Aku berjalan beriringan dengan Delisa. Setelah tangis kecewanya tiga hari lalu,Delisa sudah mulai mau diajak keluar. Saat ini aku dan Delisa sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta,Delisa bilang ingin makan KFC. Aku mengiyakan,asal Delisa tidak sedih lagi.
Aku duduk diluar KFC dibantu Delisa,kemudian Delisa menghilang kedalam untuk mengantri membeli makanan. Angin sisa hujan masih terasa dingin,aroma aspal terguyur hujanpun tercium. Tadi aku langsung meminta ibu untuk mengantarkanku kerumah Delisa.
Delisa datang beberapa menit kemudian, meletakan nampan berisi makanan dan minuman kami dimeja.
"Aku beli ayam yang paling besar,kamu harus habiskan." Ucapnya lalu meminum pepsi-nya.
"Aku akan dimarahi jika ibu tahu." Jawabku sambil mengikuti gerakan Delisa, meminum pepsi. Delisa hanya tergelak.
Aku makan dengan pelan,Delisa dihadapanku masih dengan omelannya pada layar ponsel.
"Leo ngilang terus deh,sebel!" Umpatnya. Aku berhenti mengunyah,jadi mengingat ucapan Gatra tiga hari lalu.
"Huum. Baru dateng. Sama perempuan,kayaknya Delisa Deh."
Aku menelan ludah pelan. Pikiranku mulai menerka-nerka,mungkin saja itu memang selingkuhan si-sialan- Leo. Leo tidak memiliki kakak perempuan,Leo hanya memiliki kakak laki-laki. Atau temannya? Ah mungkin saja temannya,aku kan tidak tahu menahu seputar teman Leo. Delisa yang mungkin tahu.
"Heh? Elma? Delisa?"
Seseorang duduk disamping kananku,berarti ia duduk disamping kiri Delisa.
"Sama siapa Lun?"
Oh. Luna.
"Sendirian,beli buku. Nunggu Yudi jemput." Aku tersenyum,ingat pembicaraan dirumahku.
"Awas,nanti Yudi salah jemput orang." Ucapku. Luna dan Delisa tergelak.
"Tenang,sudah aku ingatkan."
"Hahahaha."
Luna ikut bergabung memesan makanan dan mengobrol ringan.
"Gila ya,sekolah baru mulai udah dikasih pe-er yang banyak." Keluh Luna. Aku tersenyum.
"Sama dong. Jadi pengen cepet lulus." Delisa menimpali. Aku hanya diam.
"Kamu suka dapet pe-er gak,El?" Tanya Luna,aku mengangguk.
"Suka,tapi hanya sekali dua hari." Jawabku. Delisa bersandar di kursinya.
"Ya meskipun sekali dua hari,itu lebih rumit lho Lun!" Ucap Delisa sambil tertawa. Luna ikut tertawa. Aku menyudahi makanku.
"Eh,itu si Rissa!!" Delisa berbisik sambil memukul-mukul meja. Aku mengerutkan alis.
"Siapa Rissa?" Tanya Luna.
"Selingkuhan Leo dulu!" Ucapku antusias. Aku masih ingat bagaimana Leo memohon agar Delisa memaafkan kesalahannya saat selingkuh dengan Rissa.
"Hus! Dijelasin banget deh!" Delisa merengut,aku tersenyum.
"Ah tenang,masih cantik kamu kok Del!" Luna menenangkan,Delisa mendengus.
"Iyalah,buktinya si Leo tetap minta aku buat maafin dia!" Ucap Delisa sombong.
"Udah,itu kan dulu." Ucapku menyudahi.
"Kamu nemuin Leo selingkuh,gimana Del?" Tanya Luna penasaran. "Soalnya aku curiga si Yudi selingkuh deh,ponselnya disembunyiin terus!"
Delisa menarik nafas.
"Ya sama gitu. Dulu Leo sering sembunyiim ponselnya,tiap aku pinjam,dia bilang nanti aja terus ngalihin permbicaraan."
"Ih kaya Yudi!" Luna semakin semangat.
"Tapi,ponsel itu privasi Sa,Lun. Makanya mereka gak mau sembarang orang meriksa." Ucapku.
"Tapi kan kita bukan sembarang orang, ya kan,Lun?" Delisa mencari pembelaan. Luna mengangguk.
"Huuh bener."
"Leo selingkuh gak sekali dua kali,El,Lun. Itu yang bikin aku jadi mikir negatif terus!" Delisa berucap lagi.
"Terus kenapa masih mau nerima?" Tanya Luna. Aku menyimak.
"Gini lho,Lun. Ada hal-hal yang tidak mudah dilupakan,hubungan aku sama Leo berjalan dari waktu kami masih kelas dua SMP. Waktu Leo selingkuh pertama kali,aku pikir itu wajar,kami masih berada disisi labil."
Aku dan Luna menyimak.
"Aku nerima dia lagi saat dia bilang gak akan pernah ngulangin. sampai kami sekarang berada dititik dewasa dalam menyikapi masalah,itu gak mudah. Berulang kali Leo lakuin hal yang sama. Aku sakit hati,tapi aku gak bisa benar-benar membenci dia. Walau aku katakan beribu kali aku membecinya,aku masih menyayangi dia." Lanjut Delisa.
"Waktu memang berjalan,putus-nyambung berkali-kali,sampai bosan rasanya memaafkan. Tapi apa yang bisa aku lakukan? Perasaanku tidak bisa benar-benar melupakan. Bahkan waktu-pun tidak bisa menghapus rasa.
Dan terakhir kemarin,waktu aku nemuin Leo cium Rissa di sekolah. Itu udah dititik lelah aku menghadapi Leo,tapi apa yang aku lakukan? Aku nerima dia,lagi. Tidak ada yang lebih bodoh dari ini. Aku tahu. Meski kami kembali bersama,perasaanku perlahan mulai hilang oleh rasa takut Leo selingkuh lagi. Aku udah coba minta putus,tapi Leo gak mau. Dan ini harus jadi akhir hubungan kami kalau saja aku nemuin Leo selingkuh lagi."
Aku tersenyum. Memegang tangan Delisa,Luna pun melakukan hal yang sama.
"Kamu kuat banget Del,aku gak tahu kalo itu terjadi sama aku. Pasti rasanya sangat sakit,aku gak akan sanggup nerima lagi Yudi kalo dia lakuin itu." Ucap Luna.
"Kayaknya aku bodoh deh,bukan kuat!" Ucap Delisa sambil tergelak. Kami tertawa bersama.
"Kurasa itulah mengapa Tuhan menciptakan cinta dan otak. Cinta untuk dirasa,otak untuk dipakai. Otak digunakan untuk berfikir bagaimana agar cinta tidak menghancurkan. Otak dan cinta. Keduanya harus saling melengkapi, bukan mendominasi. Memangnya siapa yang menciptakan kata-kata 'jika baik pertahankan,jika buruk lepaskan.' Itu otak." Ucapku.
"Whoa! Kamu penasihat cinta?" Tanya Delisa. Aku terkikik.
"Tapi,Elma, bagaimana jika Gatra yang selingkuh?" Tanya Luna. Aku diam.
Bagaimana? Membayangkannya saja aku sudah merasa terluka. Aku tidak mau berbagi.
"Lihatlah aku,tidak ada yang dapat dibanggakan dariku. Jika Gatra menemukan yang lebih baik dariku menurutnya,tidak apa-apa. Aku akan melepaskan. Lagipula,Gatra berhak mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku." Ucapku tersenyum.
"Kamu cantik El. Aku bicara seperti ini,bukan karena ada kamu,tapi kamu memang benar-benar cantik." Ucap Luna. Delisa membenarkan.
"Bodoh sekali Gatra jika melepaskan wanita sepertimu. Berhati baik,cantik juga." Ucap Delisa. Aku tertawa. Tapi hatiku sedih.
"Meski aku menurutmu baik hati dan cantik,menurut Gatra belum tentu. Aku cantik menurutnya sekarang,tapi saat dia menemukan yang lebih baik,aku akan tetap dibuang,kan? Apa lagi yang harus dilakukan selain melepaskan seseorang yang tidak benar-benar menyayangiku?"
"Tapi,kalau Gatra selingkuh dan meminta maaf? Kamu akan menerima?" Tanya Luna.
"Menerima maafnya? Tentu saja. Hanya,aku tidak akan kembali menjadi kekasihnya. Aku bukan tipe seseorang yang melakukan kesalahan yang sama." Ucapku. Delisa memukulku pelan.
"Kamu menyindir,hei?" Delisa pura-pura marah. Kami tertawa bersama.
Gatra. Aku menyayanginya,sangat dalam hingga saat aku berfikir Gatra melukaiku,sangat sakit. Aku tidak tahu bagaimana jika Gatra melakukan itu. Tapi,aku bertekad takkan kembali mengecap rasa sakit itu dengan kembali pada Gatra,saat Gatra melakukan itu.
Kurasa,daripada melukai,lebih baik katakan jika sudah tidak ingin. Itu lebih bijak,kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Sebuah Nama
RomanceDulu, kukira aku adalah rapunzel. Karena sama-sama terkurung dalam sebuah menara, ditemani seekor hewan. Yang membedakan aku dan rapunzel adalah,aku ditemani seekor kucing persia,bukan seekor bunglon. Juga,aku tidak memiliki rambut super panjang...