Jangan terluka.

177 15 0
                                    

"Gatraa..."

"Kenapa,El?"

"Ayo pulaaaang."

Aku merengek menarik-narik lengan kemeja milik Gatra. Namun Gatra hanya terkikik dan menarik tanganku,lalu menggenggamnya. Membuatku terdiam mengikuti arahan langkahnya.

Satu jam lalu,Gatra memaksaku untuk ikut bersamanya. Aku menolak. bukan karena tidak ingin pergi dengannya,hanya saja,itu bukan tempat yang ingin aku datangi.

Gatra tetap merengek dengan duduk dihadapanku,memegang kedua lututku. Membuatku gelagapan dan akhirnya menyetujui untuk ikut dengannya.

Sepanjang perjalanan,Gatra bercerita tentang masa kecilnya, mengalihkan perhatianku. Gatra bercerita bagaimana ia begitu pemalu saat kecil,dan menyebalkan saat besar. Itu bentuk pelampiasannya sebagai anak laki-laki yang banyak di atur. Tidak membantah,hanya membuat kedua orang tuanya kesal saja. Aku tertawa. Ceritanya membuatku nyaman.

Sedetik kemudian nyaman itu hilang saat mobil Gatra berhenti tepat di parkiran mall. Aku menolak untuk turun,dan minta kembali pulang saja. tapi Gatra memaksa.

Sekarang,aku merengek ingin pulang. Namun tidak ditanggapi oleh Gatra yang kini malah duduk dengan nyaman disampingku.

"Mau makan apa,El?"

Aku diam. Cemberut.

"Elmaaaa, mau makan apaaaa?"

Aku ingin tertawa dengan nada bicaranya. Namun kutahan untuk menunjukkan kekesalanku.

"El.. El.. El.. Ma.. Ma.. Ma.." ucapnya lagi mengeja namaku sambil menoel-noel lenganku.

"Iiiih! Ayoo pulang!" Ucapku sambil berusaha sekuat mungkin menahan tawa.

"Sudah makan,baru pulang. Makan nasi goreng kambing ya? Enak loh."

Kemudian Gatra memanggil pelayan dan memesan makanan. Aku hanya diam.

Suasana yang ramai. Bukan sesuatu yang kusukai. Aku lebih suka duduk diatas kursi taman dibawah langit malam. Hening dan nyaman.

Bukan di mall seperti ini. Aku tidak tahu bagaimana tanggapan orang-orang saat melihatku dengan Gatra berjalan bergandengan tangan.

Delisa bilang,Gatra sangat tampan. Mungkin tanggapan orang akan macam-macam dan begitu menyakitkan jika aku mendengar.

"Ih, dimana pangeran itu mendapatkan gadisnya? Dipenjualan barang bekas?"

"Hei,itu siapa? Pengemis ya?"

"Eh,kok ganteng-ganteng ngegandeng orang buta?"

Dan sebagainya. Bukan,bukan karena aku takut dihina karena aku tidak dapat melihat. Hanya saja,aku tidak mau Gatra mendapat gunjingan hanya karena berjalan bersamaku.

"Elma?"

"Ya?"

"Kamu ingin beli sesuatu disini?"

Aku menggeleng.

Ckrek.

Aku hanya diam.

"Elma. Senyum dong."

Aku melotot. Gatra mengambil fotoku. Bagaimana bentuk wajahku tadi? Ih. Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan.

"Gatra! Jangan ambil gambarku!"

"Hi hi hi.. memangnya kenapa? Kamu cantik kok!"

Aku masih menutup wajahku saat Gatra terus mengambil gambar.

Untuk Sebuah NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang