Perusak?

89 9 0
                                    

Hujan telah berhenti dua jam yang lalu,menyisakan genangan-genangan air di atas aspal yang sedikit berlubang. Aroma sisa hujan masih tercium saat kedua kakiku menginjak lantai di teras rumah. Udara terasa lembab meski hujan baru saja mengguyur,tidak menyisakan dingin selepas hujan,mungkin karena sudah memasuki pergantian musim,dari musim hujan ke musim kemarau.

Aku menarik tongkatku agar lebih panjang,kemudian mengarahkannya pada pijakan kakiku. melangkah perlahan meninggalkan pekarangan rumah. Aku telah menghapal jalanan sekitaran komplek rumahku karena sering melakukan ini,jalan-jalan pagi,sendiri maupun bersama Gatra akhir-akhir ini. Tapi hari ini Gatra harus ke sekolah,dalam rangka Pendalaman Materi menjelan UN. Meski hari sabtu. Akhirnya aku sendiri menyusuri jalan.

Jalanan lengang,mungkin karena sebagian dari penghuni komplek dirumahku masih berada di kantor maupun sekolah,karena memang jam masih menunjukan pukul 10 pagi. Kakiku beberapa kali menginjak genangan air di aspal,membuat ujung celana panjangku sedikit basah.

Di belokan kedua setelah melewati pos satpam menuju taman,aku mendengar derap langkah kuat dibelakangku. Was-was,aku menaikan kecepatan berjalanku, tapi tidak kentara agar seseorang dibelakangku tidak curiga.

"Ehm." Aku berdehem, seseorang dibelakangku itu terkekeh pelan. Seorang laki-laki. Apa maksudnya jahat?

Kedua kakiku berhenti melangkah, membuatnya sedikit harus lebih menekan rem kakinya. Aku berbaik sekaligus,dan ternyata sangat dekat dengannya. Kudengar tarikan nafasnya. Aku mundur dua langkah.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Apa?"

"Kamu mengikutiku,kan?"

Ia tertawa pelan.

"Apa kabar,Elma?"

Aku mengerutkan dahi,mengeratkan peganganku pada tongkat.

"Kamu mengenalku?"

"Tentu saja. Kita pernah kenalan."

"Oh ya?"

"Huum."

Aku diam sejenak untuk mengingat,tapi tiada seorangpun melintas dalam benakku.

"Aku tidak ingat. Jangan ikuti aku."

Setelah membalikan badanku,aku kembali mengarahkan tongkatku pada jalanan.

"Aku Ezra." Dia mengikutiku lagi,kini disampingku.

"Ezra?"

"Huum."

Aku berhenti berjalan. Mengerutkan dahi.

"Aku ingat sekarang. Kamu pengirim tongkat ini," aku mengankat tongkatku, "Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa. Ehm,boleh kutemani?"

Aku diam sejenak.

"Aku akan pergi ke taman." Jelasku tanpa diminta,kemudian kembali melanjutkan jalanku.


"Tunggu disini,aku akan membeli minum."

Aku hanya mengangguk menanggapi ucapan Ezra yang kini telah berlalu membeli minum di warung sebrang. Tanganku naik untuk sesekali menghapus keringat yang mengalir di pelipisku. Cuaca panas setelah hujan,membuatku merasa tidak nyaman oleh rasanya.

Tuk.

Tongkat dipangkuanku terjatuh,aku menunduk dan sedikit meraba untuk menemukannya. Aku turun dari kursiku, berjongkok dan mulai mencari lagi. Dan ketemu,tanganku menyentuhnya sedikit jauh dari kursi. Saat hendak bangkit, seseorang datang dan menginjak tanganku, membuatku sedikit terlonjak dan ketakutan,

Untuk Sebuah NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang