Pacaran!?

142 13 0
                                    

Bola mata dibalik kelopak yang masih tertutup,bergerak kesana-kemari. Kemudian membuka dengan perlahan,terasa berat. Padahal semalam aku tidur tidak terlalu larut,dan sepertinya ini sudah cukup siang. Tanganku bergerak menarik selimut lebih atas,menutupi lenganku. Hari masih dingin.

Kudengar suara Delisa bersenandung didalam kamar mandi,artinya ini sudah pukul 8 pagi. Karena Delisa selalu mandi di jam yang sama setiap harinya. Aku memejamkan mata kembali saat kudengar suara pintu kamar mandi dibuka.

Delisa bergerak dengan ocehan tidak jelasnya,menirukan obrolan sepasang suami istri didalam sinetron. Aku mengulum senyum.

"Sayang,maafkan aku!"

Aku hampir saja terkikik jika tanganku tidak buru-buru menutup mulut. Delisa menirukan suara laki-laki saat mengatakan itu. Menjijikan. Aku berguling kesebelah kiri,menaikan selimut menutup wajahku.

"Heh Elma!! Aku tahu kamu sudah bangun."

Delisa menarik selimutku,membuat angin tiba-tiba meniup disekitaran tubuhku. Aku meringkuk. Dingin.

"Pemalasan."

"Kedul."

"Anak gadis kok gitu!"

Delisa terus meluncurkan aksi mengomelnya. Aku masih pura-pura tertidur,hingga tubuhku terasa berat. Delisa menindihku dan meloncat-loncat ringan. Aku mengaduh.

"Sakiiiit Saaaa!"

"Hahaha.. makanya bangun!"

Delisa turun. Aku bangun dan terduduk diatas kasur. Mengucek mataku,menghilangkan perih.

"Sa,pilihkan aku baju." Ucapku seraya turun dari atas tempat tidur menuju kamar mandi. Saat hampir menggapai pintu,aku berbalik,

"Rok saja."

"Memangnya mau kemana?" Tanyanya.

Aku diam sejenak.

"Nanti kuceritakan,siapkan dulu bajunya ya?" Pintaku. Delisa menggumam. Aku memasuki kamar mandi setelah menarik handuk yang terlampir disamping pintu.

Aku menghabiskan sedikit lebih banyak waktu dikamar mandi kali ini. Sibuk menciumi harum sabun yang beraneka diatas meja. Hingga pilihanku jatuh pada sabun beraroma vanilla,kesukaanku. Aku menuangkannya sedikit pada tangan,menggosoknya hingga menciptakan busa.

Mandi sudah menjadi sesuatu yang dapat kulakukan sendiri sejak menginjak usia 12 tahun,meski kadang ibu masih khawatir dan berdiri menungguku menyelesaikan mandi. Takut terpeleset katanya.

Kedua sudut bibirku terangkat saat mengingat perkataan Gatra kemarin malam. Yang membuatku sedikit kaget,dan hanya bisa diam melotot dengan menggumamkan namanya.

Flashback~

"Yang soal,kekasih."

"Hah?"

"Aku serius dengan yang tadi kukatakan ditelpon."

"Yang-"

"Iya. Yang mau punya kekasih,asal kamu."

Aku senyum. Tapi kemudian hilang.

"Tapi,aku-"

"Elma,maaf kalau aku terburu-buru."

"Gatra, ini tidak bisa."

"Kenapa? Karena kamu buta?"

Aku diam. Gatra menghampiriku,meraih kedua tanganku.

Untuk Sebuah NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang