Karena bersama denganmu adalah . . .
💕💕💕Gavin memainkan ponselnya. Tangannya sejak tadi bergerak kesana kemari diatas layar benda pipih itu.
Tak berselang lama kemudian Ia memijit pelipisnya pelan. Kepalanya semakin terasa pening.
Mata Gavin menelisik ke arah sekitar. Mengamati suasana kelas yang sudah sepi sejak sejam yang lalu dikarenakan sudah saatnya tuk pulang sekolah dan menyisakan Gavin sendirian di dalam kelas. Naufal dan Tio? Dua lelaki itu sudah pulang sejak beberapa menit lalu karena mereka berdua beralasan mengantuk dan merindukan pulau kapuk mereka di rumah.
Di seumur hidup Gavin, Ia paling tidak suka dengan yang namanya menunggu. Apalagi jika Ia harus menunggu seorang wanita. Karena menurut Gavin, wanita itu tidak bisa di tebak alur pemikirannya. Terkadang cepat dalam bertindak dan menentukan keputusan yang seharusnya di pikir dulu secara matang-matang. Contoh : Menghamburkan uang untuk keperluan tidak penting seperti untuk make up.
Dan terkadang sangat lama dalam menentukan hal yang sangat simple. Bahkan mungkin membutuhkan waktu berjam-jam. Contoh : Memilih baju :v
Inget ya, hal di atas merupakan pemikiran Gavin. Bukan authornya :v .
Namun, semua pemikiran Gavin itu berubah semenjak Ia mencintai gadis biasa yang selalu tampil natural seperti Aluna Diandra.
Seperti saat ini, lelaki itu rela menahan kantuknya dan menunggu Aluna tuk datang menghampirinya.
Dari mana Gavin tau bahwa Aluna akan menhampirinya? Feeling.
Mungkin terdengar aneh dan sedikit bodoh memang, bahwasanya Gavin tidak pulang dan menetap di kelas sejak sejam yang lalu cuma karena menunggu Aluna datang menghampirinya karena hanya karena Feeling saja. Akan tetapi, memang benar adanya itulah yang terjadi.
"Yaelah. Pakek acara lowbat segala lagi." Gerutu Gavin ketika ponselnya tiba-tiba mati.
Lelaki itu pun menghela nafas dramatis. Ia bingung harus melakukan apa tuk membunuh rasa bosannya.
Tak berselang lama kemudian, Gavin pun bangkit dari duduknya----berjalan menuju kearah pintu kelas.Namun, sebelum sempat Ia benar-benar dari ruang kelas, langkah kaki Gavin terhenti, senyum lebar secerah mentari pun terbit di wajah lelaki itu, ekspresi lelahnya tadi kini berganti menjadi ekspresi bahagia tiada tara, itu semua karena indera pendengarannya menangkap suara yang sangat Ia kenali di balik tembok luar kelasnya. Siapa lagi kalau bukan Aluna Diandra.
Gavin berdiri tepat di sebelah pintu----agar bisa menguping gerutuan-gerutuan kecil Aluna tanpa ketahuan. Mari kita simak apa yang menyebabkan Aluna menggerutu.
"Duh, ini ngasihin ke dia gimana? Kenapa juga sih dia belum pulang jam segini?" Gerutu Aluna merengut kesal. Pasalnya, Ia rencananya akan mengembalikan jaket Gavin esok hari.
Akan tetapi, Aluna sembilan puluh sembilan koma sembilan persen yakin bahwa tadi siang Gavin sempat melihat jaket miliknya yang Aluna dekap.
Gadis itu jadi sungkan sendiri jika jaket itu tak kunjung Ia berikan kepada pemiliknya. Dan yang lebih terpenting lagi, gadis itu tak ingin Gavin berpikiran bahwa Aluna adalah gadis yang tak tau diri. Dalam artian, bukannya mengembalikan barang yang di pinjami secepatnya, akan tetapi yang Aluna lakukan adalah mengulur waktu seolah-olah tak ingin berpisah dengan jaket itu.
Aluna bukannya suudzon. Dia hanya overthinking saja terhadap segala sesuatu. Itu dilakukan tanpa Ia sengaja. Pemikiran itu muncul sendiri tanpa Ia buat-buat.
"Oke Aluna. Rileks. Fiuhhh." Gumam Aluna seraya mengibaskan tangannya kearah wajahnya karena berkeringat.
Aluna pun melangkahkan kaki tuk memasuki kelas Gavin. Hampir saja gadis itu menjerit kaget jika saja tangan Gavin tak membekap mulutnya.
Bagaimana gadis itu tidak kaget, orang yang menjadi sebab Ia tak pulang sekolah saat ini berdiri tepat di sebelah pintu kelas seraya tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya karena gugup. Aluna yakin benar bahwa Gavin tadi menguping gerutuan kecil dirinya.
"Mas nya sejak kapan disini?" Tanya Aluna sedikit sewot.
"Ehm. Barusan kok Na. Kenapa Na emangnya? " Balas Gavin masih dengan senyum khasnya.
'Tuhkan bener. Dia nguping semua gerutuan ku. Dasar' batin Aluna kesal bercampur malu tentunya. Ia yakin Gavin hanya mengelak saja itu terlihat jelas di mata Aluna karena sikap Gavin tadi ketika Aluna memasuki kelas adalah sama kagetnya dengan Aluna. Jika di gambarkan, ekspresi Gavin tadi hampir sebelas dua belas dengan anak kecil yang ketahuan mencuri buah mangga milik tetangga.
Tiba-tiba pipi Aluna terasa panas. Ia sangat malu karena Gavin mendengar seluruh gerutuannya tentang lelaki itu."Hoy Nana," ucap Gavin seraya menjentikkan jarinya di hadapan wajah Aluna----membuat gadis itu mengerjapkan matanya karena telah tersadar dari lamunannya. "Jangan ngelamun. Nanti kalo kesambet gimana?"
Aluna menatap Gavin yang masih tampak menunggu dirinya tuk berkata-kata. Seketika gadis itu mengalihkan pandangannya dari Gavin karena Ia baru sadar tatapan mata lelaki itu begitu dalam.
"Makasih," ucap Aluna seraya menyerahkan jaket Gavin. "Maaf ngembaliinnya kelamaan."
Gavin tersenyum tulus seraya menerima uluran jaket dari Aluna. "Iya gak apa-apa kok Na."
"Yaudah. Aku pulang dulu ya."
"Mau saya anterin?"
"Gak usah Mas. Makasih."
Setelah percakapan singkat itu, Aluna pun bergegas keluar kelas dan menyisakan lelaki itu yang tersenyum bak orang kesambet seraya memeluk jaketnya erat.
💕 💕
💕💕💕💕💕
💕💕💕
💕"Aku kenapa sih? Gak mungkin aku suka sama dia. Karena aku udah jatuh cinta sama kak Ali." Batin Aluna seraya melirik sekilas menatap kearah belakang----dimana kelas Gavin berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Kejar Rasa Baper (Complete)
Humor[ BOOK 1 ] #2 DALAM HUMOR ( 22/02/18 ) ℹPRIVATE ACAK. FOLLOW DULU AGAR BISA BACA FULL EPISODE ⚠ Cerita ini 99,9% Garing krik krik dan tidak bisa membuat kalian ketawa. ⏳Masih belum tamat/ masih terus update? ? Setiap chapter terdiri dari 1-750 words...