131.

5.6K 428 47
                                    

Tempat kabur terbaik.
  🍒🍒🍒

" Hei, anak ilang, lo sampai kapan mau di sini hah? Keluarga lo noh, nelfon gue mulu dari tadi. Nanyain lo ada di mana. Gue sampe sungkan tau nggak bohong terus ke mereka," ucap Tio memandang malas Gavin yang sedang duduk di balkon rumahnya sambil merokok. Entah sudah berapa puntung rokok yang Ia habiskan sejak tadi siang.

" Berisik ah." Jawab Gavin malas sambil mengepulkan asap rokok.

" Yeu. Nih anak. Nggak punya sopan santun nya sama sekali sama Tuan rumah," jitak Tio.

Gavin melirik kesal Tio sambil mengelus kepalanya, " Apa sih," ucapnya datar.

" Sonoh pulang." Usir Tio menatap Gavin yang duduk di sampingnya dengan tetapan malas.

" Males ah. Masih mau di sini." Jawab Gavin cuek.

" Yeu. Gue mau istirahat nih," ucap Tio mendecak sebal sambil menatap suasana hari yang sudah mulai menggelap. " Sonoh pulang geblek.  Lo punya rumah kan?"

" Apa sih. Jahat banget ngusir gue segala. Ada ya, sahabat macem kek elo. Sahabatnya mampir ke rumah malah di usir," sindir Gavin menatap tak suka Tio.

" Baperan lu," sindir balik Tio. " Yang ada elo kali. Sahabat nggak tau diri, ngerepotin gue. Gara-gara elo dosa gue bertambah karena bohong terus ke keluarga lo waktu mereka nanyain elo ada dimana, kok nggak pulang-pulang dan ponsel nya juga mati,"

" Apaan sih," lirik Gavin dengan sedikit decakan. " Tiba-tiba bawel banget ngelebihin Naufal."

" Lagian lo pikir gue nggak paham saat lo tadi siang bilang mau ke kamar dulu buat ngerjain tugas?" Ucap Gavin tersenyum miring.

" Gue tau kalik kalo lo molor di kamar," ucap Gavin kena sasaran.

" S---sok tempe lo," elak Tio.

" Cih. Gue tau beneran kalik. Orang kata kakak lo tadi sore lo lagi tiduran bukan ngerjain tugas" ucap Gavin membuat kalah telak.

" Tsk. Dasar pengadu," gumam kecil Tio.

" Yaudah lah. Pokok nya intinya lo pulang aja sekarang," ucap Tio sambil melempar kacang godhok yang ada di meja ke wajah Gavin.

" Nanti aja ish gue bilangin," kesal Gavin. " Lo tuli ya?"

" Kampret, lo tuh yang tuli. Dibilangin keluarga lo tuh khawatir karna lo nggak pulang-pulang," kesal Tio menatap Gavin tak habis pikir.

" Lagian kenapa sih lo nggak mau pulang?" Tanya Tio.

Gavin terdiam. Tak ingin menjawab pertanyaan Tio sama sekali.

" Tuh kan diem. Dari tadi siang kalo ditanyain alasannya malah diem gini. Gimana gue bisa paham cobak alasan elo kabur dari rumah," Tio menghembuskan nafas lelah sambil mengambil rokok milik Gavin yang ada di meja lalu menyalakannya.

" Tau ah. Gak usah kepo," ucap Gavin sembari mengepulkan asap rokok lewat bibirnya.

" Mau nya apa sih. Tadi katanya gue kayak bukan sahabat elo... sekarang gue beneran peduli ke elo, malah bilang gak usah kepo. Dasar abg labil," ucap Tio tak habis pikir.

" Tsk. Udah lah. Lo cukup diam aja. Mengerti tanpa harus gue jelasin. Itu udah sangat membantu gue. " jelas Gavin sambil menatap Tio.

" Apaan sih. Jijay banget gue dengernya... Merinding gila'," ucap Tio bergidik.

Mendengar hal tersebut, Gavin memutar bola mata malas, " Terserah. Terserah lo mau ngemeng apa."

Tak berselang lama kemudian, suara sepeda motor berhenti di depan rumah Tio. Membuat baik Tio maupun Gavin segera melihat ke arah sumber suara.

" Nih anak nambah satu lagi. Astaga, kapan gue bisa tidur kalo gini." Ucap Tio sambil berdiri dan memerhatikan Naufal yang turun dari sepeda motornya dan melangkah mendekat.

" Dasar, sahabat sendiri dateng bukannya di sambut kek. Di buatin kopi kek. Malah kesannya seolah ngusir gue buat pulang," ucap Naufal malas kala sudah berada tepat di hadapan Tio.

" Bukan kesannya lagi. Gue emang niat ngusir." Sungut Tio kembali duduk.

" Dasar... gue pecat juga lo jadi sahabat gue," ucap Naufal.

" Pecat aja pecat. Lo sama Gavin bikin hidup gue rumit tau nggak, yang satu tingkahnya selalu nggak jelas. Yang satu kalo ngomong dari dulu kayak orang ngajak ribut," cibir Tio sambil mematikan puntung rokoknya ke asbak yang ada di meja.

" Sialan," umpat Naufal.

" Eh, lo di suruh pulang tuh sama Bunda lo," ucap Naufal sambil mengambil tempat duduk di samping Gavin.

Gavin mengernyit sesaat menatap Naufal. Sesaat kemudian melayangkan tatapan laser ke Tio, " Lo bocor ya?"

" Apaan sih. Nggak lah. Kan gue terima telfonnya di depan elo," jawab Tio tak terima.

" Iya juga sih," Gavin manggut-manggut mengerti.

" Nah terus tau dari mana Bunda gue?" Tanya Gavin sambil menoleh ke arah Naufal.

" Entah. Mungkin karna dia tau Tio bohong kali," ucap Naufal asal, membuat Gavin seketika menoleh ke arah Tio.

" Elo sih. Gak pinter ngomongnya tadi," ucap Gavin.

" Apaan sih, kok jadi nyalahin gue." Kesal Tio," Percaya aja sama ucapan Naufal. Gue malah nebaknya Bunda lo tau kalo lo disini karena waktu gue nerima telfon, lo tadi kan nggak sengaja teriak karena ada kecoak terbang,"

Gavin seketika mingkem.

" Sama kecoak aja takut," sindir Naufal. " Cowok bukan sih?"

" Cowok lah." Ucap Gavin merasa tersinggung.

" Cih, cowok tuh pemberani. Sama binatang kecil gituan aja takut. Lu injek paling juga langsung mati tuh kecoak," ucap Naufal mencibir, " Badan lo sama tuh kecoak kan gedean badan lo."

" Ya kan geli gue ngelihatnya. Jijik juga." Bela Gavin.

" Jijay. Badan segede gitu sama kecoak yang kecil aja takut. Dasar chicken," Naufal menyoraki Gavin.

" Heh. Masih mending ya, kalo gue itu paling anti sama kecoak terbang. Dari pada elo---" ucap Gavin tak mau kalah. " Sama rambutan aja gak berani."

" Y---ya bedalah. Jangan samain sama gue dong." Bela Naufal.

" Siapa juga yang nyamain. Lo tuh chicken. Gue gak mau di samain sama elo. Lo diem aja sambil ketakutan tuh rambutan nggak mungkin terbang sendirinya ke elo. Kalo kecoak kan bisa terbang." Ucap Gavin menjelaskan teorinya.

" Heh. Apaan sih, kalian berdua ribut banget astaga," lerai Tio.

" Diem," jawab Gavin dan Naufal berbarengan. Mereka berdua masih ingin berdebat demi harga diri mereka sebagai laki-laki.

" Astaga, sumpah, kepala gue mau pecah. Untung keluarga gue lagi di luar kota. Dan kakak lagi pergi hang out bareng temennya tadi, kalo nggak bisa-bisa karena kelakuan mereka gue yang jadi kena omelan." Batin Tio kala Naufal dan Gavin masih saja berdebat.

See You Next Chapter

21 Juni 2018

Baca karya ku yang lain juga ya...

Jangan lupa tinggalkan jejak. Satu vote dan satu komen dari masing-masing kalian merupakan apresiasi berharga bagi penulis.

Terimakasih😊

Di Kejar Rasa Baper (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang