameraku. Wanita ini,yang aku,tidak tahu harus menjelaskannya bagaimana. Dia seperti- seseorang. Atau mungkin,memang dia?

"Gatra? Apa bulannya ada?"

Kudengar suaranya yang lembut,rambut panjangnya menggelitik lenganku. Aku menggeleng,memberi jawaban atas pertanyaannya.

Kulihat ia menggerakkan tangannya yang bebas dari genggamanku,mengangkatnya lalu mengayunkannya diatas angin. Seperti ingin menggapai langit malam, merasakan hadirnya angin malam yang meniup pelan.

Kepalanya terangkat dari bahuku,ia sedikit miring untuk duduk menghadapku. Aku diam. Tangannya yang berada di atas angin perlahan turun untuk menyentuh wajahku,diikuti tangannya yang lain. Aku hanya diam,merasakan sentuhan kulit tangannya diwajahku.

Matanya terpejam,tangannya menyusuri setiap lekuk wajahku. Dia begitu cantik, sangat cantik jelita,membuat debaran jantungku menggila.

"Gatra.."

Bibirnya bergerak saat menyebut namaku. Aku diam terpaku menatapnya.

"Andai aku dapat melihatmu." Ucapnya lagi. Membuatku terenyuh. Begitu besar keinginnannya untuk dapat melihat. Namun,untuk setiap cobaan yang menimpanya,ia tidak menanggapinya dengan teriakan dan keluhan,walau sesekali bibirnya mengucap pengharapan yang besar untuk kemajuan hidupnya.

"Kamu bisa merasakanku." Ucapku. Dia menggeleng.

"Akan beda rasanya saat aku dapat melihatmu tersenyum."

Aku diam. Kedua tangannya turun dari wajahku. Kembali pada posisinya semula. Kepalanya kembali bersandar pada bahuku,aku meraih tangannya dan mengecupnya singkat.

"Kamu ingin merasakan hal yang luar biasa?" Tanyaku,dia mengangguk. Aku meraih tangannya,menuntunnya untuk menyentuh bagian dimana jantungku berdebar kuat.

"Kamu harus merasakan bagian ini. Sangat kuat bila didekatmu. Luar biasa,bukan?" Ucapku. Dia terkikik.

Tersenyumlah,Elma. Wanita cantikku. Aku mungkin memang tak dapat kau tatap,namun getar dapat kau rasa,kan? Itu lebih luar biasa dibanding menatap wajahku. Jangan mengeluh soal tatap,ada begitu banyak hal yang dapat dirasa.

"Gatra,jangan gugup. Jantungmu harus bekerja lebih giat. Kasian."

Aku tergelak,mengacak rambutnya. Kekasih cantikku.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Untuk Sebuah NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang