72.

10.3K 785 83
                                    

Kejutan yang . . .

Gavin mengerucutkan bibirnya sejak tadi.

Namun, tangan lelaki itu masih setia menggosok piring-piring yang kotor dengan sabun pencuci piring.

"Tangan gue udah gak mulus lagi nih ntar bisa-bisa," keluh Gavin seraya membilas piring yang baru saja Ia cuci dengan air.

Laki-laki itu tak berhenti berkeluh kesah sejak tadi.

Mengoceh dan merutuki nasib malangnya.

Diana yang sedang duduk di sofa tak jauh dari tempat Gavin berdiri menggeleng samar.

Wanita itu memantau Gavin agar tak menyelewengkan hukumannya.

Pernah suatu ketika.

Saat Ia menghukum Gavin tuk mengepel lantai, dan Diana keluar sebentar kedepan kompleks untuk membeli sayur,

Laki-laki itu----Gavin malah sedang duduk di sofa dengan kaki ditaruh dimeja, tangannya memainkan ponsel, dan yang mengerjakan tugas hukuman Gavin adalah Mbok Darmi.

Diana yang mengetahui itu kesal seketika kepada Gavin yang menyelewengkan tugas hukuman yang Ia berikan.

Maka dari itu, Ia memantau Gavin, agar lelaki itu tak mengulang hal yang sama, yakni mengalihkan tugas human kepada Mbok Darmi, asisten rumah tangga disana.

"Yang bersih cuci piringnya, jangan asal-asalan gitu. Emang kamu mau makan dari piring yang masih ada sabunnya," tutur Diana membuat Gavin mendengus kesal.

Mengulangi lagi kegiatannya untuk membilas piring-piring yang masih terdapat sedikit busanya.

Gavin tak bisa mundur dari hukuman ini.

Karena setelah tadi pagi sempat terjadi tawar menawar kepada Bundanya itu agar hukumannya diperingan, yang terjadi malah sebaliknya.

Diana memberikan pilihan, 'Tetap pada hukuman ini atau hukuman ini berkurang dan Papa kamu yang saat ini perjalanan bisnis keluar kota akan Bunda kabari tentang sikap kamu disekolah kemarin,"

Jelas saja Gavin memilih opsi pertama yang diberikan Diana.

Karena yang ada jika Papanya yakni  Darrel tau, Gavin bisa mendapat hukuman yang jauh lebih berat lagi.

Yakni mengikuti tambahan jam pelajaran bimbel private untuknya.

Ah, membayangkan hal itu membuat Gavin ngeri seketika.

Bagaimana mungkin betah dirinya nanti akan betah jika harinya dipenuhi dengan buku.

Di sekolah saja, Gavin suka menguap karena merasa mengantuk kala membaca buku. Dan akhirnya memilih tidur dikelas ataupun bolos jam pelajaran.

"Dek! Bikinin minum dua, buat kakak sama temen kakak nih," teriak Kak Abi membuat khayalan buruk Gavin buyar seketika dan berganti dengan kenyataan yang buruk.

"Nggak mau. Bikin sendiri sonoh, atau sama Mbok Darmi, Gavin sibuk!" Teriak Gavin tanpa menoleh, matanya terfokus pada beberapa piring kotor yang belum dicuci.

Diana menggelengkan kepalanya, kedua putranya saling berteriak. Padahal jarak antara dapur tempat cuci piring dan ruang tamu itu dekat. Hanya dibatasi satu ruangan yang luas nan terbuka. Yakni ruang keluarga, tepat dimana Diana memantau Gavin.

"Cepetan dek!" Kesal Kak Abi menghampiri Gavin.

"Gak mau ih. Bikin sendiri sonoh," kesal Gavin memicing mata kesal.

"Dek, kakak lagi ada kerja kelompok. Dan abis ini file pentingnya harus udah dikirim ke dosen, disuruh bikin minum aja kok gamau sih,"

Gavin meletakkan piring kotornya. Menatap laki-laki didepannya kesal.

"Mbok Darmi kan bisa sih, gak lihat ya Gavin tuh sibuk kak.SIBUK" balas Gavin seraya menekankan kata pada salah satu kalimat.

Ia sungguh kesal dengan Kak Abi. Bagaimana pun Kak Abi yang telah membocorkan kepada Diana hingga dia sekarang SIBUK bergulat dengan cuci piring sebagai salah satu hukumannya.

"Bentaran doang dek,"

"Ngak ya nggak,"

Diana menggeleng menatap kedua putranya itu, perempuan itu bangkit dari duduknya lalu melangkahkan kaki tepat dimana Gavin dan Kak Abi berada.

"Sudah-sudah, Mbok Darmi kan lagi bersihin gudang belakang, biar Bunda aja yang bikinin,"

"Tapi Bun," balas Kak Abi merasa tak enak sekaligus kesal dengan Gavin yang sibuk dengan aktivitasnya.

"Udah gak papa. Kamu balik kesana lagi aja, kasihan teman kamu sendirian," tutur Diana yang membuat Kak Abi berbalik kearah ruang tamu setelah mengucapkan 'Maaf ya Bun ngerepotin, adek sih, disuruh pakek acara sok sibuk,'

Gavin mengendikkan bahu acuh, Ia masih mode ngambek kepada kakaknya itu.

Tak berselang lama, Gavin pun melepas celemek yang melingkar dipinggangnya,

Seraya matanya menatap Diana yang sedang menambahkan es batu pada dua minuman bewarna orange yang siap tuk disajikan.

"Mana Bun, sini Gavin yang bawa," tawar Gavin menghampiri Diana.

Diana tersenyum tipis sambil menyerahkan nampan ditangannya kepada tangan Gavin.

Gavin dengan cemberut diwajahnya pun melangkahkan kaki kearah ruang  tamu.

Meski Ia nggondok kepada Kak Abi, Ia pun juga merasa tak enak kepada Diana.

Maka dari itu Ia memilih tuk membantu Diana mengantarkan ke meja depan, ruang tamu.

"Nih minum lo sama minum tem-----" ucapan Gavin terhenti.

Mata lelaki itu menatap lurus seseorang yang saat ini sedang terfokus pada laptop.

Sekelabat ingatannya saat itu muncul.

Membuat Gavin menggelemutukkan giginya seketika.

Kak Abi memandang aneh adiknya yang terdiam seraya menatap temannya itu.

"Kamu kenapa dek ngelihatin temen kakak kayak gitu?" Tanya Kak Abi penasaran.

Mendengar pertanyaan dari bibir Kak Abi itu membuat orang yang sejak tadi terfokus pada laptop pun mengangkat wajahnya seketika.

Menatap Gavin dengan senyumnya.

'Sialan. Ngapain dia disini,' umpat Gavin kesal seraya menatap orang yang berada jauh didepannya dengan tatapan tak suka.

"Dia siapa?" Tanya Gavin seraya menaruh gelas berisi minuman diatas meja.

Kak Abi pun mengamati temannya dan Gavin bergantian.

"Oh, kenalin ini temen kakak. Namanya Ali Denovan Fahmi. Biasanya sih kakak manggilnya Al atau Ali,"

🌱🌱🌱
See You next chapter

Dipart ini aku banyakin dikit. 840 words. Wow. Aku lebihin 100 words haha.

Soalnya aku lagi seneng banget.
DKRB masuk rank #2 dalam humor.

Aku mau ngucapin makasih banget ke kalian semua.
Baik yang suka boomvote.
Yang menjadi pembaca siders.
Pembaca yang kadang suka scroll" doang 😅.
Dan terutama pembaca yang vote dan comments bahkan selalu nungguin DKRB update.

Makasih banget buat kalian semua 😗😗

Di Kejar Rasa Baper (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang