"Ya. Dia baik baik saja disana. Selalu menunjukkan wajah cerianya kepada siapapun. Dia juga Cantik." Ucapku.
Tak salahkan memuji diri sendiri? Aku terlalu percaya diri untuk mengatakan diriku cantik.
"Bukankah gosip mengatakan wajahnya jelek dan ceroboh?" Tanya Mao.
"Mao, kitakan pernah bertemu dengannya terakhir kali. Bukankah kau bisa melihat wajahnya? Dia itu cantik dan tak ceroboh." Ucap Luhan.
"Jangan bilang kalau kalian menyukainya." Ucap Hiro.
"Jika kami menyukainya maka kami akan berkerja sebagai prajurit disana seperti Tao!" Ucap Mao dan Luhan bersamaan.
Haha orang yang sedang kalian bicarakan itu ada disini.
"Bagaimana denganmu Tao? Apakah kau menyukainya?" Tanya Hiro.
"Tidak. Aku tidak menyukai siapapun saat ini. Yang aku pikirkan hanyalah berkerja keras." Ucapku.
"Wah kau pekerja keras Tao!" Ucap Luhan.
"Hoi Mao jangan habiskan minumanku. Jika kau mau beli sendiri sana!" Ucap Hiro.
Aku merindukan suasana ribut seperti ini. Mereka selalu bersama dari kecil. Jika hidupku hanya seorang rakyat akan kugunakan hidupku untuk mencari teman.
"Aku harus kembali ke Dinasti sekarang. Waktuku sudah habis. Mungkin kita bisa bertemu minggu depan." Ucapku.
"Sampai jumpa. Lain kali kalau datang lagi bawakan kami oleh oleh ya." Ucap Mao.
"Mao kau kira Dinasti itu pasar?" Ucap Hiro.
"Sampai jumpa semua." Ucapku sambil melambaikan tangan lalu pergi.
Aku langsung naik kekudaku dan memacunya lebih cepat karena ini sudah sore. 20 menit aku sampai di Dinasti.
Ayah mengetahui kepergianku. Ia berdiri di gerbang bersama Kaisar Ryu dan.. Siapa itu? Aku menajamkan penglihatanku dari jauh. Dia....Putra Mahkota Han! Astaga apa yang harus kulakukan?!
Tak ada jalan lain selain melewatinya. Semakin dekat aku dapat melihat wajahnya. Kenapa ia tak tersenyum seperti dulu? Ia hanya menunjukkan wajah dinginnya.
Ayolah kumohon tunjukkan senyuman manismu seperti dulu. Jika kau hanyya menunjukkan wajah dingin itu aku juga bisa menunjukkannya. Aku sudah sampai di gerbang. Ayah menunjukkan wajah marah.
"Ayah... maaf aku hanya ingin bertemu mereka." Ucapku pelan.
"Temanku maafkan saja putrimu. Ia juga perlu keluar sekali kali." Ucap Kaisar Ryu.
"Pada saat musim gugur tiba." Ucapan ayah berhenti karena aku menutup mulutnya.
"Sebaiknya ayahanda tak membacakan Puisi menyebalkan itu." Ucapku.
"Puisi apa itu?" Tanya Kaisar Ryu.
"Puisi yang mengatakan tentang seorang gadis yang menukai seorang pria yang bahkan belum pernah melihatnya." Ucap Ayah santai.
Astaga ayah mengatakannya. Ini membuatku sangat malu sekali. Aku bahkan tak berani menunjukkan wajahku ini. Apa yang harus kulakukan? Aku malu sekali.
"Ayah kali ini aku tak akan mendapat hukuman kan?" Ucapku.
"Kau tau kan hukumanmu apa,Liuxi?" Tanya Ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Coldest Emperor
Historical Fiction#7 in Historical Fiction Aku putri dari Kaisar Dinasti Qing. Liuxi,itu namaku. Entah gosip darimana menyebar dan mengatakan bahwa aku itu jelek dan ceroboh. Aku selalu diam. Kaisar menjodohkanku dengan Putra Mahkota Dinasti Han. Aku hanya diam. Dia...