Bertemu dia

72 7 0
                                    

Aku menatap kosong kolam ikan dihadapanku sembari bersandar di kursi taman yang disediakan. Menunggu Angga yang masih berada diperjalanan setelah ku telpon dan menyuruhnya menemuiku. Dia tidak menolak. Atau tidak pernah? Apapun yang kukatakan, kuinginkan, dia tidak pernah menolaknya, namun kini aku ragu akan ketulusan itu. Mungkin saja Angga melakukannya karena Gatra yang menyuruhnya. Aku tidak tahu, tapi semua keingintahuan ku akan segera terjawab. Dan aku ingin hari ini, tak mau menundanya terlalu lama.

"Halo, sayang."

Aku menarik senyum pada Angga yang datang dan duduk disampingku. Ia merentangkan tangan memelukku, aku membalasnya.

"Memintaku kesini, tidak ada apa-apa yang buruk, kan?"

"Tidak. Aku hanya ingin melakukan sesuatu denganmu."

"Apa itu?" Angga terlihat sangat antusias.

"Ada deh. Sebelum itu, jalan-jalan yuk, aku harus membeli oleh-oleh untuk dibawa Delisa saat pulang besok."

"Oke. Kita berangkat sekarang?"

Aku mengangguk lalu berjalan bersama. Sejak malam, jantungku memompa darah lebih cepat dari biasanya, mungkin itu respon dari rasa antusias, takut, penasaran, dan lain-lain yang kurasakan sejak memiliki rencana ini. Tapi aku tidak boleh mundur, aku harus melakukannya hari ini juga!

Angga sedang turun dari mobil untuk mengisi bensin saat aku mulai merogoh tas kecilnya mencari ponsel Angga. Masih dengan perasaan yang berdebar aku menemukannya, mengubah pengaturan ponsel menjadi silent, satu hal kecil yang akan menggagalkan rencana jika aku lupa melakukannya.

Angga kembali tepat saat aku memasukan ponselnya kedalam tas ku. Kami kembali menuju tempat oleh-oleh. Aku harus berusaha sekuat hati menyembunyikan raut ku yang tak bisa dijelaskan lagi, apalagi saat Angga mulai mencari-cari ponselnya didalam tas, kemudian menghampiriku saat aku sedang memilih pernak-pernik yang akan kubeli untuk kujadikan oleh-oleh.

"Elma, kamu bisa tunggu disini dan memilihnya? Aku harus mencari ponselku, mungkin tertinggal di mobil. Tidak usah membayarnya, aku yang akan membayarnya."

Aku hanya mengangguk, menatap Angga yang sedikit berlari menuju mobilnya. Saat dipastikan Angga sudah keluar dari toko, aku merogoh tas ku dan mengeluarkan ponsel Angga, mencari nama Gatra dengan tanganku yang gemetar, menuliskan pesan disana dan mengirimkannya.

Kenapa?

Aku mengetikkan balasan, masih dengan  tangan yang gemetar, juga perasaan yang takut Angga kembali sebelum aku selesai dengan rencanaku. Tak lama, balasan Gatra kembali masuk.

Oke. Gue lagi gak jauh dr danau.

Aku membalasnya.

Oke, otw.

Dan aku memasukkan kembali ponselilik Angga. Aku menarik nafas, membuangnya, menariknya, membuangnya dan terus melakukannya sampai getaran dan perasaanku sedikit mengenak. Aku melanjutkan acara pilih memilih itu sampai Angga kembali dan menepuk pundakku,

"Ponselku sepertinya tertinggal di kampus. Aku boleh pinjam ponselmu?"

"Tentu saja." Aku merogoh saku jeans ku, menyodorkan ponselku pada Angga. Angga kembali menjauh dengan ponselku pada telinganya, dia mungkin mencoba menghubungi ponselnya atau seorang temannya.

**

Angga dan aku telah selesai dengan urusan membeli oleh-oleh, Angga juga telah mengembalikan ponselku, dan kami sedang berada didalam mobil, berdiskusi tentang tempat yang akan selanjutnya kami kunjungi.

"Aku ingin ke danau." Ucapku, Angga diam sejenak, kemudian menggeleng.

"Meskipun sudah sore, diluar masih panas, El."

Untuk Sebuah NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang