Kalau kata Kak abi, Gavin tuh . . .
🐈🐈🐈Gavin menatap pantulan cermin dirinya pada kaca dihadapannya. Bukan air. Pasalnya, kalau Gavin ngaca di air, hasilnya buram. Nggak kelihatan. Iya kan? Nggak usah protes. Bilang aja iya, nyenengin hati orang.
Bahagianya seseorang itu kadang sederhana. Lo bilang sesuatu dan pihak lain setuju atas pendapat lo, itu udah rasanya bahagia.
Yah, sama kayak Gavin, bahagianya sebenernya kadang sederhana. Namun, entah mengapa kalau bersama Kak Abi, rasanya banyakan sengsaranya dan keselnya dibandingkan rasa bahagia.
" Kak, baju ini bagus nggak?" tanya Gavin sembari menatap Kak Abi yang duduk di pinggiran kasurnya lewat pantulan kaca di hadapannya.
" Nggak, jelek," jawab Kak Abi tanpa selera.
" Tsk. Nggak asik lo," dengus Gavin malas.
" Kalau pakai yang ini?" tanya Gavin tak berselang lama kemudian setelah melepaskan bajunya dan melemparkannya asal lalu mengganti dengan mengenakan bajunya yang lain secepat kilat. Flash aja kalah.
" Sama aja dengan yang tadi," Kak Abi menatap datar Gavin yang heboh sendiri kayak perempuan.
Iya sih, emang bener kalau nggak ada salahnya dandan rapi kalau mau ketemu calon mertua sekaligus mengajukan lamaran pernikahan.
Tapi, Kak Abi sungguh tak tahan menatap Gavin yang sejak tadi tak selesai memilih baju.
Itu belum seberapa, yang paling bikin Kak Abi kesal tuh Gavin minjam baju milik Kak Abi. Habis dicoba, nggak cocok, terus buang sembarangan ke lantai.
Bilangnya Gavin tadi, baju milik Gavin nggak ada yang mencerminkan kayak anak baik-baik dan calon menantu idaman yang super duper alim dan rapi. Kalau pun ada, stok bajunya cuma bisa dihitung dengan satu tangan, nggak kayak kak Abi, yang wardrobe nya full semua.
Demi kenyamanan dan keogahan berkomentar banyak, Kak Abi awalnya cuma bilang " Bagus," dan " Iya cocok,"
Tapi, sayangnya, Gavin yang sama sekali tak puas dengan komentar kakaknya pun mendengus kesal sembari berkata, " Tsk. Mata kakak sakit ya? Gini kok dibilang bagus. Nggak cocok ah di Gavin,"
Lalu setelah itu, ia mulai mencoba semua pakaian yang ada di lemarinya dan membuat kamar Kak Abi berantakan dengan baju-bajunya yang telah digosok rapi menjadi kusut dan berserakan di lantai sembari bilang, " Yang ikhlas dong. Puji kek," saat Kak Abi mengomentari dirinya " Jelek, nggak cocok. Pakai baju kamu sendiri aja,"
Sungguh, Kak Abi tuh nggak paham apa yang diinginkan Gavin sebenarnya.
" Ah, udah ah. Kesel. Kakak nggak ikhlas, mangkanya Gavin waktu makek jadi jelek semua. Padahal bajunya pada bagus." ucap Gavin sembari melepas baju Kak Abi yang ia kenakan dan alhasil saat ini ia bertelanjang dada dan hendak kembali ke kamarnya.
" Mending pakai baju jas aja deh. Biar kelihatan keren dan we o we. Alias wow," lanjutnya sembari berjalan santai dan entah sadar atau tidak ia menginjak baju Kak Abi yang ada dilantai, membuat tatapan Kak Abi seketika berubah menjadi marah.
" Hebat ya, udah berantakin seenaknya. Nggak dirapiin. Dan sekarang setelah lemari kakak kosong, baru bilang mending pakai jas kamu?" ucap Kak Abi tenang, namun, Gavin merasakan kedinginan mendengar ucapan kakaknya tersebut.
" Ei, jangan marah. Gantengnya luntur loh," ucap Gavin tersenyum lebar.
Yah, bagaimanapun, hari ini adalah hari yang akan menjadi sejarah bagi Gavin. Ia ketemu calon mertuanya bro! Terus, impian Gavin sejak SMA akan terwujud untuk bisa menikahi Aluna lalu hidup hingga maut memisahkan dengan dia.
Jadi, amarah atau emosi Kak Abi saat ini tak akan mampu menembus rasa senangnya Gavin.
