132

5.9K 403 34
                                    

5 KATA
🌼🌼🌼

" Tio, bikinin kopi dong. Haus nih," ucap Naufal sambil memegang tenggorokannya yang kering.

Tio mengabaikan ucapan Naufal. Pura-pura tak mendengar apa yany baru saja lelaki itu katakan dan seolah dirinya sedang fokus pada game Tetris pada ponselnya.

" Tio, kopi bikinin dong," Naufal mengulangi ucapannya sambil menatap Tio. " Kering nih,"

" Tsk. Bodo ah, tenggorokan lo kering kan ulang lo sendiri. Debat nggak jelas mulu dari tadi sama Gavin," sindir Tio.

" Apaan weh. Ngapain bawa-bawa gue," sahut Gavin melirik kesal Tio.

" Kalo lo nggak mau bikinin, gue pulang nih," ucap Naufal.

" Pulang aja sonoh. Yang ada gue malah bersyukur. Gula sama kopi di rumah gue awet." Balas Tio malas.

" Semprul," kesal Naufal.

" Yaudah lah, gue tadi niat nya kesini mau bilang kalo besok selama tiga hari gue jajanin kalian dikantin. Tapi, lo nya gitu, yaudah. Gavin aja yang gue jajanin. Itung-itung balas kebaikan dia," celetuk Naufal sambil memasukkan kacang godhok yang telah Ia kupas kulitnya ke dalam mulut. " Yah lumayan lah, itung-itung ngehemat uang gue."

" Dasar nggak ikhlas. Pendendam. Licik. Culas." Kesal Tio sambil bangkit berdiri, berniat masuk ke dalam rumah untuk membuatkan Naufal kopi.

" Tio, titip sekalian dong. Gue minta kopi lagi," ucap Gavin saat Tio ada di ambang pintu.

" Gak ada. Gulanya abis. Sisa buat satu gelas doang," ucap Tio tanpa memandang sambil berlalu masuk ke dalam rumah.

" Cih, gak apa-apa deh gak pakek gula." Sahut Gavin.

Namun sayang, Tio sudah keburu masuk. Alhasil Gavin pun mendecih sambil mematikan puntung rokoknya yang tinggal setengah.

" Kasihan," ejek Naufal.

" Diem anjir," kesal Gavin.

" Lo kenapa kabur?" Tanya Naufal sambil memandang Gavin yang ada di sampingnya.

" Bukan urusan lo," ketus Gavin.

" Nanya doang gue astaga," Naufal mendecakkan lidahnya. " Kenapa sih? Gak heboh kayak biasanya."

" Bosen aja," Gavin memandang beberapa sepeda motor lewat di depan rumah Tio.

" Lo? Bisa bosen gila? Terkejut gue dengernya haha," Naufal tertawa mendengar jawaban Gavin.

" Gue waras geblek. Lo tuh yang gila, gak ada hal lucu malah ketawa. Mirror man, mirror!" Dengus Gavin tak terima.

" Halah pakek bahasa inggris segala ngomongnya. Nilai inggris aja kayak nomor absen aja sok-sok an bahasa inggris," ucap Naufal yang seketika membuat Gavin melayangkan jitakan kasih sayang ke kepala Naufal.

" Bosen hidup? Bosen ngelihat matahari? Mau tidur selamanya nggak?" Kecam Gavin sambil menjitak kepala Naufal sekali lagi.

Bagaimana tidak? Gavin tuh lagi mode sensi banget saat ini. Tapi, Naufal yang ada di sampingnya ini malah ngajak ribut mulu dari tadi.

" Nggak tau apa kalo gue saat ini pengen banget ngelampiasin kesel gue? Gue jadiin samsak juga lama-lama nih anak satu," batin Gavin.

" Urgh! Apaan sih jitak-jitak," kesal Naufal sambil ingin membalas jitakan Gavin namun tangan Gavin sudah terlebih dahulu menghentikannya.

" Gue lagi beneran kesel, tau kan?" Ucap Gavin datar.

Melihat Gavin yang mengatakan hal tersebut begitu serius, mau tak mau Naufal pun pada akhirnya pun mengalah meski masih ada rasa sedikit kesal.

" Jadi?" Tanya Naufal.

" Apanya?" Gavin memandang Naufal sesaat tak paham.

" Lo beneran putus sama Aluna?" Tanya Naufal terdiam.

Gavin terdiam. Tak menjawab sama sekali, mengabaikan pertanyaan Naufal begitu saja. Membuat Naufal menerka jawaban yang benar adalah " Iya,"

" Kenapa? Dah bosen?" Tanya Naufal penasaran.

" Bukan geblek. Asal ngomong aja lo," dengus Gavin.

" Lah terus?" Tanya Naufal menyuruh Gavin menjelaskan.

" Males cerita," jawab Gavin sambil menyenderkan tubuhnya pada kursi.

" Tsk," decak Naufal.

" Yaudah, singkat aja. Putus gara-gara apa?" Tanya Naufal sabar.

" Dibilang males cerita gue. Ngeyel banget sih." Gavin melirik tajam Naufal.

" Lo sih anggung banget anjir kalo ngomong. Bikin penasaran," bela Naufal.

Gavin memijit pelipisnya yang terasa pusing. " Gue kan dari awal gak mau bilang. Elo sih pake nanya. Suruh siapa coba? Kampret. "

" Oh ternyata sikap lo begini karena putus sama Aluna," ucap Tio sambil melangkahkan kaki mendekat, menaruh gelas berisi kopi ke atas meja.

" Noh, kopi lo Fal," ucap Tio ketus.

" Sejak kapan lo nguping?" Tanya Gavin dengan penuh tatapan selidik ke arah Tio.

" Enak aja nguping. Gue kan gak tuli, waktu dekat depan pintu tadi gue denger lah. Lo nya aja gak tau," balas Tio sambil duduk.

" Kenapa bisa putus?" Tanya Tio.

" Lo nggak denger tadi gue ngomong apa ke Naufal? Gue males cerita." Sengit Gavin.

Mendengar hal tersebut, Tio seketika memutar bola mata malas, " Dasar," batinnya.

" Yaudah singkat aja. Rangkumannya. 3 kata deh," ucap Tio kesal.

" Hmmm," Gavin terdiam sesaat, harus menyingkat seperti apa ceritanya. Karena segalanya saling berkaitan.

" Yaelah. Ngerangkum doang juga gak bisa. Bisa lo apa sih? Jadi playboy? Tebar pesona?" Sahut Naufal yang entah mengapa ingin menampar sifat Gavin saat ini.

Gavin mendecak mendengar sindiran Naufal. Benar-benar kabur dari rumah bukannya dapet ketenangan yang ada malah sejak tadi dirinya disindir terus-terus an di sini.

" Kak Abi mau dijodohin sama Aluna," ucap Gavin mengambil garis besar yang Ia rasakan.

" Hemm. 5 kata... wow... padahal gue tadi mintanya cuman 3 kata," ucap Tio.

" Bacot," kesal Gavin.

" Bentar bentar... lo bilang apa tadi?" Tanya Naufal tersentak.

" Eh iya? Kuping gue masih bener kan? Gak salah kan?" Sahut Tio.

" No replay," ucap Gavin sambil berdiri.

" Mau kemana?" Tanya Tio.

" Pulang lah. Gue kan punya rumah," ucap Gavin datar.

" Woy! Lo belum jawab!" Teriak Naufal kala melihat Gavin berjalan dengan cuek tanpa menoleh menuju sepeda motornya.

See You Next Chapter

24 Juni 2018

Jangan lupa tinggalkan jejak

Terimakasih.

Di Kejar Rasa Baper (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang