28.

22K 1.1K 33
                                    

Kalo kata Tio, orang lagi jatuh cinta sama orang rada" itu beti alias beda tipis.
🌲🌲🌲

Mobil Gavin memasuki perkarangan rumahnya. Tio dan Naufal yang sudah sejak sejam yang lalu menunggu lelaki itu di teras rumah hanya bisa mendengus kesal karena Gavin telat satu jam lebih dari waktu yang lelaki itu kirimkan lewat pesan.

Namun, ke kesalan mereka hilang sekejap entah kemana ketika melihat Gavin keluar dari mobil.

"Lo abis berantem Gav?" Tanya Tio seraya memperhatikan Gavin dari ujung kaki hingga ujung kepala----menatap dengan tatapan penuh selidik.

"Gak. Gue abis mancing di rumah sakit." balas Gavin sekenanya seraya mengambil tempat duduk disamping Naufal.

"Dasar bege! Mancing tuh dimana-mana ya di sungai, kalo nggak gitu ya kolam," desis Naufal yang diangguki Tio.

Gavin mencibir kesal ketika mendengar penuturan Naufal. "Udah tau."

"Lah? Kalo udah tau kenapa lo nanya?" Sindir Tio yang membuat segurat senyum tipis di bibir Gavin tercipta.

"Lo juga. Udah jelas penampilan dan kondisi gue luka-luka kayak gini, tapi kenapa masih nanya gue berantem apa enggak,hem?" Balas Gavin menatap Tio gemas.

Naufal yang mendengar perkataan yang meluncur bebas dari bibir Gavin hanya ber 'Oh' ria.

Sedangkan Tio? Lelaki itu tak mau kalah ucap dengan Gavin tentu saja.

"Ya kan kirain lo abis nggelinding ke dasar jurang dan alhasil lo luka-luka kayak gini."

"Lo pikir gue Arkan,heh?" Balas Gavin menatap Tio sebal yang kini sedang terkikik karena Gavin membawa-bawa tokoh cerita Suara Hati Arkan sebagai perumpamaan.

"Kenapa ketawa? Ada yang lucu,heh?" Tanya Gavin bingung.

Tio ingin membalas ucapan Gavin, namun sayang, Naufal menghentikan atau lebih tepatnya menyela ucapannya.

"Ya elo sih. Pakek acara bawa-bawa si Ar----"

"Oke gaes, kembali ke topik intinya aja,okey?" Sela Naufal menengahi.

Mau tidak mau, suka tidak suka, akhirnya Gavin dan Tio mengangguk setuju.

Padahal mereka berdua tadi berniat ingin mencegek'i lawan bicara mereka.

"Lo abis berantem sama siapa Gav?" Tanya Naufal dengan nada serius.

"Preman."

"Kok bisa?"

"Nolongin Nana soalnya."

"Nana? Maksud lo Aluna?"

"Iyeee."

"Emang Aluna kenapa?"

"Nggak tau. Mau di hadang para preman kayaknya."

"Dipalakin?"

"Nggak tau."

"Kok lo nggak tau?"

"Ya kan gue langsung nolongin Nana. Masak iya gue nunggu si preman ngelakuin tindak kejahatan ke Nana dulu baru gue tolongin."

"Jumlah premannya berapa kok lo bisa babak belur begini? Kan lo jago berantem."

"Tiga."

"Trus sekarang Al----"

"Stop! Oy Stop!" Sela Tio ketika Naufal hendak mengajukan pertanyaan lagi kepada Gavin.

"Lo nanya yang bener dong, lu nanya apa ngeinterogasi sih? Lo juga Gav, lu jawabnya setengah-setengah," imbuh Tio kesal seraya menatap Naufal dan Gavin bergantian. "Gue berasa jadi penonton sesi tanya jawab tau nggak?"

"Kok gue yang kena? Gavin tuh yang salah. Gue nanya cuma di jawab seperlunya aja. Gak pakek di jelasin detailnya gimana. Yaudah, gue tanya aja terus"

Setelah Naufal menyelesaikan ucapannya, Gavin pun seketika mengelus dada bidangnya pelan seraya bersenandung lirih. "Eta terangkanlah 🎶🎶. Eta terangkanlahhhh 🎶🎶🎶"

Tio dan Naufal hanya memutar bola mata malas menanggapi Gavin. Namun, sesaat kemudian Tio teringat pasal kue yang Gavin berikan pada Aluna tadi pagi.

"Eh Gav, Aluna tadi keracunan nggak?" Tanya Tio enteng yang membuat Gavin seketika menghentikan nyanyiannya.

"Maksud lo apa nyet nanyain gitu?" Balas Gavin rada sensi.

"Kue yang kita buat bertiga aja, padahal bentuk nya udah lumayan menjanjikan kalo tuh kue rasanya enak, tapi nyatanya, rasanya gak ada yang bener satu pun," tutur Tio seraya mengingat-ingat. "Apalagi kue buatan lo sendiri, tanpa bantuan gue dan Naufal. Dari bentuknya aja nih ya, nggak menjanjikan sama sekali. Apalagi cita rasanya."

"Hoyyy. Kampret. Lo dari tadi dengerin gue ngomong kagak sih?" Tanya Tio ketika menyadari Gavin kini tengah terkekeh sendiri seraya menepuk-nepuk pelan kepalanya.

Tio dan Naufal saling berpandangan.

"Fal, lo tau arah rumah sakit jiwa terdekat nggak?" Tanya Tio serius, sesekali memperhatikan Gavin yang masih tertawa sendiri.

Naufal yang mengerti arah pembicaraan Tio pun menggeleng pelan. "Kayak gini tuh nggak cukup kalo sekedar dibawah ke rumah sakit jiwa."

"Kalo dia mah pantesnya di rukhyah," imbuh Naufal seraya melirik sekilas kearah Gavin yang berada disampingnya.

"Wehhh. Bener juga kata lo Fal." Balas Tio seraya menjentikkan jarinya.

🌲 🌲
🌲🌲🌲🌲🌲
🌲🌲🌲
🌲

"Aluna Diandra. Cuma kamu Na, yang bisa ngebuat saya merasakan segala rasa perasaan dalam ubahan detik." Batin Gavin mengingat apa saja yang Ia alami hari ini.

Di Kejar Rasa Baper (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang