Kalau Gavin nelpon tuh rasanya
🌻🌻🌻Gavin dengan bibirnya yang masih ngedumel-dumel tak jelas, satu persatu memasukkan baju nya ke dalam koper nya yang bisa dibilang sudah tak memuat menampung apapun lagi.
Bukan. Bukan karena koper Gavin kekecilan mangkanya tak muat. Tapi, emang dasarnya Gavin aja yang males buat ngerapiin barang dikoper. Abis ngambil baju yang ada di lemarinya, yang udah dirapiin, disetrikain, dan digastokin pula sama Diana--eh Gavin asal comot aja. Buang gantungannya dan langsung lempar baju ke dalam koper.
Andai aja Gavin tahu dan pernah ngerasain gimana menakjubkannya waktu nyetrika pakaian, seperti di tengah hawa panas ngadep setrika yang panas pula. Meski berAC tapi keringet tetep ngucur. Merhatiin dengan detail tiap inchi mana bagian yang masih kusut. Semprot sana, semprot sini dengan pengharum agar baju yang di setrika itu wangi---Hmm~ mungkin Gavin akan lebih berhati-hati dalam mengambil dan melempar pakaiannya.
Namun sayang, lagi-lagi khayalan tak seindah realita. Menanti Gavin melakukan pekerjaan setrika menyetrika itu bagaikan nunggu bapak Konghuan muncul. Yah gimana, anak kayak Gavin megang setrikaan? Seketika Naufal berani balik sama mantannya Yuri yang baginya nggak banget dan dulu mau putus aja susah nyari alasan yang pas kalau Gavin beneran melakukan pekerjaan setrika menyetrika setumpuk pakaian.
" Apa lagi ya yang perlu di bawa," gumam Gavin sambil menatap kesekelilingnya. Dan matanya terpaku pada sebuah foto gadis yang berpeluh keringat di bawah sinar terik matahari. Dengan bedak tipisnya yang luntur beserta pelembab ringan yang ada di wajah, membuat kulit cokelatnya semakin terlihat jelas.
Mungkin, bagi orang lain, itu adalah foto yang nggakkkk banget. Tapi, bagi Gavin, bagaimana penampilan Aluna, semua itu terlihat indah dan cantik di mata Gavin. Kalo kata Gavin, foto Aluna yang ada di genggamannya itu eksotis dan bikin jantung berdebar.
" Nana bakalan kangen nggak ya kalau aku pergi keluar kota," gumamnya penasaran.
Sesaat kemudian, dengan bergegas, Gavin meraih ponselnya. Mengaktifkan Video Call grup. Mencoba menghubungi Tio dan Naufal secara bersamaan. Untuk bertanya masalah yang baru saja seperkian detik yang lalu membuatnya penasaran.
Untung saja, tidak perlu waktu lama menunggu, duo orang yang suka ngebully kehidupan Gavin itu mengangkat panggilan lelaki tersebut. Dengan senyum puas, Gavin menatap ke arah layar ponselnya yang menampilkan wajah Tio dan Naufal.
" Kenapa ketawa kek gitu? Kesurupan?" Tanya Tio santai.
" Nggak lah bege. Cuma udah gue tebak kalian akan fast respon kalau gue telepon," jawab Gavin sambil berjalan menuju ke pinggir kasurnya. Duduk di sana dengan nyaman.
" Beralih jadi cenayang sekarang emang? Sejak kapan?" Naufal menaikkan sebelah alisnya sambil terlihat memasukkan cemilan bewarna oranye yang panjang-panjang---kalo digigit berbunyi kresh kresh ke dalam mulutnya.
" Ya kan kalian jomblo. Gak mungkin lah kalian sibuk lah sama pacar kalian," jawab Gavin yang tak tahu malu mengatakan kedua sahabatnya jomblo padahal dia sendirinya juga tidak punya pacar.
" Kampret," jawab Tio sambil mematikan sambungan video call. Disusul pula oleh Naufal, " Bodo anjay," ucap Naufal sebelum sambungan terputus.
Gavin melongo, melihat kedua orang sahabatnya itu mematikan ponselnya, " Wanjir," kesalnya.
Merasa kedua sahabatnya itu mainnya kurang jauh dan dibecandaiin dikit kelewat baper. Akhirnya Gavin memilih pepatah, " Udah basah, mending mandi sekalian."
, Gavin pun mengetik pesan kepada Tio dan Naufal dengan cepat. Isi pesannya sih cuma, " Inget kejadian kelas sepuluh di rumah gue nggak? Yang acara kemah-kemahan di deket kolam renang waktu itu?". Namun, imbasnya membuat baik Naufal maupun Tio langsung menelepon Gavin secepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Kejar Rasa Baper (Complete)
Humor[ BOOK 1 ] #2 DALAM HUMOR ( 22/02/18 ) ℹPRIVATE ACAK. FOLLOW DULU AGAR BISA BACA FULL EPISODE ⚠ Cerita ini 99,9% Garing krik krik dan tidak bisa membuat kalian ketawa. ⏳Masih belum tamat/ masih terus update? ? Setiap chapter terdiri dari 1-750 words...