" Masih bisa ketawa?" tanya Kak Abi menatap adiknya yang sama sekali tak tahu malu.
" Udah ah, Gavin musti cepet-cepet pakai baju. Udah ditungguin Ayah sama Bunda. Kakak jangan ulur waktu Gavin lebih lama lagi. Gavin tahu kok, kalau Gavin udah nikah, Kakak akan jarang ketemu Gavin terus kangen. Mangkanya pengen lama-lamaan ngobrol dengan Gavin," ucapnya hendak meninggalkan kamar Kak Abi, namun, segera terhenti oleh ucapan Kak Abi yang tampak kasihan bercampur nada sarkastik.
" Kakak kasihan," ucap Kak Abi memandang Gavin dengan helaan napas berat sembari menggeleng pelan.
" Kenapa?" Gavin menautkan alisnya.
" Nanti, kalau kamu beneran jadi sama Aluna. Terus punya anak, kakak sebagai calon paman akan khawatir sama masa depan mereka," jawab Kak Abi.
Mendengar kata "Jadi sama Aluna" dan " Calon anak", Gavin sepenuhnya berbalik ke arah Kak Abi. Dengan mata berbinar karena tertarik dengan ucapan Kak Abi, ia dengan penuh semangat bertanya balik kepada kakaknya tersebut. " Kenapa? Harusnya kan bahagia kakak kalau punya keponakan lucu-lucu dan imut,"
" Kakak penasaran aja, kebodohan kamu itu nular nggak ya ke mereka? Kakak harap, anak kamu nggak satupun ada yang mirip dan sebodoh kamu," ucap Kak Abi tajam, hatinya masih merasa kesal dengan adiknya tersebut yang sejak dulu tak punya rasa malu dan rasa bersalah sama sekali. Dan bertindak mengesalkan.
Mendengar ucapan Kakaknya, seketika Gavin yang matanya tampak seolah berbintang, kini tampak sekilas seolah ada badai yang siap menerjang Kak Abi karena menghina dirinya dan berkata demikian.
Bagaimana bisa kakak kandungnya yang seharusnya memiliki hubungan yang erat dengannya malah berkata demikian?
Padahal, Gavin mencintai kakaknya sepenuh hati. Kenapa kakaknya seperti membencinya? pikir Gavin tak berdaya.
" Kakak becanda nya nggak lucu ih," ucap Gavin.
" Siapa yang becanda. Kakak beneran kasihan kok sama calon keponakan kakak. Cuma berharap aja, nggak ada dari mereka yang mirip kamu," jelas Kak Abi sembari bangkit berdiri dan memungut bajunya yang berserakan di lantai.
" Aish, iri nih pasti. Tau ah, bodo amat. Gavin balik ke kamar dulu. Bye," jawab Gavin sembari menginjak baju Kak Abi lagi dan kali ini disengaja.
" Hah. Astaga, jadi beneran kasihan sama gadis yang akan dinikahi Gavin. Kalau aku jadi dia, udah kutinggalin Gavin jauh-jauh hari dan kehilangan kontak sama dia dan lebih milih Ali aja. Yang satu kayak malaikat, dan satunya kayak cobaan," batin Kak Abi sembari menatap pintu yang telah tertutup.
Jauh di dalam hati, iya tahu bahwa sahabatnya, Kak Ali memiliki perasaan yang tak biasa terhadap Aluna. Meski dia tak pernah berkata apapun dan bercerita kepada dirinya, tapi, sikap lembutnya saat memperlakukan Aluna dibandingkan wanita lain, itu sudah cukup membuat Kak Abi menyimpulkan hal ini.
Sungguh, Kak Abi saat ini bertanya-tanya bagaimana perasaan Kak Ali apabila dia tahu bahwa ia kalah dengan manusia seperti Gavin.
Bukan maksud menjelek-jelekkan adiknya sendiri dan membandingkan dengan sahabatnya, hanya saja, orang buta pun akan tahu mana yang lebih baik antara Gavin dan Kak Ali dalam berbagai aspek, begitu pikir Kak Abi.
🐶🐶🐶
See You Next Chapter
26 Feb 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Kejar Rasa Baper (Complete)
Humor[ BOOK 1 ] #2 DALAM HUMOR ( 22/02/18 ) ℹPRIVATE ACAK. FOLLOW DULU AGAR BISA BACA FULL EPISODE ⚠ Cerita ini 99,9% Garing krik krik dan tidak bisa membuat kalian ketawa. ⏳Masih belum tamat/ masih terus update? ? Setiap chapter terdiri dari 1-750 words...