Dengan kekuatannya pria itu melepaskan pakaian Liuxi tanpa menyentuh seincipun tubuhnya. Luka pada tubuh Liuxi menghilang dalam sekejap digantikan dengan kulit yang halus. Bibir pucat Liuxi berubah menjadi warna pink darah yang membasahi Liuxi telah hilang. Pria itu memakaikan baju putih bergaris biru untuk Liuxi.
Ia juga mengikat rambut Liuxi sehingga Liuxi tampak sangat dewasa. Pria itu pergi membawa Liuxi memasuki istana es.
***
Liuxi terbangun dan menemukan bahwa ia disebuah kamar mewah. Saat ia hendak berdiri ia melihat kakinya diikat oleh rantai panjang. Liuxi berusaha untuk melepaskan raintai yang mengikat kakinya.
"Ada orang diluar?" Teriak Liuxi.
Beberapa kali Liuxi berteriak tak ada orang yang datang menolongnya membuatnya pasrah dan berbaring kembali. Terlihat tas kecilnya berada disampingnya membuatnya membuka kembali tas kecilnya. Untungnya buku gunung suci dan seruling emasnya tak hilang.
Setelah menatap serulingnya begitu lama ia mempunyai ide untuk memancing orang kekamarnya. Liuxi memaikan serulingnya secara lembut. Benar saja beberapa pelayan masuk lalu pergi dengan cepat. Liuxi mendesah panjang.
Tiba-tiba seorang pria berjubah putih masuk dan tersenyum ke arah Liuxi. Jari telunjuknya menunjuk rantai yang mengikat kaki Liuxi. Rantai itu menghilang dalam sekejap dan pria itu mendekati Liuxi.
"Kau mau apa?" Tanya Liuxi takut.
"Apakah kau yang bermain seruling?" Tanya Pria itu.
"Ya itu aku." Jawab Liuxi.
Pria itu tersenyum manis dan senyumannya sangat mirip dengan senyuman pangeran Zhen Guo saat pertama kali bertemu. Dengan pelan pria itu berjalan kesisi Liuxi membuat Liuxi berjaga-jaga.
"Siapa kau? Dan untuk apa kau kemari?" Tanya pria itu.
"Aku Liuxi. Aku dihukum dan hukumanku adalah pergi kesini. Siapa kau?" Ucap Liuxi.
"Aku Raja disini. Namaku Yu Tao Shen dan kau bisa memanggilku sesuka hatimu." Jawab Pria itu.
"Bagaimana dengan nama Yuyu? Dan bisakah kita berteman?" Tanya Liuxi.
Wajar jika Liuxi ingin berteman dengan pria disampingnya. Tak mungkin ia sendirian disini. Pria itu tersenyum lau terkekeh kecil.
"Kau mau jalan jalan ke danau?" Tanya Yuyu.
"Bolehkah? Tapi aku tak punya baju ganti." Ucap Liuxi lalu melirik bajunya. Ia sangat terkejut. Bukankah ia hanya memakai hanfu putih? Bagaimana bisa menjadi baju yang sedikit terbuka menampakkan belahan dadanya? Dengan cepat ia menutup dadanya dan wajahnya kini memerah.
Yuyu tau gadis didepannya sedang merasa malu. Bagaimanapun ia akan menceritakan riwayat bajunya kecuali siapa yang menggantinya.
"Hanfu putihmu tampak kotor dan robek. Jadi bajumu diganti agar kau terlihat bersih." Ucap Yuyu.
"Oh. Kita kedanau sekarang?" Tanya Liuxi sambil tersenyum.
Yuyu tersenyum dan mengangguk sambil megenggam tangan Liuxi saat berjalan seakan tak ingin membiarkan Liuxi pergi.
Aroma buah apel hijau menyambut kedatangan Liuxi dan Yuyu. Liuxi menatap dengan kagum pemandangan yang ada disekitarnya.
"Kau bisa mandi disini jika kau mau. Dan aku akan menyuruh pelayan untuk membantumu." Ucap Yuyu.
"Benarkah? Akan sangat menyenangkan jika bisa berendam disini." Balas Liuxi.
"Kau bisa menikmatinya sekarang. Aku akan menunggu sampai kau selesai berendam." Ucap Yuyu lalu berjalan keluar.
"Yang Mulia, Pangeran dan Putri dari kerajaan awan telah datang ingin menemui anda." Ucap pelayan yang datang. Yuyu hanya mengangguk dan berbalik menatap Liuxi.
"Aku akan pergi sebentar. Pelayan ini akan melayanimu." Ucap Yuyu lalu pergi.
Liuxi mengangguk lalu membuka bajunya dan masuk kedalam danau. Air panas menusuk kulitnya dan itu membuatnya sangat nyaman. Beberapa menit kemudian seorang gadis yang kira-kira beeumur 15 tahun masuk dan menatap Liuxi dengan tatapan benci.
Dengan cepat tangan gadis itu memaksa kepala Liuxi untuk masuk kedalam air.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Coldest Emperor
Ficción histórica#7 in Historical Fiction Aku putri dari Kaisar Dinasti Qing. Liuxi,itu namaku. Entah gosip darimana menyebar dan mengatakan bahwa aku itu jelek dan ceroboh. Aku selalu diam. Kaisar menjodohkanku dengan Putra Mahkota Dinasti Han. Aku hanya diam. Dia...